Bagian Enam

7.9K 1.1K 632
                                    

Bian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bian

Kalau boleh dikata, pembajakan pesawat terbang ini adalah misi yang cukup mendebarkan untuk gue. Gue pikir mereka cuma orang biasa, tapi ternyata para perompak itu punya keahlian-keahlian seputar kedirgantaraan yang membuat gue geleng kepala. Dari info yang gue dapat saat kelompok perompak itu ditangkap di Bandara Halim, usia para perompak ini tidak lebih dari tiga puluh tahun. Mereka belajar soal pesawat dan permesinan melalui sebuah yayasan gelap. Bahkan katanya, mereka pernah merompak sebuah kapal pesiar di perairan Somalia menggunakan sebuah heli curian dari Amerika.

Gue miris deh, kenapa sih generasi berbakat kayak mereka harus menempuh jalur kotor demi uang kayak gini? Padahal kalau mereka mau berjalan di jalan yang benar, mereka pasti akan menjadi orang-orang hebat yang bisa membanggakan negara. Tadinya niat mereka hanya untuk mengincar seorang petinggi perusahaan besar di Padang yang hendak melakukan tur bisnis ke Bandung. Katanya incaran mereka membawa dua koper uang Dollar yang disimpan di bagasi pesawat. Bukannya berhasil, aksi mereka malah diketahui oleh seorang pramugari hingga terjadilah penawanan. Tidak hanya si pramugari yang ditodong oleh pistol, tapi seluruh awak kapal yang mana berujung menjadi tragedi nasional.

Mereka lupa dengan tujuan awal sehingga malah meminta tebusan kepada negara dan juga pihak maskapai. Sumpah, ini bodoh banget. Mereka menjebak diri mereka sendiri didalam labirin yang tak memiliki jalan keluar. Kalau mereka memaksa mendarat secara sembarangan, gak cuma para penumpang yang mati tenggelam di selat Sunda, tapi juga mereka. Tapi kalau mereka mengikuti arahan gue buat menyerahkan diri di Bandara Halim, itu namanya lebih dari sekedar bunuh diri.

Gue lega banget setelah berhasil menggiring pesawat ke Bandara Halim. Padahal gue nyaris hilang harapan selama mengudara, masalahnya para perompak itu sadis dan punya nyali yang lumayan. Kayaknya salah satu diantara mereka ada yang bisa ngendaliin pesawat sehingga beberapa kali pesawat sengaja dibuat oleng dan hampir menabrak Sukhoi SU-30 yang gue dan Pak Angkasa kendalikan. Beruntung kontrol Pak Angkasa sangat baik sehingga dia bisa menghindar. Pokoknya diatas tadi tuh pertaruhan banget, gue beneran bisa pulang sisa debu doang dan batal nikahin Nala.

Hehe, Nala mulu dah di kepala gue, heran.

Abis gue tuh terlanjur sayang sama dia. Mana gue mikir kalau Nala juga suka sama gue lagi. Mau gak baper gimana coba? Perempuan itu nangis dan meluk gue sesaat setelah gue mendarat, dia lebih khawatir dari siapapun yang ada di dunia ini kepada gue siang itu di Husein Sastranegara. Kira-kira kalau gue telpon Bunda dan bilang mau nikah sama Nala, dia bakalan kaget gak ya? Sesuai dengan apa yang Pak Angkasa bilang saat di Book Fair, gue harus gerak cepat kalau gak mau Kanala Gianita diembat orang lain, apalagi duda anak satu yang hot kayak dia.

Tapi serius deh, Pak Angkasa kayaknya sengaja banget mau saingan sama gue. Meski kedengerannya bercanda, sedikitnya Pak Angkasa punya rasa tertarik kepada cewek yang ketemu mulu sama dia. Di mata siapapun, Kanala Gianita pasti keliatan nyentrik dengan pesonanya yang gak biasa. Dia berbeda, dan lo baru akan menyadarinya setelah lo berbicara lima menit bersama orang yang memiliki senyum manis dan tutur kata polos itu. Kanala istimewa, gue yang baru seminggu kenal aja langsung pengen halalin dia, cocok banget emang kalau dijadiin istri buat orang kayak gue ini.

ELEGI ANGKASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang