Twenty Three

37.5K 2.1K 71
                                    

Vania mengernyitkan dahinya bingung melihat suaminya memasukkan beberapa pakaian mereka di dalam koper kecil.

Vania meletakkan cangkir yang berisi teh di atas nakas lalu berjalan mendekat ke arah suaminya dan duduk di samping Rio yang begitu serius.

"Kakak mau kemana?" tanya Vania bingung.

Rio tersenyum manis, "Aku mau ajak kalian ke puncak" jawab Rio singkat.

Vania menatap suaminya tak percaya. Ia tak salah dengar kan jika suaminya mengajaknya ke puncak, "Ke puncak? Ngapain?" tanya Vania sedikit terkejut. Ini kan bukan waktunya libur panjang.

"Menghabiskan waktu bersama, emang apa lagi?" jawab Rio dengan tersenyum membuat Vania hanya diam mencoba mencerna jawaban suaminya.

"Udah jangan bengong! Siap-siap sana dan ajak Arka juga" titah Rio.

"Beneran?" tanya Vania memastikan dengan binar bahagianya dan diangguki cepat oleh Rio. Vania langsung meminta waktu sebentar untuk menjemput Arka ke rumah Bu Rt.

Rio menggeleng pelan dengan tingkah Vania, "Lucu" gumam Rio lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Di perjalanan, Rio dibuat tersenyum melihat wajah bahagia istrinya menikmati pemandangan samping kiri kanan. Arka juga begitu, ia tanya apa ini apa itu membuat suasana mobil menjadi ramai.

Memang ini pertama kali Rio mengajak istri dan anaknya ke puncak karena ia sangat jarang mendapat cuti itupun hanya terkadang hanya sehari dua hari. Tapi untuk kali ini, ia tak ingin menyiakan kesempatan itu.

"Ma, titupa?" tanya Arka menunjuk ke arah rumah-rumah warga yang tanahnya lebih tinggi dari jalan.

Vania mengernyit bingung, "Tupai?" ulang Vania.

Rio terkekeh pelan mendengar pertanyaan Arka. Arka mengulang kembali pertanyaannya tapi Vania tetap tak mengerti.

"Kamu ngomong apa sih, Arka? Mama nggak ngerti" keluh Vania menatap Anaknya yang terus bertanya pertanyaan yang sama.

"Kamu lihat apa yang ditunjuk Arka" saran Rio memberikan petunjuk.

"Oh" ucap Vania seraya menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kok Kakak ngerti?" tanya Vania mengalihkan pandangannya.

Rio terdiam sebentar, "Karena nantinya aku sendiri yang akan mengerti dirinya" gumam Rio pelan.

Vania mengernyitkan dahinya, "Kakak bilang apa? Aku nggak denger" tanya Vania meminta Rio untuk mengulang ucapannya.

Rio menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak, aku bilang jika aku juga harus belajar bahasa alien Arka" elak Rio dan diangguki oleh Vania.

"Ma, todada titu?" tanya Arka mengalihkan perhatian Vania.

Vania kembali menjawab pertanyaan Arka dengan bahasa sulit dimengertinya. Sedangkan Rio hanya diam mendengar tanya jawab ibu dan anak yang membuatnya sesekali tertawa.

Vania memandang kagum ke arah resort yang ada di depannya dengan pemandangan indah di sekelilingnya. Jujur saja, ia pertama kali datang di tempat seperti ini.

"Kakak kapan pesan tempat sebagus ini?" tanya Vania dengan nada senangnya.

Rio tersenyum kecil seraya berjalan mendahului Vania, "Tadi pagi" jawab singkat Rio.

Vania melangkahkan kakinya mengikuti langkah suaminya seraya menarik kopernya. Sedangkan Arka sudah pulas tertidur di gendongan Rio.

Vania dibuat terkagum kembali ketika membuka jendela yang memperlihatkan pemandangan hijau yang begitu asri dan sejuk. Ia memejamkan matanya menikmati angin semilir yang menerpa wajahnya.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang