————————
Lebih baik hidup dari sampah daripada hidup menjadi sampah
————————
Happy reading....
Kemacetan di ibu kota kian parah. Apalagi di saat jam pulang kerja. Ada begitu banyak kendaraan di jalan raya. Bahkan kendaraan disana tidak dapat terhitung jumlahnya. Dan sialnya Luna terjebak di dalamnya. Kemacetan yang entah kapan akan usai. Masih menjadi tanda tanya besar di ibukota yang padat akan kendaraan ini.
Sedari tadi Luna terus saja membunyikan klakson mobilnya, menyuruh mobil yang ada di depannya cepat berjalan. Gadis itu menggerutu kesal di dalam mobil.
"Sialan! Tau gini gue nggak lewat sini," gerutu gadis itu sembari memukul stir kemudi.
"Lagian ngapain macet sih?! Ini kan masih sore," katanya setelah melihat jam tangan putih kesayangannya.
Tok.. Tok.. Tok..
Seseorang mengintrupsi dari luar dengan mengetuk kaca mobil Luna beberapa kali. Dan itu membuat Luna harus menghentikan umpatan-umpatan yang ditujukan pada kemacetan itu.
Gadis itu menoleh dan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat sang pelaku pengetuk kaca tadi.
"Mau pulang bareng gue?" tanya orang tersebut setelah Luna menurunkan kaca mobilnya.
Luna hendak menolak, namun orang tersebut lebih dulu memotong ucapan Luna.
"Di depan ada demo, lo mau nunggu disini sampe subuh?" jelas pemuda itu.
Luna mengangguk paham dan menerima penawaran pemuda tersebut.
Luna dan Niko menyisir jalanan ibukota dengan menaiki motor hitam kesayangan Niko. Lelaki itu dengan lihainya mengendarai kendaraan beroda dua tersebut. Tidak sedikit kendaraan besar yang nyaris menyerempetnya. Tapi Niko tetap tenang. Sedangkan Luna? Jangan tanya! Dia sedari tadi tidak berhenti mengumpat. Gadis itu mencengkram kuat bahu Niko. Matanya terpejam karena takut jika Niko membuatnya celaka. Dalam hati, Luna berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan hidupnya. Gadis itu masih ingin hidup. Namun Niko mengendarainya seperti seolah ingin mengajak mati.
"GUE MASIH MUDA, MASIH MAU NIKAH WOIII.... JANGAN NGAJAK GUE MATI SEKARANG." Teriak Luna sembari memukul bahu Niko beberapa kali. Niko hanya terkikik geli di balik helm hitamnya.
Niko mulai mengurangi laju kecepatan motornya ketika dirasa jalanan sudah sedikit longgar.
Luna turun dari motor Niko dan menatap tajam lelaki yang ada di depannya. "Kalo lo dendam sama gue, nggak usah bawa-bawa nyawa. Lo ngendarain kayak orang kesetanan. Jantung gue hampir jatuh dijalan tadi tau nggak," keluh Luna dengan memukul sedikit keras bahu Niko.
Niko tersenyum samar. Bahkan wajahnya tidak ada sedikit rasa penyesalan karena membuat Luna ketakutan. Hatinya menghangat ketika Luna merasa kesal padanya. Aneh memang. Tapi Niko lebih senang jika Luna memarahinya. Artinya pusat perhatian Luna hanya tertuju padanya seorang. Dan Luna terlihat lebih menggemaskan ketika sedang kesal.
Luna menghela nafas panjang. Ia melihat sekeliling tempatnya berhenti saat ini. Tempat yang nampak tak asing baginya.
"Ini kan depan rumah gue, kok lo tau? Gue aja belum kasih tau lo alamat rumah gue." Tanya Luna bingung. Ia melihat rumah dan Niko secara bergantian dengan tatapan yang membutuhkan penjelasan.
Luna terus memikirkan bagaimana Niko bisa mengetahui rumahnya. Padahal seingatnya dia tidak pernah memberitahu alamatnya kepada Niko. Meskipun keduanya sudah semakin dekat selama seminggu ini. Tapi itu juga karena teman-temannya yang juga dekat dengan Niko. Jadi mau tidak mau Luna juga harus menerima Niko menjadi temannya. Meskipun pertengkaran mereka masih sering terjadi dan tidak dapat dihindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M BAD GIRL
AlteleHIATUS! FOLLOW SEBELUM BACA! Ini kisah Aluna Freya Deolinda. Seorang siswi yang terkenal suka membuat onar dan urakan. Dan Nicolas Daniel Pratama. Seorang pria tampan pindahan dari Australia. Yang anti dengan seorang bad girl seperti Luna. Tapi...