26 Juli 2010

68 4 0
                                    

Rangga.

Tak akan ada yang tahu pasti kepan spesifik perasaan cinta muncul. Rasa itu, dirasakan oleh manusia secara tak terduga. Tahu-tahu rasanya sudah ingin memiliki saja. Biasanya perasaan yang begitu rumit itu muncul dengan sendirinya ketika kita memasuki dimensi yang lebih terdepan. Saat remaja lebih khususnya.

Kebanyakan orang akan menganggap cinta yang hadir pada usia yang belum sepantasnya adalah cinta yang salah(baca:anak kecil)
Padahal kembali lagi diawal, tidak akan ada yang tahu kapan cinta itu muncul. Bahkan termasuk orang dewasa sendiri.
Dan kini aku bingung sendiri menghadapi anak kecil yang sedang jatuh cinta. Anak kelas 2 SD. Bayangkan!

Dia mula-mula mengobrak-abrik kamarku. Mencari entah apa dengan muka yang sungguh serius.

"Kak, aku mau nyalin surat cinta kakak dong." celetuknya tiba-tiba.

Mendengar perkataannya aku justru bingung. Surat cinta apa yang dia maksud. Kapan aku pernah diberi surat cinta, kapan juga aku pernah buat surat cinta.

"Gak ada surat cinta." Jawabku jujur. Dia sepertinya tidak perduli karena kini tangannya sibuk mencari. Lagi-lagi, adik ku itu mengacaukan bilikku.

"Terus tulisan kakak yang cinta-cinta itu kemana?"

Apalagi itu 'tulisan cinta-cinta'. Anak kecil seusianya kenapa mencari tulisan berbahaskan cinta. Tak pantas tentunya.

"Gak ada." kataku lagi.
"Ya sudah, kalau begitu ajarkan Ara buat surat cinta." tangkasnya.
Sedangkan aku terheran-heran, adiku itu malah membulatkan mata beningnya mencoba merayu ku. Namun untuk apa anak sesusianya membuat surat yang berisi kata menye-menye itu.

"Memangnya untuk apa?" Tanyaku penasaran.
Entah apa yang terjadi, namun ku lihat sepasang pipinya yang chuby itu merona malu.

"Ara kemarin udah buat surat cinta, tapi kayaknya surat cintanya gak manjur. Ara udah cantumkan puisi dari lirik lagu "Balonku" yang udah Ara ubah sedikit, habisnya Ara bingung Kak. Jadi Ara sekarang minta ajarin kakak supaya yang kali ini dibales." kata Ara dengan segala keluguannya.

Aku melongo. Jadi, Ara ini sedang 'menembak' cowok incarannya.

"Untuk siapa sih, Dek?" Tanyaku akhirnya.

"Untuk Ara berikan ke Atha." jawabnya malu-malu.
"Siapa itu Atha?" Tanyaku ingin tahu. Kali saja aku tahu siapa anak bernama Atha itu.
Namun adik ku malah menggertak. Gertakan ter-unyu yang pernah ku lihat.
"Kakak jangan banyak nanya ih. Ara malu tahu." katanya sembari berpaling menyembunyikan rona di pipinya. Aku malah tertawa, dia mendadak dua kali lipat lebih menggemaskan.

"Atha itu yang kamu kasih surat cinta?" akhirnya aku menebak, dan Ara pun mengangguk.
"Atha itu pacar aku sama Ely." tambahnya.

Mulutku melongo tanpa bisa dicegah. Barangkali kalau tak ada penghubung rahang bawah dan atas, kini rahang bawah ku sudah terjatuh ke lantai, saking terkejutnya. Ini terlalu aneh untuk dimengerti. Maksud ku, aku yang sampai umur 18 tahun begini saja masih menjomblo, adik ku yang bahkan baru dua hari lalu masuk kelas dua sudah punya pacar! Bodo amat!

"Ely itu teman kamu?"

"Iya. Ely temenku. Dia suka sama Atha jadi aku ikut-ikutan suka deh." jawabnya dengan senyuman merekah.
Mendengar penuturan Ara, tanganku refleks menepuk jidat. Semakin terkejut. Semakin aneh. Aku dibuat takjub oleh kisah cinta yang dibawakan anak SD kelas dua.

"Terus, Atha cintanya sama kamu atau sama Ely?"

Ara menggeleng.

"Gak tahu. Ara gak tahu Atha sukanya sama aku atau Ely, yang Ara tahu Atha itu sukanya sama buku. Koleksi bukunya buanyak banget. Kakak kalah saing." tuturnya.

A F A I RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang