4. Sujud Bersama

38 7 0
                                        

Sabbiya

Saat yang lain sudah pulang sekolah, tetapi aku masih saja ada di sekola, bukan di sekolah tapi di mushola sekolah karena sudah menunjukan waktu ashar.

Baru saja ku memulai sholatku ada seseorang yang sedang memulai takbir di shaf laki-laki karena terhalang hordeng kulihat sedikit dan dia.. dia adalah laki-laki yang selama ini kudambakan yang sekarang sedang menjadi imam dengan beberapa laki-laki di belakangnya.

Aku segera shalat berjamaah dengannya.
Saat di sujud terakhir tak terasa air mataku luruh, entah kenapa dengan hati ini.
Pras yang baru saja menjadi imam untuk pertama kalinya bagiku sholat berjamaah dengannya.

Ya Allah maafkan hamba yang mungkin terlalu melebihi rasa cintaku padanya lebih darimu.

Setelah sholat aku berjalan ke arah luar dan segera memakai sepatu dan di samping sepatuku ada sepatunya Pras astagfirullah pasti sebentar lagi dia akan segera memakai sepatunya.
Dan benar saja Pras sudah ada di sampingku, jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya segera buru-buru ku pakai sepatuku dan saat ku lihat ke arahnya dia juga sama sedang mekai kaus kakinya, rambutnya yang masih basah akan air wudhu masyaAllah segera ku ikat tali sepatuku dan berjalan ke arah gerbang tanpa pamit meninggalkan dia yang masih asik dengan memakai sepatunya.

Dan kulihat pak danang sudah ada di pinggir jalan segera ku memasuki mobil dan bersandar sambil memejamkan mata sambil mengontrol hati yang baru saja tidak karuan.

"Neng Gapapa?" Tanya pak danang yang mungkin bingung melihatku yang langsung masuk tanpa berbicara apapun.

"Eh.. nggak papa ko pak" jelasku.

-----
Malam tiba seperti biasa aku selalu memandang langit malam yang malam ini tidak ada bintang satupun dan anginpun kencang sekali menghembus sepertinya akan turun hujan.

"Loh kok anak Bunda malah melamun si malem-malem gini" ucap Bunda membuyarkan lamunanku. "Ayo masuk malah di balkon angin malam nggak baik buat kamu Sabbiya" ucap Bunda lagi.

Aku segera berjalan menuju kasur dan Bunda masih saja melihat kearah ku.
"Kamu kenapa Kak?" Tanya Bunda mungkin Bunda bingung dengan sikap ku yang seperti ini kurang semangat lebih banyak diam.

"Eh.. nggak papako Bun" ucapku sambil tersenyum.

"Boong mulu kamu sama Bunda" ucap Bunda lalu mendekatiku dan duduk di sisi ranjang.
"Kenapa hmm" tanya bunda lagi, entah kenapa mataku rasanya panas sekali kucoba tahan air mataku.

"Cerita ajah sama Bunda" ucap Bunda lagi sambil menatapku dengan lekat dan benar saja aku menangis di depan Bunda aku sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Bun" aku memeluk Bunda dengan erat tangisku rasanya ingin pecah. Bunda mengusap punggungku dengan lembut seakan tau apa yang aku rasakan.

"Aku suka sama seseorang bun" ucapku sambil terisak. "Tapi cinta pertamaku rasanya sakit sekali Bun, hiks.. aku yang salah Bun aku salah sudah mencintai makhluknya terlalu berlebihan"

"Hmm.. kenapa memangnya kenapa bisa sesakit itu" Tanya Bunda yang masih memelukku.

"Aku sudah 4 tahun mengenalnya aku sudah menaruh hati diam-diam padanya, aku hanya bisa sekedar melihat aku tidak bisa berbicara dengannya seperti yang lain, mulut ini terasa kelu Bun" ucapku dengan lirih.

"Kalau kamu mencintainya diam-diam kamu harus siap tersakiti diam-diam tanpa dia tahu" Tanya Bunda melepas pelukannya dan menatapku dengan lekat.

"Iya Bun aku tau, tapi sampai kapan aku harus kaya gini Bun?" ucapku sambil menundukan.

"Kalau kamu berani mengungkapkannya berati sampai situ saja dan entah kelanjutan akan seperti apa kamu harus siap, kalau kamu terus memendamnya berati kamu harus siap tersakiti sendiri sampai rasa itu hilang entah kemana" jelas Bunda yang membuatku semakin merasakan sedih. Aku hanya diam tidak menjawab apa-apa.

"Kamu harus siap meskipun menyakitkan, kalau memang kamu mencintai dia, kamu harus cintai dia karena Allah dan kamu harus terima kalau tidak ada balasan darinya" ucap Bunda sambil mengusap kepalaku yang bersandar di bahunya.

"Apa aku salah aku sudah diam-diam mencintainya?"

"Cinta itu tidak salah karena memang semua orang pasti mempunya rasa Cinta terhadap siapapun, tapi yang salah itu saat kamu mencintainya terlalu berlebihan mungkin saja Allah cemburu padamu saat kamu mencintai makhluknya terlalu seperti ini"

"Kamu harus bisa melupakan dia dengan perlahan kalau memang berjodoh insyaAllah akan di pertemukan kembali sekecil apapun, sejauh apapun kamu kalau Allah sudah berkehendak tidak ada yang nggak mungkin" ucap Bunda, dan aku yakin aku pasti bisa.

"Yaudah kamu sekarang tidur, jangan lupa wudhu dulu" ucap Bunda sambil mengelus kepalaku.

"Dan satu lagi yang harus kamu pokusin adalan sekolah kamu dulu oke" ucap Bunda lagi sebelum hilang di balik pintu.

Setelah mengambil wudhu ku rebahkan tubuhku dan menatap langit-langit kamar, rasanya lega sekali. Benar apa yang di katakan Bunda aku yang terlalu berlebihan.

------

Pagi ini Sabbiya sedang asik membantu Bundanya membuat kue bolu eh ralat bukan membantu tapi memakannya dengan lahap alasannya menjajali tapi nggak mungkin menjajali sampai berkali kali.

"Hmm kayanya yang itu lebih enak deh aku jajalin ya Bun" ucap Sabbiya sambil mengambil potongan kue yang sebenarnya sama ajah seperti yang di makan tadi.

"Kan sama ajah, emang ajah kamu mah mau makan nya ajah nggak mau bantuin Bunda" ucap Bunda sambil mengeluarkan bolu kedua dari dalam oven.

"Kan ini juga aku bantuin Bun" ucap Sabbiya sambil memakan lahap kue bolunya.

"Bantuin apaan" ucap Bunda dengan raut wajah yang di buat-buat kesal.

"Bantuin makan" ucap Sabbiya sambil terkekeh. Dan Bunda hanya geleng kepala melihat putri satu-satunya yang selalu seperti itu dia sangat suka sekali dengan kue bolu sampai sekarang sudah besar dan sudah merasakan jatuh cinta masih saja ada sifat manjanya terhadap Bundanya apa lagi saat bersama ayahnya kalau sudah bertemu seperti tidak ingin berjauhan sama sekali.

"Habisnya enak si Bun, yaudah jadi aku makan terus" ucap Sabbiya lalu meminum air putih.

"Yaiyalah enak kalau nggak enak ngga akan kamu makan sampai banyak gini" ucap Bunda.

"Bunda?"

"Kenapa?" Tanya Bunda.

"Makasih ya Bun, sudah buat pencerahan kepada aku" ucap Sabbiya sambil menundukan kepalanya.

"Ya nggak papa bunda malah suka kalau anak bunda mau berbagi cerita cintanya" ucap Bunda sambil terkekeh.

------

Tbc..
Jangan lupa vote dan comennya ya teman😙

Di Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang