"Ben ih jangan ngambek ih, masa gitu aja udah pundung gini."
Kamu terus berusaha membujuk Yoonbin supaya tidak mendiamkanmu lagi. Ya setelah kamu tertawa kencang karena ucapan Yoonbin beberapa menit yang lalu lelaki itu pundung.
Ya bisa-bisanya kamu menertawakan Yoonbin yang notabenenya sangat sulit untuk mengungkapkan pujian seperti tadi. Yoonbin sudah mati-matian padahal untuk bicara seperti itu padamu. Namun malah ledekan yang ia dapatkan.
"Gue pulang aja deh kalok lo gini terus." Kamu menyimpan kembali koleksi topi-topi Yoonbin pada tempatnya, "Gue pulang ya." Kamu pamit tapi dihiraukan begitu saja oleh Yoonbin.
Pun, kamu berjalan menuju pintu kamar Yoonbin yang sengaja tidak ditutup oleh pemiliknya.
"Tunggu."
Senyummu mengembang saat suara Yoonbin mengintrupsimu. Kamu berbalik dan mendapati Yoonbin yang kini berjalan mendekatimu.
"Lo gak boleh pergi sebelum jawab pertanyaan gue." Ucap Yoonbin dengan wajah datarnya.
"Apa?"
"Jadi pacar gue." Yoonbin mencoba tetap terlihat tenang saat mengucap tiga kata barus.
Kamu menatap Yoonbin dengan eskpresi yang asndnjdbekeveke, "Ben itu bukan pertanyaan, itu lebih kayak merintah." Ucapmu.
"Mau gak?" Tanya Yoonbin lagi-lagi mengabaikan ucapan gadis di depannya saat ini.
Kamu menggaruk tengkukmu yang tak gatal, "Ya mau tapi lo gak ada gitu niatan nembak gue dengan cara romantis?"
"Bodo amat ya, tadi tuh gue udah nyoba buat romantis tapi malah lo ketawain. Kata-kata yang udah gue siapin buyar semua gara-gara tawa lo" Kata Yoonbin jujur yang malah membuatmu menyengir.
"Malah nyengir lagi." Jari telunjuk Yoonbin mendarat pada kening kamu dan mendorongnya pelan ke belakang.
"Eheh, ya maap. Ulangin kek tembak gue dengan romantis dikit." Pinta kamu.
"Bodo amat ya, gue udah pundung duluan sama lo."
"Yeeu pundung kok bilang-bilang."
"Ya biarin."
"Ini beneran lo ngajak gue pacaran atau berantem sih, Ben?"
"Ngajak pacaran lah."
"Ya tapi kok berasa kayak mau ngajak gelud gitu ya?"
"Yaudah lah, yang penting kan gue nanya tadi lo mau gak jadi pacar gue, dan dijawab mau sama lo."
Kamu menghentakkan kakimu kesal. Ya benar juga sih kamu bilang mau tadi. Tapi kan kamu juga mau ditembak dengan cara yang wajar kayak orang-orang lainnya, gak ngeselin seperti ini.
"Tau ah bodo amat." Ketusmu.
"Gak usah lebay ah, yang penting kan kita resmi pacaran. Lagian kalok gue nembak lo kayak gini kan bakalan susah lupa, gak biasa gitu." Ujar Yoonbin.
Kamu hanya menatapnya dengan malas.
Sebaliknya, mata sipit Yoonbin menatapmu intens dan jangan lupakan senyum tipis di bibir mungilnya."Lo mau nginep atau pulang?"
Kamu mengernyit mendengar pertanyaan konyol Yoonbin. Menginap di rumahnya? Bisa-bisa ibu ceramah tujuh hari tujuh malam walaupun kamu tidak akan melakukan hal yang melanggar norma agama. Untuk memberimu izin menginap di rumah kerabat saja rasanya berat bagi ibumu kalau memang alasanmu untuk menginap tidak benar-benar penting.
"Sepi rumah kalok gak ada kamu, nak." Ucap beliau kalau kamu meminta izin menginap di rumah salah satu sepupumu.
"Pulang lah."
"Yaudah cari tuh hoodie di lemari warna putih, pintu paling kanan. Udah tau perginya malem pakek motor malah cuma pakek kemeja." Kata Yoonbin lalu menarik tanganmu menuju lemari yang dimaksudnya.
Diam-diam kamu tersenyum saat menyadari perubahan Yoonbin yang tiba-tiba bicaranya lebih banyak dari biasanya.
Pria yang kini sudah resmi menjadi kekasihmu itu membuka lemarinya dan memperlihatkan beberapa hoodie yang tergantung dan ada juga yang dilipat.
Pandanganmu langsung tertuju pada salah satu hoodie yang tergantung paling ujung dengan tulisan Bieber di bagian dadanya.
"Yang itu boleh?" Tanyamu sambil menunjuk hoodie yang kamu inginkan lalu kembali menatap Yoonbin.
"Boleh, ambil aja." Ucap Yoonbin membuatmu tersenyum senang.
"Beneran gak papa?"
"Iya, gue yang nyuruh ini. Dari pada lo masuk angin nantinya kena udara malam." Kata Yoonbin, ia kini bersandar pada pintu lemarinya yang tertutup sebelah dengan tangan yang ia sedekapkan. Menatapmu intens.
Kamu mulai memakai hoodie milik Yoonbin itu di hadapan pemiliknya langsung. Melapisi kemeja yang kamu kenakan.
Tanpa kamu sadari Yoonbin tersenyum saat hoodienya sudah membalut tubuh mungilmu. Kamu terlihat lucu dengan hoodie yang kebesaran, membuat tubuhmu terlihat tenggelam saat mengenakannya. Yoonbin gemas.
"Ayo dah, gue udah ready ini." Ucapmu sambil merapikan pakaianmu tanpa menatap Yoonbin.
"Yaudah ayo izin dulu."
"Iyalah izin dulu, yakali gak izin pulang sama tante sama om." Ketusmu.
"Kok lo ketus gitu sama pacar sendiri?" Tanya Yoonbin tidak terima.
"Yoonbin sayang," Ucapmu dengan lembut. "Gue emang mau jadi pacar lo tapi ya masa nembaknya gitu sih. Gue masih belum ikhlas ditembak gitu huhuhu." Kamu menatap Yoonbin dengan memelas.
"Dibilang gini aja dulu, gue bukan tipe cowok romantis." Ujar Yoonbin tenang, tatapannya juga lempeng gitu. "Tapi, gue usahain pas lamar lo bakalan romantis. Tunggu 5 atau 7 tahun lagi lah." Lanjutnya yang sontak membuat pipimu menjadi merah padam.
"Bodo amat ya, gue baper. Tanggung jawab gak lo!"
Tbc...