7. aku dan penasaran

20 3 0
                                    

Sabbiya pov.

Aku sedang mencari beberapa buku di perpustakaan, lalu membacanya sebentar dan merasa sudah cocok dengan buku yang kupilih aku segera kembali ke kelas.

Saat aku sedang berjalan ke kelas aku seperti melihat dia dan benar saja Pras berjalan kearahku, sedetik itu juga mata kami saling bertemu aku segera mengalihkan pandanganku dan tetap berjalan melewatinya.
Sesampai di kelas hanya ada teman-teman biasa, sahabatku pada kemana ya aneh ajah ko tidak ada di kelas.

"Woyy ngelamun ajah!" Teriak Ika seperti biasa selalu mengagetkannya.

"Apaan coba ngagetin mulu" ucapku dengan wajah yang saat ini sedang tidak ingin di ganggu.

"Ya maaf" ucap Ika sambil terkekeh lalu duduk  ke bangkunya.

Bell istirahat sudah berbunyi dan suara Adzan yang sudah berkumandang, aku berjalan ke arah luar kelas dengan sahabatku lalu berjalan ke arah masjid.

Setelah melaksanakan shalat aku memakai sepatuku lalu kembali ke kelas.

"Ehh kemarin aku liat Pras tau" ucap Diana dengan wajah yang di buat-buat kaget aku mendengarnya hanya diam saja mendengar namanya saja membuatku semakin teringat lagi.

"Liat dimana lo?" Tanya Ika

"Pas kemarin guakan ke Alfa terus ketemu sama dia gitu kayanya dia abis belanja juga deh" ucap Diana, aku tetap diam tidak ingin mendengarnya lagi tapi rasanya mereka tetap melanjutkan ceritanya.

"Terus-terus dia liat lo gak?" Tanya Ika lagi

"Ya lihatlah, pas di kasirnya itu dia nanya gua katanya belanja juga, dan gua jawab iya sambil tersenyum terus kak Pras senyum juga" ucap Diana sambil terkekeh.

"Wihh parah luh, gimana senyumannya?" Tanya Ika lagi dan lagi membuatku merasa jengah mendengarnya.

"Manis bangetlah udah ngalahin gula manisnya yaampun" ucap Diana sambil tersenyum.

"Biasa ajah kali, masa iya sampai gula ajah bisa kalah" ucapku sambil dengan cepat.

"Idih kenapa kali" ucap Diana mungkin bingung dengan sikapku yang seperti ini.

Aku berjalan ke kelas lalu duduk dan menundukkan wajahku sulit sekali, rasanya ini benar-benar sulit melupakannya. Aku juga bingung apa yang terjadi denganku kenapa hanya gara-gara seorang Pras membuatku seperti ini, harusnya aku bisa melupakannya.

Jangan hanya karena Dia aku meneteskan air mata, jangan hanya karna Dia aku berantakan seperti ini, jangan hanya karena Dia aku terus menerus bersedih, jangan hanya karena dia aku lemah, aku nggak mau seperti ini terus aku harus bisa belajar move on sedikit demi sedikit.

----

Sesampai di Rumah Sabbiya duduk di meja makan dan memakan makan siangnya.
"Nanti setelah makan kamu langsung istirahat ajah ya" ucap Bunda yang duduk di samping Sabbiya.

"Hmm Bunda"

Setelah menyelesaikan makan siangnya Sabbiya saat ini sedang berbaring sambil memainkan benda persegi tipis itu dengan tatapan yang serius.

Dengan bodohnya aku malah melihat IGya

Ya saat ini Sabbiya sedang menstalking ig Prass, dan melihat beberapa poto yang sedang ada kegiatan di sekolah

Sabbiya meletakan kembali ponselnya ke atas nakas lalu memejamkan matanya seakan menghilangkan pikiran aneh-aneh, setelah itu Sabbiya memasuki alam mimpinya.

"Kak?" Panggil Bunda sambil memegang mengelus pipi anaknya yang masih tidur.

"Kakak?" Panggil Bunda lagi yang hanya ada suara gumaman Sabbiya.

"Bangun udah sore kak" ucap Bunda dan Sabbiya membuka matanya lalu langsung duduk.

"Jam berapa Bun?" Tanya Sabbiya sambil melihat sekitar kamarnya.

"Jam setengah empat, kamu ko kaya orang kaget gitu" ucap Bunda.

"Ehh nggak papa ko Bun" jawab Sabbiya sambil terkekeh.

Bunda segera keluar dari kamar Sabbiya "jangan lupa sama kewajibannya kak" ucap Bunda lalu hilang di balik pintu.

Sabbiya segera berjalan ke arah kamar mandi lalu mengambil air wudhu terlebih dahulu, setelah itu Sabbiya menggelar sajadahnya.
Setelah beberapa menit Sabbiya memulai muraja'ahnya seperti biasa sehabis Shalat Sabbiya menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur'an.

-------
Di taman belakang rumah, Sabbiya sedang duduk sambil menulis di buku catatannya dengan serius.

Rindu..
Rindu sudah tidak bisa kujelaskan lagi, bagaimana rasa rindu yang tidak terbalas tapi seakan ada dorongan ingin bertemu dengannya..
Tapi egoku lebih tinggi untuk menahannya karena menurutku percuma..
Karena dia yang sudah memulai memutuskan cerita singkat ini..
Aku tidak marah padanya, mungkin saat ini dia sedang sibuk dengan kuliahnya dan menjalani kehidupan barunya..

Aku tidak berharap lebih padanya karena aku tau aku hanya menyembunyikan rasaku padanya.

Entah, sudah berapa banyak aku menulis kata demi kata untukmu..
Biarkan aku seperti ini menulis kata demi kata untukmu karena dengan ini membuatku mencurahkan semua rasa rinduku padanya..

Ya, Sabbiya habis bermonolog dengan kata-kata yang mengambarkan isi hatinya, saat Sabbiya melihat sekeliling taman ternyata hari sudah gelap matahari sudah turun dan memancarkan sinar yang amat sangat bagus.

Lalu Sabbiya menutup laptopnya dan berjalan masuk ke rumahnya.
"Kak gimana sekolah, kelas barunya" ucap Ayah, membuat Sabbiya yang sedang berjalan membalikan tubuhnya melihat Ayahnya yang sedang menonton tv.

"Ehh.. ya biasa yah, seneng bisa satu kelas lagi bareng sahabatku" ucap Sabbiya sambil mendekat kearah Ayahnya.

"Syukur deh, yaudah sana mandi nanti bantu Bunda kamu tuh nyiapin makan malam" ucap Ayah sambil tersenyum hangat.

"Siap yah".

----

Di Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang