ALIKA '06

10 4 0
                                    


"Jam segini baru pulang?"

Alika menghentikan langkahnya mendengar suara yang sangat familiar di telinga nya

"Abis mangkal, Hem?" Ucapan Bima membuatnya hampir terisak. Sudah cukup bang Bima bersikap dingin dan acuh terhadap ku.

"Gausah cenggeng. Dulu lo ditinggal papah bisanya cuman nanya papah dimana, kenapa ga pulang, tanpa air mata" Aku tak percaya bang Bima membawa kematian papah. Aku tersenyum hambar

"Ini kalimat terpanjang yang Abang ucap ke Lika"

"Alika abis minum di Starbucks join Mita sama Ranti. Sebelumnya maaf bang, bagaimana bisa Abang bawa kematian papa buat dijadiin bahan marahan ke aku? Kalaupun emang sikap Abang ke Alika dingin dan cuek, oke aku terima. Tapi ga ini bang. Papa pasti sedih liat anak-anaknya kaya sekarang. Aku ga masalah Abang mau anggep aku apa. Tapi tolong jangan bawa papa dalam masalah apapun"

"Oiya, tarik lagi ucapan Abang. Maaf bang, bunda sama papa ga pernah ajarin aku jadi jalang" tutur Alika sembari menghapus air matanya dan tersenyum hangat sebelum meninggalkan Bima.

Bima terdiam di tempat mendengar itu, bukan, bukan itu maksudnya. Bima hanya ingin adiknya mengerti waktu. Pulang tepat waktu. Menjaga bunda. Dan belajar dirumah.

Bima memang sangat ingin bercakap dengan Alika. Tapi ego dan logika nya sangat besar. Ego mengalahkan logika nya. Bima hanya rindu papa.

"Ibas"

Bima memutar bola matanya jengah. Sudah cukup sudah! Tak ada panggilan bodoh itu lagi. Kenapa masih ada saja yang memanggil dengan sebutan ga berguna itu. Damn!

Tapi tunggu. Kenapa suaranya berat? Suaranya mirip dengan..

"Papa"

"Bima"

Bima memutar badannya menghadap ke arah Arini yang datang dengan membawa selembar foto dan menunjukkan kepada Bima

"Jad..."

Ryan yang memang tidak kuliah dan seharian di kamar mendengar suara Abang sulungnya yang menyebut  sang papa akhirnya turun ke bawah

Betapa terkejutnya Ryan saat berada di tengah-tengah Arini dan Bima. Matanya membulat dan tak percaya

"Papa"

"Yan" lirih Bima

Ryan menatap foto yang berada di tangan Bima. Oh God! Apalagi ini Ryan benar-benar tak percaya dengan yang ia lihat

"Saya kembaran papa kalian"

"Saya Arham Saputra. Maaf sebelumnya saya baru mengetahui Abang saya meninggal dua bulan lalu saat saya men.."

"Stop! Saya ga butuh penjelasan anda. Yang saya tanyakan kenapa selama ini Anda tak pernah berkunjung dan tak menampakkan diri saat kepergian papa bahkan kami baru mengetahui papa mempunyai kembaran" ujar Bima sedikit emosi

Arham menatap Arini, Bima bisa menangkap tatapan dari lelaki yang berada di depannya bahwa itu tatapan sendu dan sedikit kecewa.
Oh ada apa ini

"Mungkin bunda mu bisa menjelaskan. Saya pamit. Assalamualaikum"

"Buat kamu Bima. Tolong jaga perasaan perempuan. Hargai mereka. Termasuk adikmu, Alika. Karena kamu mungkin akan menyesal setelah dia pergi dan memilih melupakan mu karena kebodohan dirimu sendiri, son" ucap Arham menepuk bahu Bima dan menatap Arini dengan tatapan sulit di artikan.

"Bun"

"Maafkan bunda" Arini lantas memeluk kedua putranya. Ryan sedari tadi hanya menikmati pemandangan wajah sang ayah. Ralat! Pamannya. Ia merindukan sangat sosok Hero di hidupnya. Bima pun membalas pelukan sang bunda. Ia tau ini semua berkaitan dengan masalalu sang papa,bunda, dan heum.. oke paman nya.

     
                               🌬🌬🌬

Alika turun kebawah dengan mata sedikit lebam dan rambut acak kadul. Khas Alika bangun tidur.

"Alika"

Aku sedikit terkejut dengan Abang sulungku, pasalnya ini pertama kali bang Bima menyebut namaku

Aku menatap Bunda dan bang Ryan, mereka menatap ku balik. Kenapa mereka? Ada apa ini. Kenapa muka bang Ryan sedikit berbeda

"Iyaa bang" balas Alika hendak duduk di sebelah bang Ryan terhenti karena sebuah foto baru saja di taro di atas meja. Alika menatap dua remaja lelaki yang sedang tertawa dan tersenyum ke arah kamera. Tunggu. Alika mengangkat foto tersebut di lihatnya lebih dalam

"Papa" beo nya sendiri

"Ini papa?" Tanya Alika kepada sang bunda

"Iya sayang"

"Kok papa ada dua?" Ucapan polos tersebut membuat Bima menghentakkan pisau yang ada di meja makan

"Sabar bang" tahan Ryan

"Aku ga ngerti"

"Papa punya kembaran" ujar Arini

"Kenapa baru kali ini aku tau kalo papa punya kembaran. Dan mana kembaran papa aku mau lihat" ucap Alika mengeluarkan air mata. Dirinya dan Ryan memiliki sifat yang sama. Jika berhubungan dengan sang papa pasti mengeluarkan air mata.

"Gua,sama bang Bima juga baru tau"

"Bunda?" Balas Alika

"Sudah nanti saja. Makan dulu" Bima menatap sang bunda. Ada apa ini? Terlihat jelas bukan sang bunda seperti menutupi sesuatu.

Alika terus memandang foto sang papa dengan kembarannya. Tak sadar bahwa dia masih saja terus berdiri. Alika masih ditemani dengan tetesan air mata yang terus turun.

Arini menatap tak tega terhadap anak-anak nya. Ia belum siap mengungkapkan ini semua. Dia pun tak menyangka bahwa semua ini terjadi ketika sang suami tak di sisinya.

Mas, Arham kembali.

                              🌬🌬🌬

















Hai hai aku comeback.

Ada yang kangen bang Bima ga ni? Atau Alika? Atau bang Ryan? Atau kangen aku? Haha canda deng :v

Papa Arman punya kembaran guys

Bakal banyak kehebohan.

Mungkin di pikiran kalian dan si ending bakal beda yaa dan ada boom di dalemnya akaka kaga deng

Vote dan komen share ke temen kalian ya!! Muachh😅😘😘

AlikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang