PART 10 - SEBUAH PEMBELAJARAN🌷

25 2 0
                                    

Terkadang seseorang tak paham apa yang ada dibalik suatu keadaan kemudian berasumsi dan berpikiran yang tidak-tidak.

____

Aku mengompres dahi kak Senja dengan telaten. Setelah boleh keluar dari Rumah Sakit tadi, aku langsung diantar Joy pulang ke rumah.

Kini aku hanya berdua dengan Kak Senja yang masih tertidur pulas akibat efek dari obat yang dikonsumsinya.

Sedangkan Restya dan Joy langsung pamit pulang karena ada urusan yang akan mereka urus. Dan aku memahami itu.

Aku sebenarnya penasaran urusan apa yang akan mereka urus apalagi mereka terlihat kompak untuk pergi bebarengan.

Penasaran bangettt.. tapi aku sadar apa hakku? Mungkin mereka juga butuh privasi untuk urusan mereka itu. Maka aku memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.

Oke, kembali ke kak Senja. Wajah kakakku ini masih terlihat pucat. Namun, demamnya sudah terlihat menurun apalagi kemarin Restya sudah mengajaknya untuk periksa ke dokter. Sungguh, aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak ada restya kala itu.

"Ji--jingga.." gumam kak Senja lirih membuatku tersadar.

"Kak Senja.. aku disini" kataku sambil menggenggam tangannya erat.

Kak Senja tampak mengerjapkan kedua matanya lucu.

"Ka--mu udah pulang, dek? Syukurlah.." kata kak senja sambil memelukku cepat. Ia terisak seperti menahan tangis.

"Kak.. kak Senja kenapa? Jangan nangis, aku gak kenapa-napa kok." Kataku setengah berbohong. Kalau boleh jujur, punggungku yang memar ini masih terasa sangat sakit akibat pukulan balok kayu.

"Kakak khawatir banget sama kamu. Kakak takut kamu pergi ninggalin kakak sendiri. Kakak gak mau sendirian, jingga."kata kak senja masih dengan pelukannya.

"Aku gak akan ninggalin kakak. Justru aku yang takut kehilangan kakak." Kataku sambil mengelus pundaknya.

"Jingga.. kemarin Joy dan Restya datang. Katanya kamu diculik. Coba katakan sama kakak, siapa yang nyulik kamu?" Sambar kak senja tiba-tiba dengan raut serius.

Aku bungkam. Aku tidak ingin kak Senja tahu bahwa pelakunya adalah Beby, teman sekelasku. Akan jadi bencana kalau kak Senja sampai tahu.

"Katakan, Jingga! Kemarin Joy dan Restya tetap bungkam dan gak mau kasih tahu. Kamu yang berhak. Cepat katakan." Paksa kak Senja. Aku menghela nafas.

"Kak, aku gak diculik. Em.. kemarin aku cuma tersesat dan gak tau jalan pulang." Sangkalku.

"Kamu bohong, jingga. Coba katakan sambil menatap mata kakak." Kata kak senja membuatku mau-tak mau menatap kedua manik matanya yang kecokelatan.

"KAK. AKU. GAK. DICULIK." Ucapku penuh penekanan sambil menatap kedua mata kak Senja seperti yang ia minta.

Kalau kalian bertanya, apa semudah itu aku berbohong? Jawabannya tidak. Aku tidak pintar berbohong. Justru aku ragu.

"Oke. kakak anggap kamu jujur, Jingga. Tapi ingat, setiap kebohongan pasti ada balasannya. Kamu tanggung itu." Kata kak Senja sambil mewanti-wantiku.

Aku mengangguk. Ragu.

tok..tok.. tok..

suara ketukan pintu membuat pembicaraanku dengan Kak Senja terpotong. Siapapun kamu dibalik pintu itu, terimakasih..

"kak, aku bukain pintu dulu ya." kataku sambil setengah berlari. aku takut ditanyai macam-macam lagi oleh kak Senja.

aku membuka pintu rumahku dengan perlahan. tampaklah sosok berperawakan jangkung tanpa senyum yang menghiasi bibirnya. bahkan, wajahnya terlihat Lebam kebiru-biruan.

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang