Chapter-9

276 34 33
                                        

--------
Bagi yang memiliki muka dua, kasih satu gih buat orang yang lagi cari muka
--------

Happy reading...

Seorang gadis berambut sebahu berdiri di tepi lapangan. Matanya terarah pada dua orang yang berada di tengah lapangan. Cuaca yang begitu terik membuatnya harus mengibaskan tangannya agar mengurangi rasa gerah yang menjalar di tubuhnya. Tangan kanannya membawa sebotol air mineral yang masih utuh. Entah akan diberikan kepada siapa, karena sedari tadi dia tidak meminumnya. Padahal dapat terlihat bahwa dirinya sendiri juga nampak kehausan dan kepanasan.
Anna, nama gadis itu. Seorang siswi tingkat akhir di SMA Gadjah Mada, yang juga merupakan senior Luna di sekolahnya. Anna berjalan mendekati Luna dan Niko. Lebih tepatnya hanya Niko. Karena rumornya gadis itu menyukai pemuda itu sejak pertama kali melihatnya. Mantan wakil ketua osis itu tersenyum cerah ketika dirinya berhadapan dengan Niko, lelaki idamannya.

Luna menatap Anna tidak suka. Pasalnya, dari awal Luna memasuki SMA Gadjah Mada dia sudah berurusan dengan Anna, yang pada saat itu menjabat sebagai wakil ketua osis. Memang di sekolahnya, mereka terkenal sebagai musuh. Anna tidak menyukai Luna karena menurutnya Luna hanya membuat buruk nama sekolah. Sedangkan Luna tidak menyukai Anna, karena Anna seolah-olah orang yang paling berkuasa di sekolah ini karena jabatannya. Sampai saat ini pun mereka tidak akur. Tidak akan pernah.

"Minggir lo, hama." Anna menggeser paksa posisi Luna agar tidak berdekatan dengan Niko.

Niko menyambut hangat kedatangan Anna. Bahkan Niko membalas senyuman Anna. Dan membiarkan gadis itu menempel padanya.

Luna berdecih pelan. Terlalu muak dengan adegan drama yang ada di hadapannya, gadis itu memutuskan pergi meninggalkan Anna dan Niko. Niko menatap punggung mungil Luna yang kian menjauhinya.

Sebenarnya Niko risih dengan keberadaan Anna di dekatnya. Apalagi harus berpura-pura akrab dengannya. Tapi itu hanyalah siasat Niko belaka untuk membuat Luna cemburu.

Anna menyunggingkan senyumnya melihat orang yang dibencinya pergi meninggalkannya dengan pemuda yang ia suka. Anna menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

"Niko, aku bawain kamu minum. Aku tau kamu pasti capek kan?" Anna menyodorkan sebotol minuman yang dibawanya kepada Niko.

Niko tersenyum. "Makasih, lo baik banget kak," ujar Niko sedikit mengeraskan suaranya. Dia berharap gadis yang tengah berjalan meninggalkannya itu mendengarnya.

"Tapi lain kali nggak usah repot-repot," ujar Niko dingin dan sedikit berbisik.

Netra Niko masih fokus pada Luna. Gadis yang ditatap sama sekali tidak melihatnya. Bahkan dia enggan membalikkan badannya hanya sekadar membalas tatapan Niko kepadanya. Tidak, Luna sama sekali tidak berbalik. Miris, Niko yang mengharapkan Luna cemburu padanya mungkin hanyalah angannya semata.

Niko menatap Anna. Mencoba menampilkan seyuman, walaupun terpaksa.

Anna memukul pelan dada bidang Niko. "Ah.. Nggak repot kok. Btw, jangan panggil aku kak dong. Aku kan jadi merasa tua." Gadis itu tidak berhenti untuk tersenyum.

"Lo senior gue, dan lo lebih tua dari gue. Gue hanya ingin bersikap sopan pada orang yang lebih tua."

"Kamu lucu banget sih," sahut Anna sambil tertawa. Gadis itu menganggap jika perkataan Niko hanyalah candaannya.

Niko menatap heran gadis yang ada didepannya. "Hah? Lucunya darimana coba?" batinnya. Niko ikut tertawa, meski dirinya sendiri tak tau sedang menertawakan apa.

Ketika tepat kakinya melangkah keluar lapangan, Luna berbalik. Dia melihat Anna dan Niko tengah tertawa di tengah lapangan. Dia tersenyum kecut melihatnya. Ada perasaan tak suka melihat keduanya akrab seperti itu. Mungkin karena Luna sudah menganggap Niko temannya. Jadi dia tidak suka melihat temannya itu akrab dengan orang yang ia benci.

I'M BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang