3. KEJUTAN

83 6 0
                                    

☀️☀️☀️

Ini kejutan, tapi aku sedih-


Jalanan mulai lengang, hanya ada beberapa kendaraan pribadi yang tetap mau menantang hujan di jalanan. Sesekali becak lewat dan menengok untuk mencari kepastian pada orang yang sedang menunggu di pinggir sekolah.

Kyra tak tahu kenapa sang kakak tak kunjung datang juga. Ia beralih ke handpone ditangannya dan memencet dial nomor telephone sang kakak. Bukan suara sang kakak yang terdengar, namun suara mbak-mbak yang diulang terus-menerus menandakan nomor kakaknya sedang tidak bisa dihubungi.

Kini di halte depan sekolah ia hanya bisa memperhatikan jalan sendiri, seliweran suara ban motor yang bergesek dengan aspal basah pun menjadi penghias keheningan yang terjadi.

Sedikit, kadang terbenak rasa kesal dan marah kepada sang kakak yang membuatnya kini menunggu sendiri tanpa kepastian. Namun diredamnya amarah itu. Untuk apa marah? Itu hanya akan membuat perutnya semakin berdangdut ria didalam sana. Ia menikmati sengsara ini. Kesendirian, sepi dan hujan, di jalanan yang bukan tempat tinggalnya, nomor kakaknya yang tak bisa dihubungi, tanpa kepastian, sudah hampir gelap. Lengkap sudah.

Namun ia tahu, semua ini adalah bentuk perjuangan dan bagaimana ia harus menyikapinya. Ini akan jadi kenangan dan kehebatan sendiri ketika esok ia mengingat betapa banyak perjuangannya dalam upaya mencari ilmu. Kesengsaraannya kini adalah bentuk kesadarannya di kemudian hari. Sadar, betapa ia harus menghargai segalanya. Diluar sana semua ini bukan apa-apanya, bahkan jika hanya sekedar di sebut berjuang. Kyra memejamkan matanya untuk menghirup aroma petricor yang selalu bisa mendamaikan, setidaknya jika ia ada di tempat nyaman dan tanpa sedang menunggu-nunggu kepastian.

Rangga tak kunjung datang juga, Kyra memutuskan untuk beranjak ke tempat makan yang cukup jauh dari tempatnya berdiri. Mau tak mau ia harus kehujanan untuk sampai ditempat tersebut.

Kedai itu bernuansakan serba merah dengan menu masakan utamanya adalah ayam. Tempat makan ini biasanya adalah tempat favorit para guru dan karyawan sekolahnya untuk menghabiskan jam istirahat siang mereka.

Kyra mesan paket hemat yang tertera di dinding. Setelah membayar dan makanannya siap, ia kemudian membawa ke meja yang menurutnya nyaman.

Kyra memilih kursi kayu yang juga di cat merah di pinggir tembok yang membuatnya berhadapan langsung dengan jalanan.

Tangannya di hadapkan didepan dada dan mulai berdoa dengan khidmat sebelum akhirnya menyantap makanannnya dengan lahap. Memang benar makan itu membuat emosi lebih stabil, kini sedih dan amarahnya pun akhirnya dapat direda dengan makanan tersebut.

Kyra menghabiskan makanan didepannya dalam sekejap dan mulai memesan kembali makanannya yang kedua. Ayam geprek. Kini Kyra percaya bahwa menunggu itu memang menguras tenaga.

Ketika ia sedang sibuk pada ayam geprek untuk ia makan, seseorang lelaki tiba-tiba mengusik dengan berdiri tepat didepannya.

Perempuan itu mendongak lengkap dengan ayam geprek yang sedang ia berusaha lahap.

"Gue izin duduk disini boleh?" Kata lelaki itu untuknya.

Kyra hendak menolak karena makanannya masih banyak dan butuh kesendirian untuk menghabiskannya dalam waktu cepat. Namun ketika ia putarkan pandangannya ke ruangan. Semua kursi memang telah terisi. Dan hanya kursi yang ada dihadapannya saja yang tersedia. Setelah ayam geprek masuk ke mulut sebagai kunyahan, ia mengangguk dengan ragu.

Lelaki itu nampaknya menunggu lama untuk disetujui olehnya. Ketika Kyra mengangguk, lelaki itu tersenyum sumringah dan meletakan nampan di tangannya ke meja.
Bocah 16 tahun itu perduli setan dengan kehadiran lelaki tersebut.

A F A I RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang