Chapter-5

454 62 50
                                        

"Pagi, Luna seyeng." Sapa Rangga ketika Luna memasuki kelas.

"Iwhh... Najis." ujar Luna bergidik ngeri.

"Kebiasaan banget sih Ga, pagi-pagi udah mangkal di depan kelas." Sambung Anita yang ikut menghampiri Rangga dan Luna.

"Biasa, kan dia cabe-cabean kelas. Makanya pagi-pagi udah mangkal," cibir Luna kemudian terkekeh bersama Anita.

Rangga yang menjadi bahan lelucon hanya berdecak sebal.

"Ck! Kali aja gitu ada bidadari yang lewat." Tutur Rangga.

Pfttt...

Luna dan Anita terlihat menahan tawanya. Memang benar jika Rangga kini menyandang status jomblo, tapi bukankah berkhayal terlalu tinggi itu dapat menjatuhkan? Jatuh itu sakit. Sama halnya dengan berharap yang tidak pasti. Memprihatinkan!

"Bukannya bidadari, malah malaikat maut yang lewat sambil bilang 'wayahe wayahe', mampus lo!" Seru Luna sambil terkekeh.
(*wayahe = saatnya)

Bertepatan dengan Luna mengakhiri ucapannya, Niko sudah berdiri di depan mereka bertiga yang sedari tadi menghalangi pintu masuk kelas. Mata Niko tertuju pada Luna. Memandang lekat gadis didepannya yang sedang terkekeh. Mungkin tidak menyadari kedatangan Niko.

" Eh.. Nik, baru datang?" tanya Rangga berbasa-basi sembari menepuk pelan pundak Niko. Hal itu membuat Luna terpaksa menghentikan kekehannya, dan beralih menatap Niko yang sudah ada dihadapannya.

"Um. Seperti yang lo liat," sahut Niko dengan tatapan yang tidak lepas dari Luna. Luna membalas menatap Niko dengan tatapan tidak bersahabat. Pasalnya gadis itu masih kesal dengan Niko masalah kemarin saat di supermarket.

"Eh Nik, gue kok ditinggal sih?" Suara bariton dari belakang membuat keempat orang disana menolehkan kepala. Menatap kearah sumber suara.

Dengan napas terengah-engah, pria itu mengulangi pertanyaannya. "Kok lo ninggalin gue sih? Tega lo!" ujarnya dramatis.

"Lo lama," sahut Niko.

"Lo berdua berangkat bareng?" tanya Anita penasaran.

"Nggak, tadi gue sama Niko ketemu di depan. Dia maksa gue buat temenin dia ke kantin. Katanya takut nyasar. Udah gue temenin malah gue yang ditinggal. Bedevah lo!" jelas Vano dengan raut wajah kesal. Niko menggaruk tengkuknya yang dirasa tidak gatal sembari meringis.

Luna yang tidak mau berdekatan dengan Niko lama-lama, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan mereka. Dan memilih masuk ke kelas.

Tidak lama dari itu, bel masuk berbunyi. Semua murid duduk tenang dibangkunya masing-masing sembari menanti kedatangan guru memasuki kelas.

***

"Pengumuman! Setelah selesai istirahat ini, free. Dikarenakan ada rapat para guru. Dan kalian disuruh untuk belajar sendiri selagi guru masih rapat." Ujar Dito- ketua kelas- dengan lantang.

Sorak gembira memenuhi seisi kelas.

Berbeda dengan teman sekelasnya yang bersorak gembira karena free pada saat jam pelajaran guru killer, Luna lebih memilih diam ditempat duduknya. Ia memainkan bolpoin yang ada ditangannya. Matanya mengarah keluar jendela. Karena bangkunya yang berada dekat jendela, memudahkan gadis itu melihat keadaan diluar kelas.

Banyak siswa berlalu lalang melewati depan kelas Luna. Gadis itu hanya mengamati interaksi mereka dari balik jendela kelas. Namun mata Luna memicing ketika menangkap seorang gadis yang berjalan bergandengan tangan dengan lawan jenisnya sembari bercanda ria.

I'M BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang