" Prioritas katanya? Hell-o, terus gue selama ini apa? Cadangan? Atau pajangan? "
" Gak guna banget gue mertahanin perasaan gue buat dia, kalau akhir nya dia malah lupain gue juga, "
" eh tapi, kasian juga sih dia, masa gue tinggalin di taman sendirian. Udah gelap juga ini, "
" Lah sialan! Ngapain masih mikirin dia yang jelas-jelas gak mikirin gue, tolol banget sih gue. "
Racauan Felix masih memenuhi kesunyian jalan yang saat ini dia lalui, wajahnya cemberut dengan bibir yang maju beberapa senti.
Terlihat manis.
Seolah teringat sesuatu Felix menghentikan langkahnya tiba-tiba. Kepalanya menoleh kesana kemari dengan linglung.
" Wah, ini gue dimana ya? Kok serem kek gini tempatnya? " ucapnya saat melihat dikiri dan kanannya yang dipenuhi dengan gang-gang kecil gelap.
" ck, salah Changbin sih ngajak ngobrol kok di taman dekat rumah Eric, Gue kan jadi kesasar gini, " ucap Felix.
Felix masih asik menggerutu menyalahkan Changbin karena membuatnya berada di situasi seperti sekarang.
Tak!
Felix menatap kearah benda yang baru saja jatuh ke aspal, fokus Felix berganti dari benda yang baru saja jatuh kearah bayangan yang ada di belakangnya.
Saat hendak menolehkan kepalanya untuk mencari tahu siapa yang mengikutinya, gerakannya terpaksa terhenti karena orang yang dibelakangnya sudah terlebih dahulu menutup mulut serta hidungnya dengan sebuah kain.
Pandangan Felix mulai mengabur dengan kepalanya yang terasa sakit, secara perlahan mata Felix tertutup dan hanya menyisakan kegelapan.
END.
😀 TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG UDAH MAU BACA CERITA AKU INI, APALAGI YANG SAMPE REPOT-REPOT NGASIH KOMEN.
LOP YOU ALL 😘😘😘
