Kakak itu bagai bintang.
Indah, terang, dan bersinar.
___"Kak Senja, udah siap belum?" Tanyaku pada kak senja yang masih menyiapkan bekal di dapur.
Relista Senja Prandega.
Dia adalah kakak kandungku satu-satunya. Disaat semua orang pergi meninggalkanku hanya kak Senja yang tetap setia berada di sisiku."Sebentar, ga" jawab kak senja sambil bergegas menghampiriku.
"Wah, cantik banget adiknya kakak" puji kak senja sambil tersenyum tulus melihat penampilanku yang memakai baju putih abu-abu yang baru dibeli kak senja kemarin dari pasar loak.
"Ah kakak, biasa aja. Oh ya, makasih ya kak udah beliin jingga baju lagi. Walau bekas, tapi jingga bersyukur banget" ucapku.
"Iya, sama-sama. Kakak minta maaf ya cuma bisa beliin kamu baju bekas, tapi yang pentingkan bisa buat kamu ganti baju kalau dibully lagi" balas kak senja sambil mengelus lembut rambut panjangku.
"Gapapa kok, kak. Yaudah sekarang kita berangkat sekolah aja yuk" ajakku pada kak senja yang diangguki semangat olehnya.
Aku dan kak senja hanya terpaut 2 tahun.
Diumurnya yang menginjak 17 tahun, kak senja baru duduk di kelas XII. Hal itu dikarenakan kak senja tidak mengikuti kelas akselerasi sewaktu SMP.
Waktu Sekolah yang tergolong lebih panjang dan tidak adanya biaya membuat kak senja mengurungkan niatnya untuk mengikuti kelas yang sebenarnya diidam-idamkannya itu.
Sedangkan aku, aku sudah duduk di kelas XI karena mengikuti kelas akselerasi. Seharusnya, aku masih duduk di kelas IX SMP tahun ini. Aku sebenarnya tak mau mengikuti kelas akselerasi karena aku ingin menikmati masa SMPku lebih lama tapi karena kak Senja yang terus memaksaku untuk mengikuti kelas akselerasi, akhirnya aku mengiyakan.
Prinsipku hanya satu, aku ingin cepat lulus sarjana dan memiliki penghasilan yang cukup untuk biaya hidup kami.
Sejak ayah meninggal karena kebakaran di tempat kerjanya waktu itu, aku dan kak senja menjadi tak tentu arah. Kita diharuskan bekerja paruh waktu untuk biaya makan dan hidup kami. Apalagi, kami hanya hidup berdua di kota metropolitan ini.
"Jingga, kok melamun?" Panggil kak senja sambil menepuk bahuku pelan namun tepukannya itu sanggup membuatku terlonjak kaget.
"Gapapa kok, kak. Aku cuma lagi inget Ayah" jawabku sambil menunduk. Kak Senja menghentikan langkahnya dan menarikku kedalam dekapannya yang begitu menenangkan.
"Ayah udah tenang di Surga. Sekarang yang harus kita lakukan tetap berusaha menggapai cita-cita kita agar ayah bangga diatas sana" ucap kak senja pelan sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dipipiku.
"Iya kak, makasih ya kakak udah sayang banget sama jingga dan jagain jingga sampai sekarang" balasku sambil menatap manik mata kak senja yang begitu teduh.
"Udah tugas kakak" ucapnya dengan senyum terkembang.
"Yuk kita lanjutkan perjalanan ke Sekolah" lanjut kak senja sambil menggandeng tanganku untuk segera menaiki angkutan umum yang akan membawa kami ke Sekolah.
🦋🦋🦋🦋
Kami sampai di sekolah ketika waktu sudah menunjukkan pukul 6.30. Sudah banyak siswa-siswi yang datang ketika aku melewati beberapa Sudut Koridor Sekolah.
Aku dan Kak Senja berpisah ketika kami sampai di lobby utama tadi. Hal itu dikarenakan kelasku dan kelas kak Senja yang berlawanan arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Teen FictionJingga, Gadis polos yang harus menjalani hidup rumit di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Harus bekerja separuh waktu demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Ditinggalkan ayah dan bunda tercintanya sedari kecil adalah takdir buruk yang harus diterim...