Nala
Gue benar-benar berpikir kalau Bian hanya bercanda, tapi ternyata laki-laki itu memenuhi ucapannya dan menjemput gue pulang di jam empat sore. PNS lagi pada bubaran, dan lo tau gimana reaksi ibu-ibu yang hampir berkepala empat ini? Benar, jejeritan. Ya lo liat aja, Bian dengan kerennya nyamperin gue pake seragam dia yang tadi sambil senyum ganteng gitu sampe ibu-ibu punya niat ganti suami sama yang modelannya macem Bian.
Kadang gue mikir kalau Bian ini hanyalah laki-laki dewasa yang terjebak dalam jiwa seorang anak muda. Gila, kalau lo liat gimana kelakuannya sekarang, lo akan mengerti kenapa gue sampai berpikir demikian. Bian melambai kepada gue, persis anak TK yang baru ketemu lagi sama ibunya. Sangarnya dia ilang entah kemana, gue kayaknya mau nyaranin Bian buat mingkem dan gak senyum aja deh sekalian. Abisnya kalo senyum sambil ketawa sumringah gini, Bian jatohnya jadi mirip bocah yang pake seragam Tentara doang. Serius.
"Bian gak telat dong, ya?"
Gue menggeleng, "Enggak kok, pulang sekarang?"
"Maunya Nala? Jalan dulu juga ayo."
Apa katanya? Jalan? Ini gimana ceritanya kok tiba-tiba jadi ngajak jalan sih?
"Tapi, Bi, aku—"
"Oke, setuju ya."
Bentar, barusan Bian ngomongnya bukan minta persetujuan, tapi kayak ... Duh sial, itu sih ujungnya tanda titik, bukan tanda tanya. Lo tau apa artinya kan?
Artinya adalah; dia gak memberikan gue pilihan untuk nolak ajakannya dia.
"Ayo, Nal. Mau makan atau apa?"
Gue masih berdiri di tempat gue semula, "Bi," panggil gue. Laki-laki itu memandang gue dengan senyum di bibirnya. Bian soft banget sekarang, jadi gak tega kalau misal harus nolak ajakannya dia. "Nala kenyang kalo makan." Ucap gue pada akhirnya, padahal bukan itu yang ingin gue katakan kepada Bian.
"Ngadem mau gak, Nal?"
Buset, ngadem katanya. Bandung udah dingin gini dan dia ngajakin gue ngadem? Dimana? Di pintu masuk Mall yang anginnya gak kira-kira itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI ANGKASA
Fanfiction[Telah Terbit] Angkasa Bagaspati, dosen Perancangan Mesin sekaligus Teknisi Pesawat Terbang itu masih terjebak dalam kilasan masa lalunya yang dia anggap sebagai bentuk kegagalan terbesar pada sejarah kehidupannya. Untuk sekarang, Angkasa hanya ing...