5. FOUR DAYS PUNISHMENT

94 3 0
                                    

Eartha tinggal di perumahan elit dimana ia bisa merasakan nikmatnya mempunyai fasilitas lengkap.
Suara canda tawa Sean dan Danish memenuhi seantero kamarnya ketika Eartha membuka pintu. Mereka masih memakai seragam lengkap dan terlihat sangat acak-acakan. Kebiasaan anak sekolah di hari Selasa dan Kamis ketika seragam tak lagi dipakai esoknya.

"Gimana minta maafnya. Dimaafin?" Tanya Danish masih dengan fokus pada game di depannya.

"Malah dia yang minta maaf."
Danis mendelik. "Kok bisa?"

Eartha tak menjawab, ia langsung ambil posisi telentang. Siap untuk tidur siang.
"Gue ngantuk. Wawancaranya besok saja." ucap Eartha.
"Oh oke" balas Danish kalem.

Tak sampai lima menit, Eartha dibuat geram dengan suara Danish yang tiba-tiba meninggi.

"HAJARRR ANJIIRR!! LO DIMANA SIH? BANTUIN KESINI, HERO GUE KEPOJOK COK!!" Seru Danish tak tanggung-tanggung seperti suara toa.

Belum lagi Sean yang juga berteriak gemas menyahut teriakan Danish. "IYA TEMBAK TERUS DAN, TEMBAAAAKKK!!!!!"

"UDAH GUE TEMBAK, YAN!!"

Jeda.

"Tapi katanya temenan aja," ucapnya lesu tanpa berpaling sedikitpun dari gamenya.

Sejenak, Sean memandang Danish dengan muka datar. Lalu ia berkata, "GUE JUGA, DAN!!!" Ucapnya dengan kesedihan yang begitu dramatis. Dua lelaki itu saling berpelukan.

Eartha mengelus dada nelangsa melihat kedua temannya.
"Tolong Baim ya Allah"

🌎🌎🌎

Danish dan Sean memang tak punya rasa rikuh. Setelah masuk ke kamar orang tanpa seizinnya, mereka dengan PD nya berteriak-teriak di sana. Jangan lupakan juga makanan keringnya yang meski sudah tersegel di suatu tempat terlihat habis tinggal menyisakan wadahnya saja.
Eartha bangkit dari posisinya dan duduk memandang jengah dua sahabatnya.

"Lo nggak jadi tidur, Ta?" Dengan bodohnya Danish bertanya.

"Menurut Lo?" Alis Ertha terangkat satu.

Danish hanya nyengir. Dia sebenarnya orang yang peka. Hanya saja bocahnya sudah dari sananya terlahir pekok. Jadi Danish masih saja bertahan di sana bersama Sean tanpa memperdulikan seperti apa dinginnya ekspresi Eartha.

"Lo nggak main? Kuy lah"
"Kampret dikepung Johnson!! Bangsat, Asstaghfirullah!"

"GUE MAU MATI!"
Hek. Hek.
Danish cengep-cengep sendiri lalu tergeletak dengan kekesalan ganda karena kalah main di Mobile Legend.

"Ya Allah, gue mati!"

"AAAMIIIINN!" ucap Eartha dan Sean bersamaan.

"Sialan kalian." kata Danish dengan muka bersungut-sungut.

Eartha merasa tiba-tiba perutnya seperti ditabuh dari dalam sana. Ternyata minta diisi.

"Ibu masak apa, Dan?"

"......" tak ada sahutan.

"Dan?!" Tanya Eartha untuk yang kedua kalinya.

"Makanan kesukaan gue"

"Kerupuk maksud Lo?"

"Itu mah Fardu 'ain harus ada. Ibu masak telur balada sama sayur apalah itu namanya gue kurang tau"

Eartha mengangguk. "Oke" katanya.

"Sean, makan nggak Lo?"

Sean hanya menggeleng menolak halus tawaran Eartha. Game yang ia main belum kelar dimenangkan. "Nanti di AFK. Bencana!" Kata Sean.

A F A I RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang