ALIKA '08

15 4 1
                                    


"maafin bunda nak" sudah tak terhitung berapa kali Arini berucap seperti itu dan di ikuti derasnya air mata. ia tak sanggup melihat putri bungsu nya yang belum sadarkan diri juga. Derup jantung Arini semakin berpacu kala Arman memasuki kamar sang putri. Di lirik nya Arini memperhatikan cara menatap Arman terhadap putri nya.

"sudah cukup. lebih baik kau pergi"

1 detik

2 detik

3 detik

tak ada balasan yang di ucapkan oleh Arman. Arman tetep berdiri tegak menghadap Alika

"saya aku pergi setelah dia bangun"

helaan nafas terdengar di telinga Arman. ia tau bahwa Arini sangat terpuruk sekarang. tapi yakin lah aku tak bisa meninggalkan ini semua.

"Bun"

Arini menengok pada sumber suara yang di balas senyum kecil oleh Ryan.
Ryan mendekati tempat tidur sang adik lalu tersenyum kecut. ia bahkan melupakan ada orang asing yang sedang mempertontonkan mereka.

"lalu, buat apa paman kemari jika tak ada hal penting?"

"ini hanya masalah rindu"

"kau tak pandai berbohong"

"oh ya? lalu menurutmu untuk apa aku mengunjungi kalian"

"bertemu bunda"

wait. itu bukan suara Ryan tapi

BIMA.

Arini sontak saja memutuskan kontak mata nya terhadap Alika. Arini sudah merasakan bahwa ada perang mulut di antara tiga orang dewasa di depannya. yah, aku mengganggap bahwa mereka sudah dewasa.

"bahkan paman kemari hanya untuk berjumpa dengan bunda"

"Bima..." lirih Arini

"saya tidak akan berdusta jika memang bunda mu tak memulai"

"sudah cukup!" teriak Arini

pertama kali nya di hidup Ryan dan Bima melihat bunda nya berbicara keras seperti ini. mereka melihat Arini keluar dari kamar sambil menunduk menghapus air matanya

"puas?"

"puas?"

"jawab! Paman pasti sudah puas lihat bunda seperti itu kan!"

Bima menatap tajam ke arah Arman yang sekarang pun membalas tatapan Bima . mereka saling adu tajam sampai suara Ryan yang mengejutkan mereka

"bang lihat" ucap Ryan sambil menunjukkan jari Alika yang bergerak-gerak. sontak Bima langsung menghampirinya sang adik

"Lika"

"Alika"

"dek"

tak ada balasan apapun Alika masih memejamkan matanya

"panggil bunda" usul Bima

                               🌬🌬🌬

aku terbangun dengan suara yang tak asing memanggilkan namaku dengan khawatir. sebenarnya aku sudah sadar sejak bang bima menyebut namaku. tapi aku hanya ingin merasa rasanya di sayang oleh bang Bima. ya walau hanya sebentar aku cukup senang sekali. tak usai sampai situ aku melihat orang yang membuatku semakin susah bernafas. ia mendekati ku dan berucap

"apa kau baik-baik saja?"

aku terdiam. aku memandangi wajahnya. dia sangat mirip dengan wajah ayah. mirip sangat. aku tak kuat. lagi dan lagi aku menangis.

"lebih baik paman pergi" seru Bima

"saya sedang tidak bicara dengan kamu. jadi diamlah"

"kau membuatnya nambah sakit"

"tidak jika kau diam"

Bima terkutik dengan ucapan sarkas pamannya di tambah dengan lirik tajam dari sang empedu.

"a-aku baik"

"ssttttsss.. jangan menangis. " Arman berucap sambil mengelus kepala Alika. Alika memejamkan mata menikmati keadaan ini.

"oke. aku paman mu. so, maafkan saya jika ini mengingatkan mu pada sosok hero in my life . "

Arman tersenyum kala Alika menatap nya terang-terangan sambil mengangkat sudut bibirnya.

"aku hanya merindukannya"

"tak apa. kan ada paman"

"kau berbeda"

"apa yang berbeda?"

"rasa sayang dan tulus"

Arman diam setelah mendengar kata itu. Alika langsung tersenyum lalu mengembalikan badannya. ia menangis dalam diam. Alika tak menyangka ini akan terjadi.

bima, Ryan, dan Arini yang melihat tersebut sudah tak bisa berkata lagi. mereka semua juga dalam keadaan rapuh. Arman tersenyum kecut. lalu beranjak berdiri menghadap mereka yang sedang menatap nya. kecuali, Arini.

"saya pamit. assalamualaikum"

"waalaikummusalam"

Arman melangkah kaki nya meninggalkan kamar Alika. langkahnya terhenti setelah mendengar ucapan Alika

"aku ingin kau disini, paman "



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang