Eighteen

45.5K 2.7K 61
                                    

Rio memperhatikan Gilsha yang baru memasuki ruangannya dengan menundukkan kepalanya. Jujur hal kemarin sungguh mengejutkan untuk dirinya.

Walaupun Rio begitu cuek pada orang lain, tapi untuk anak bimbingnya, ia selalu mencoba untuk lebih dekat dengan mereka. Ia ingin ilmu yang ia punya terserap dengan baik oleh anak bimbingnya.

Rio tetap fokus dengan pekerjaannya tanpa memperhatikan Gilsha kembali. Ia selalu berharap jika perempuan tak gampang terkena bujuk lelaki yang berujung dengan hal yang tak diinginkan seperti ini.

Flashback On

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Rio mengawali pembicaraan.

"Tidak apa-apa kok, Dok" jawab Gilsha pelan.

"Kamu boleh tidak datang besok jika keadaanmu masih seperti ini" tawar Rio dan langsung dibalas gelengan oleh Gilsha.

"Tidak usah, Dok" jawab Gilsha spontan.

"Tapi kamu sama sekali tidak fokus dengan apa yang kamu kerjakan" ucap Rio.

"Boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Rio membuat kening Gilsha berkerut.

"Iya"

"Apa kamu sedang hamil?" tanya Rio berhati-hati.

Gilsha menundukkan kepalanya lalu menganggukkan kepalanya pelan. Rio memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" kesal Rio dan Gilsha hanya bisa menunduk bersalah.

"Kasian orangtua kamu, Gilsha. Bagaimana kalau mereka tahu anaknya yang merantau dari jauh seperti ini?" kesal Rio. Gilsha hanya menunduk pasrah. Rio tahu tentang keluarga Gilsha yang hanya seorang buruh tani di desa karena Gilsha pernah menceritakan padanya.

Gilsha bisa kuliah kedokteran karena ia mendapatkan beasiswa. Sungguh Rio menyayangkan hal seperti ini terjadi pada anak bimbingnya.

"Saya tahu, Dok. Tapi saya harus bagaimana lagi? Dia tidak peduli dengan kehamilan saya dan dia bahkan pura-pura tidak mengenal saya" isak Gilsha.

"Kamu harus berusaha buat dia tanggungjawab atas kehamilanmu. Jangan sampai kamu berpikir akan melakukan aborsi! Kamu harus berusaha, Sha dan minta maaflah pada orangtuamu" nasehat Rio dan diangguki pelan oleh Gilsha.

Flashback Off

Sepulang dari rumah sakit, Reynan mengajaknya untuk menemui Farhan, calon mantan suami Nadia. Mereka ingin menyelesaikan hal ini dengan cepat.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perempuan dengan senyum manisnya.

"Saya mau bertemu dengan Farhan Baskara" jawab Reynan.

"Sudah buat janji?" tanyanya dan diangguki oleh Reynan, padahal mereka belum berbicara sama sekali dengan Farhan.

Rio mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Perusahaan dengan ruangan besar dengan orang yang berlalu lalang dengan memakai jas untuk lelaki dan blouse untuk perempuan.

Ia yakin jika ini adalah perusahaan yang cukup sukses dan mungkin dapat bersaing dengan perusahaan besar lainnya.

"Ayo" ajak Reynan membuyarkan fokus Rio. Rio menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah Reynan.

Rio menatap seorang perempuan yang langsung menyambut mereka ketika mereka berjalan menuju ruangan Farhan.

"Mari" ucap perempuan itu mempersilahkan. Rio dan Reynan pun berjalan mengikuti langkah perempuan itu.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang