Tolong Cek Kamar Saya - @Kinudang_B

486 88 44
                                    

"Rin, saya mau pergi dulu ya."

Wanita berambut pendek yang dipanggil "Rin" itu mengangguk kepada tetangga indekosnya yang buru-buru pergi ke luar gerbang utama. Rini menatap kepergian Kak Ina dengan senyum masih terangkat, Kak Ina terlihat cantik pagi itu, dengan rambut yang dikuncir biasa dan setelan kemeja putih dipadu dengan celana jins dan tas ransel yang disampir di salah satu pundak.

Kak Ina, walaupun berambut panjang, sejujurnya lebih tomboi daripada Rini yang berambut lebih pendek. Rini mengakuinya sendiri, ia lebih suka barang-barang yang bisa dikatakan lebih feminin, sementara koleksi Kak Ina cenderung koleksi uniseks. Rini bertanya-tanya, ke mana ya Kak Ina pergi? Apa dia kuliah pagi? Acara UKM? Berhubung gadis itu tidak ada kelas pagi, jadi ia kembali masuk ke kamar kosnya setelah Kak Ina berpamitan—tak lupa dengan mangkok mi kuah yang masih mengepul di tangannya.

Baru memasukkan beberapa suap mi ke dalam mulutnya, pintu kamar Rini diketuk.

"Rin!"

"Bentar!" Rini beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu, hanya untuk menemukan temannya yang satu lagi di sana sudah membawa banyak buku.

"Bantuin kerjain tugas, dong," pinta temannya yang berdiri di depan pintu.

Mata Rini memindai sebentar buku-buku yang dibawa temannya.

"Oh, masuk aja, Put. Lagian tugas yang itu belum gue kerjain juga." Mereka kembali masuk ke dalam kamar Rini.

"Tumben, biasanya lo yang paling rajin nyicil tugas daripada gue."

"Sarapan comes first, Put. Laper gue kemarin abis begadang." Rini menyuap minya kembali, mengabaikan Putri yang mengambil remot televisi dan mulai menonton acara kartun.

"Tapi pasti tugas lo yang lain udah selesai, 'kan?" Rini mengangguk.

"Enak lah, ini gue keteteran, makanya pagi-pagi udah rusuhin lo, hehe." Puput hanya cengengesan sementara Rini menahan diri untuk tidak memuta bola matanya. "Tapi gue juga takut begadang deh, Rin."

"Lah, 'ngapa?" Rini meneguk segelas air mineral kemasan.

Puput mengecilkan volume televisi dan mendekat ke Rini. "Lo, udah denger belum, soal kuntilanak yang katanya suka kedengeran di lantai atas. Gue takut, njir. Kira-kira lah, gue lagi khusyuk begadang garap tugas, tahu-tahu ditemenin sama Mbak Kukun." Puput bergidik.

"Ah, hoaks kali." Rini menanggapi dengan santai. "Gue biasa begadang juga nggak denger apa-apa—tapi gue emang pake earset, sih."

Puput melempar bantal ke Rini. "Nggak usah ngomong deh, nyebelin, katanya nggak denger begituan tapi soalnya lo lagi pakai earset."

Rini meringis. "Emang, lo denger dari siapa?"

"Kak Tika dari lantai atas, sama yang lain banyak yang denger kok, bentar lagi pasti viral. Percaya, deh."

"Btw, emang kuntilanaknya ngapain?" Rini membereskan peralatan makanan dan menghabiskan air minumnya.

"Kadang nangis, kadang ketawa, serem gitu deh. Udah, ah, 'nggak usah dibahas. Mending lo beresin mangkok lo dulu terus kita kerjain tugas."

"Oke-oke." Rini beranjak ke luar kamar kosnya.

Sambil membersihkan piring di dapur, gadis itu masih terpikir dengan omongan Puput temannya yang tidak masuk akal karena dia sendiri tidak mendengar suara-suara aneh, di samping itu memang dia kerap begadang. Rini pada akhirnya hanya menganggap omongan Puput sebagai angin lalu dan kembali mengerjakan tugas bersama temannya.

Satu yang ia tidak tahu, bahwa hari itu adalah awal mula malam penuh mimpi buruk hingga seminggu ke depan.

*

Teror Dalam GelapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang