Part 6

109 8 0
                                        

Mulmed: Galang

"Lang, Reen mau curhat."

"Curhat apa?"

"Tentang Arga."

"Kok kesannya agak lebay gitu ya?"

"Serius Galang!" Gue nabok bahunya Galang.

"Curhat apa lagi sih? Reen sama Arga kan udah baikan."

"Tapi belakangan ini Arga aneh Lang. Kemaren dia salah sebut nama Reen. Dia manggil Reen dengan sebutan 'dek' dong Lang."

"Itu panggilan Arga ke Zafira?"

Gue ngangguk-ngangguk. "Iya! Itu artinya Arga masih mikirin Zafira kan?"

"Wajar lah. Kemaren-kemarennya kan dia bareng Zafira terus."

"Tapi ini udah hampir seminggu sejak Arga putus sama Zafira dan akhirnya balikan lagi sama Reen. Itu udah ngga bisa dibilang wajar!"

Galang ngga bersuara lagi. Dia cuma ngangkat bahunya.

"Kayanya,, Arga masih mikirin Zafira deh."

"Iya kali."

"Kayanya Arga juga masih sayang Zafira."

"Iya kali."

"Kayanya posisi Reen bener-bener udah digantiin Zafira deh. Yang kemaren Arga minta balikan itu cuma pengalihan. Supaya Arga ngga mikirin Zafira yang ternyata masih mesra sama mantannya. Tapi sayangnya gagal. Arga masih mikirin Zafira. Secara terang-terangan malah. Sampe salah sebut nama Reen."

"Reen, itu semua cuma kayaknya kan? Itu semua baru spekulasi, baru ilustrasi, baru perkiraan. Yang kaya gitu bisa bikin salah paham loh. Terus ujung-ujungnya putus deh. Padahal saling sayang."

Gue ngasih tatapan sinis ke Galang. "Ko Galang malah nakut-nakutin sih?"

"Bukan nakut-nakutin, cuma ngasih tau aja."

"Terus Reen harus gimana?"

"Ya tanya langsung lah sama Arga."

"Enggak. Pasti dia ngga mau jujur."

"Kalo gitu pake cara lain."

Gue berpikir sesuatu yang bisa bikin Arga jujur sama gue. Tapi apa ya? "Gimana kalo main jujur-jujuran?"

"Harus ada ancemannya supaya Arga bener-bener jujur."

"Apa dong?"

"Ya ngga tau."

Gue berpikir lagi. Tiba-tiba nama seseorang terlintas di otak gue. "Gimana kalo gue kongkalikong sama Zafira?"

"Maksudnya gimana?"

"Ya ancemannya Zafira. Gue yakin kok dia pasti masih mau sama Arga. Gue bisa pake Zafira supaya Arga terdesak dan mau ngga mau harus jujur."

"Njir otak kriminal banget ya Reen?"

"Hehee. Demi keuntungan bersama."

"Yakin Reen bakal untung? Bisa aja kan abis ini Arga mutusin Reen terus dia balikan sama Zafira?"

Bisa aja sih. Tapi seenggaknya keuntungan buat gue adalah gue ngga punya pacar yang hati dan pikirannya bukan buat gue. "Enggak, Reen tetep untung kok."

"Ya udah sana kasih tau Zafira!"

"Oke." Gue nelpon Zafira. Ngga langsung dijawab sama dia. Dia jawabnya detik-detik terakhir pas gue mau matiin sambungannya.

"Halo?"

"Hay Zaf!"

"Ada apa nelpon gue kak?"

"Gue butuh bantuan lo Zaf."

"Bantuan apa?"

"Gimana kalo kita ketemuan aja? Waktu dan tempat terserah lo."

"Di taman komplek rumah kaka aja kak. Sekalian gue mau main ke rumah temen gue di daerah situ."

"Ya udah. Nanti kalo udah deket kabarin aja."

"Sip."

Zafira matiin telponnya.

"Kenapa ngga langsung aja sih?"

"Ngga enak lah. Mendingan kaya gini, ketemuan, terus ngomong empat mata."

"Dasar cewek! Ribet banget mau ngobrol doang."

"Biarin sih! Sirik aja!"

"Ngapain sirik? Mendingan Galang jadi cowok. Bisa jadi pemimpin."

"Tapi cewek lebih spesial. Jadi cowok juga tanggungjawabnya lebih besar."

"Cewek juga perjuangannya besar. Ngelahirin anak."

"Makanya, cewek itu spesial. Ngga boleh disakitin hatinya! Ngga boleh diperbudak! Ngga boleh-"

"Emang Galang ngelakuin itu?"

Gue angkat bahu. "Ngga taau deh."

"Harusnya Reen ngomong sama Arga tuh! Dia pernah nangisin Reen kan? Pernah nyakitin hati Reen kan?"

"Tapi Reen ngga berani ngomong ke Arga."

"Penakut!"

"Ngga berani itu bukan berarti takut ya Lang!"

"Iya in."

Ngga lama kemudian, Zafira ngasih tau gue kalo dia udah deket taman. Jadi gue langsung kesana.

Zafira udah duduk di salah satu bangku panjang di taman itu. Gue nyamperin dia terus duduk di sebelahnya.

"Sori ya Zaf gua telat."

"Ngga papa kak. Gue belum lama kok disini. Kaka butuh bantuan apa dari gue?"

"Gini loh Zaf, kita kan sama-sama cewek nih ya, jadi plis jujur sama gua. Lu masih sayang Arga kan?"

"Kaka kok nanya gitu?"

"Plis jujur aja."

"Kaka lagi marahan sama Ka Arga?"

"Jawab gua Zaf!"

Zafira diem. Dia ngerapetin bibirnya.

"Zaf?"

"Iya kak. Sori banget ya. Tapi gue ngga bisa boongin perasaan gue sendiri."

"Berarti lu mau kan balikan sama Arga?"

"Gue ngga mau ngerusak hubungan orang kak."

"Bukan elu yang ngerusak, tapi gua yang nawarin."

Zafira ngerutin dahinya. "Maksud kakak?"

"Arga masih kepikiran lu terus Zaf. Tapi dia ngga mau jujur ke gua. Dan rencananya gua mau bikin dia jujur dengan cara main jujur-jujuran. Tapi gua butuh bantuan lu."

"Gue ngga tau bisa bantu apa nggak."

"Ini pasti menguntungkan elu kok. Menguntungkan gua juga. Menguntungkan Arga juga."

"Jadi gue harus apa?"

Gue senyum singkat sebelum ngejawab. "Jadi nanti gua ngajak lu main jujur-jujuran itu. Dan lu pura-pura gua ancem. Kalo lu atau Arga ngga jujur sejujur-jujurnya, lu dalam bahaya. Gitu doang kok. Gampang kan?"

"Gue bakal coba sebisa gue ya kak. Kapan mainnya?"

"Mungkin besok. Pas istirahat."

"Sip. Kalo gitu gue pamit ya kak. Temen-temen gue udah nunggu."

"Tengkyu banget ya Zaf."

"Sama-sama. Dah Ka Maureen!"

"Dadah!"

*****

Makasih looh, yang setia baca :)

Mantan Rasa Pacar(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang