Penolakanmu yang selalu kusandingkan dengan perasaan yang tak terhitung jumlahnya; ketulusan.
Terbuai khayalan bahwa kau nantinya akan menyambutku. Hingga aku lupa bahwa kau sedang berlari laju menuju ke dekapan pria yang lebih bermateri, punya segalanya, wajah yang rupawan.
Aku bisa apa?
Tak apa, aku sudah terbiasa dengan semua ini. Walau, kau dengan gamblangnya mengacungkan tangan "Hei! ternyata pilihanku memilih dia tak salah".
Jangan bersedih, jika kelak kau menjumpai kecewa atas pilihan yang kau anggap benar.
Jangan bungkam prihal luapan amarah yang kau dapat darinya.Nikmatilah bahagiamu, hingga nantinya kau akan tau bahwa sedih sesungguhnya adalah; sebuah perpisahan.
Saat itu, aku mungkin, ralat!. Aku pasti telah menemukan orang yang menerimaku menjadi kelebihan untuknya. Bukan sepertimu, yang hanya memandangku penuh kekurangan.
Hahaha... untuk deritamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Sebuah Rasa
PoetryHi...ini karya ku yang baru, semuanya terangkum dalam Sebuah rasa yang pernah merasa namun Tak terasa semuanya telah terasa hambar... Semoga menikmati kawan:) Salam aksara