Prolog

114 7 0
                                    


 Daun yang jatuh tak pernah menyalahkan angin. Kenapa manusia yang putus asa selalu menyalahkan takdir?

___

Takdir.

Takdir.

Dan takdir.

Takdirku yang begitu buruk membuatku benci kata itu.

Ditinggalkan kedua orang tua.

Membuatku dan kakakku harus bekerja banting tulang separuh waktu.

Diusiaku yang menginjak 15 tahun..
Yang seharusnya aku masih bersenang-senang dan menikmati masa remaja.

Semuanya terenggut karena waktuku kuhabiskan dengan bekerja.

Untunglah, aku dan kakakku mendapatkan beasiswa di SMA ternama di Ibukota.

Jadi aku tidak perlu bekerja lembur untuk biaya sekolah.

Tapi sekolah disana membuatku harus menerima segala konsekuensinya.

Memilih sebuah pilihan, Bukannya pasti ada konsekuensi yang harus diterima bukan?

Diejek teman di sekolah? Itu sudah menjadi santapan setiap hariku.

Dibully? Itu telah menjadi sebuah rutinitas harianku.

Bagaimana? Pedih bukan?

Ya itulah hidupku.

Selamat datang dan selamat membaca kisahku..

Tertanda.

Calistania Jingga Prandega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Calistania Jingga Prandega.

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang