Angkasa
'21 missed call from Alesha'
Gue berdecak saat nama yang belakangan selalu mengganggu pikiran gue muncul di layar ponsel. Saat ini gue sedang sibuk, gue harus membalas pesan pimpinan direksi PT. Dirgantara yang sejak tadi terus menerus menanyakan posisi gue dimana. Sekarang kita punya janji temu di salah satu hotel yang terletak di daerah Cipaganti. Baru aja gue mau ngetik satu huruf, panggilan dari Alesha terus masuk tanpa henti, membuat gue jengah sehingga memutuskan untuk mengangkat panggilan itu di kali ke dua puluh dua.
"Ada apa, Les? Saya sibuk, tolong hubungi nanti."
"Aku di Nurtanio," Seketika gue terdiam, meyakinkan diri berulang kali kalau apa yang perempuan itu ucapkan tidak salah gue dengar. "sama Helena." Kemudian lanjutan ucapannya sukses membuat gue menepi ke pinggir jalan yang dipenuhi oleh gerobak kaki lima.
"Ngapain?"
"Mau ketemu kamu, tapi katanya udah pulang." Entah sejak kapan tangan kanan gue memegang erat stir mobil hingga kuku gue terasa menancap pada tepiannya. "Bisa jemput aku? Helena tidur."
Gue sempat berpikir, posisi gue cukup jauh dari Nurtanio, belum lagi waktu yang gue punya untuk bertemu pimpinan direksi benar-benar mepet. Ponsel gue bergetar, sekarang gak cuma pesan, tapi panggilan suara dari pimpinan yang katanya punya jadwal temu lain di jam dua siang bersama menteri Riset dan Teknologi.
"Tunggu sebentar, nanti saya kesana."
"Sekarang, Kas."
Tanpa persetujuan, gue menutup panggilan secara satu pihak. Ini yang gak gue suka dari Alesha. Dia egois, selalu menuntut supaya keinginannya terpenuhi detik itu juga tanpa berpikir apapun soal orang lain. Masa bodoh, gue masih bisa ketemu Helena lain kali kalau-kalau Alesha marah dan berujung melarang gue untuk bertemu Helena lagi seperti waktu itu.
Mobil kembali dijalankan, sekarang lajunya semakin cepat, menerobos ramainya Cipaganti yang saat itu lumayan padat. Gue memarkirkan mobil begitu saja didepan lobby, pertemuan ini penting, dan gue sama sekali gak peduli kalau-kalau Range Rover yang sebelumnya gue kendarai diderek oleh pihak manajemen hotel.
Beruntung pimpinan direksi tidak terlalu kesal saat gue datang sedikit terlambat sore itu. Pembicaraan dilanjutkan sampai menemukan kesepakatan. Produksi sayap pesawat yang gue usulkan dua bulan lalu mendapatkan accept dari pimpinan, bahkan sekarang dia menyuruh gue untuk segera membentuk tim produksi lengkap dengan pengajuan hak cipta supaya karya kali ini bisa benar-benar di cap sebagai produk Indonesia.
Mungkin lamanya hanya 15 menit, beliau terus menerus ditelepon oleh Menristek yang sudah menunggu di salah satu Resto daerah Setiabudi. Sambil berjalan pelan menyusuri lobi hotel, gue mengecek ponsel yang sekarang dipenuhi oleh spam chat dari Alesha.
'Lama.'
'Gak usah jemput.'
'Gak usah ketemu Helen.'
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ANGKASA
Fanfiction[Telah Terbit] Angkasa Bagaspati, dosen Perancangan Mesin sekaligus Teknisi Pesawat Terbang itu masih terjebak dalam kilasan masa lalunya yang dia anggap sebagai bentuk kegagalan terbesar pada sejarah kehidupannya. Untuk sekarang, Angkasa hanya ing...