PART 4 - SIAPA EZRA🌷

31 3 0
                                    

Cinta itu seperti angin
Kamu memang tidak bisa melihatnya tapi kamu dapat merasakannya
_

___

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Setelah dari Cafe tadi, aku dan kak senja lanjut bekerja di laundry. Alhasil, jam segini aku baru sampe di rumah.

"Capek ya, ga? Hoamm.. kakak ngantuk banget" ucap kak senja sambil menjatuhkan diri di kasur tipis milik kami.

"Iya kak. Tubuh jingga rasanya pegel semua" kataku sambil menyimpan ransel di meja.

"Oh iya, jingga ada PR gak?" Tanya kak Senja sambil bangun dari tidurnya.

"Enggak ada sih. Kalau kakak?" Balasku sambil berusaha mengingat.

"Ada sih tapi cuma 50 soal matematika. Sejam juga selesai" ucap kak senja santai sambil mengeluarkan buku matematikanya.

"Kalau gitu jingga bantuin ya kak?" Tawarku sambil mengeluarkan pensil dari dalam tas.

"Gak usah, jingga tidur aja. Lagian apa kamu bisa kerjain tugas kakak?" Tolak kak senja diakhiri ledekan diakhir kalimatnya.

"Yeee! Apasih yang jingga gak bisa. Materi kuliah aja udah jingga kuasai" ucapku sombong sembari tertawa ringan.

"Sombong banget adiknya kakak" balas kak senja ikut tertawa sambil menarik hidung mancungku.

"Jadi mau aku bantuin gak? Lumayan loh, mempersingkat waktu. setengah jam mungkin bisa selesai" kataku menggodanya.

"Iya deh adikku sayang. Kamu kerjain soal no 1-25 yaa.. kakak biar ngerjain soal no 26-50" ucap kak senja sambil menyodorkan kertas berisi soalnya.

"Oke kak" kataku semangat.

Setengah jam telah berlalu, aku dan kak senja baru selesai mengerjakan PR milik kak Senja.

"Menurut kamu, soalnya susah gak?" Tanya kak senja ketika ia sudah membereskan peralatan sekolahnya.

"Gampang sih kak. Apalagi yang soal cerita. Jingga paling suka yang kayak gitu" kataku senang.

"Makasih ya udah bantuin kakak" tutur kak senja tulus.

"Iya kakakku sayang" kataku tulus.

Aku menjatuhku tubuh dikasur sambil memeluk boneka pemberian ayah sebelum beliau meninggal.

Kak senja juga ikut berbaring disebelahku sambil menatap langit-langit kamar yang sudah tampak berlubang.

"Oh iya kak, tadi aku ditawari kerjaan sama kak angkasa" kataku teringat akan perbincangan dengan kak angkasa tadi siang.

"Kerjaan apa?" Tanya kak senja sambil menatapku bingung.

"Dia minta aku untuk jadi guru lesnya" ceplosku membuat kak senja tak dapat menahan tawanya.

"Pffffthh.. seriusan dia ngomong gitu? Masa dia minta adik kelas ngajarin dia sih" kata kak senja dengan tawanya. Aku tahu dia sedang menertawakan kak Angkasa.

"Iya kak, kakak bolehin aku gak ngajarin dia?" Tanyaku meminta persetujuannya membuat kak senja kembali serius.

"Tapikan kamu kerja, jingga." Ucap kak senja mengingatkanku.

"Aku tahu, kak. Aku bisa aja keluar dari salah satu kerjaanku. Kak Angkasa berani bayar aku 3 kali lipat dari gaji di Cafe." Ucapku membuat kak senja membulatkan matanya.

"Seriusan kamu? Kalau memang gitu terima aja" kata kak senja cepat. Mungkin ia tak ingin aku menyianyiakan kesempatan emas ini.

"Tapi kalau aku ngajarin kak angkasa, nanti kakak gak ada temen kerja lagi" kataku bingung.

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang