PART 12 - MENGUNGKAP RASA🌷

21 2 0
                                    

Jika tuhan mengizinkan, aku ingin mencintaimu dalam derai tawa, dalam tangis air mata, dan dalam cinta yang terpendam rahasia.

_____

"GUE SAYANG SAMA LO, JINGGA!" teriak kak angkasa ketika motornya sudah melaju cukup jauh dari sekolah.

"APA KAK? AKU GAK DENGER." Tanyaku berbohong.

"LO MAU KE DANAU GAK? GUE TAHU DANAU INDAH SEKITAR SINI." Tanya balik kak Angkasa mengalihkan topik.

"TERSERAH KAK ANGSA AJA" balasku sambil menikmati sepoi angin yang menerpa wajahku.

****
Setelah menempuh 45 menit dalam perjalanan, akhirnya kami sampai di sebuah danau yang kukenali.

Dulu, aku dan kak Senja sering diajak kesini oleh Ayah.
Ayah bilang disini tempat bersejarahnya dengan Bunda.

Tanpa sadar aku meneteskan air mata.

"Jingga, lo kenapa nangis? Gue ada salah atau ada yang sakit?" Tanya kak angkasa. Ia terlihat cemas.

Aku mengusap air mataku cepat, "enggak kak, tempat ini ngingetin aku tentang cerita ayah. Dulu, ayah sering ngajak aku sama kak Senja kesini." Ucapku jujur.

"Oh ya? Pasti lo rindu banget ya sama ayah lo?" Tanya balik kak angkasa. Aku mengangguk.

"Banget, kak. Makasih kakak udah ngajak aku kesini. Tempat ini sedikit mengobati kerinduanku sama ayah." Ucapku tulus.

"Iya sama-sama. Tempatnya indah ya, pantes aja ayah lo suka. Asal lo tau ya, ini juga tempat favorit nyokap gue tau. Beliau bilang pernah ada kenangan spesial disini."

"Oh ya? Ternyata tempat ini tempat bersejarah bagi ayah aku dan mama kamu." Ucapku sambil tersenyum.

"Dan sebentar lagi tempat ini juga akan jadi tempat bersejarah bagi kita." Ucap kak angkasa begitu lembut membuatku serasa ingin melayang.

"Ihh.. kakak, apaan sih!" Kataku malu. Aku yakin pipiku sudah seperti kepiting rebus.

"Jingga, duduk sana yuk." Ajaknya tak memedulikanku yang masih salah tingkah. Ia malah menunjuk sebuah bangku panjang.

"Yy-yuk." Jawabku. Kami berdua berjalan kearah bangku kemudian duduk.

Aku terdiam canggung. Kenapa hening banget ya?

"Gue cinta sama lo, jingga" tutur kak angkasa tiba-tiba membuatku terlonjak kaget. Aku tidak percaya bahwa ia mencintai gadis miskin seperti... aku

"Tapi gue gak mau nembak lo." Lanjutnya dengan ekspresi wajah tak dapat ditebak.

"Kenapa?"

Bukan! Bukan itu yang mau kukatakan. Tapi kenapa hanya kata itu yang muncul dari mulutku. Aku sedikit kesal dengan kata yang terceplos secara spontan itu. Kata itu seperti menandakan bahwa aku sebenarnya menginginkan menjadi kekasih kak angkasa.

Padahal memang benar.

"Takut lo mati" jawabnya enteng. Aku membelalak dan sedikit kesal mendengar jawabannya yang begitu enteng itu.

"Enggak, gue bercanda. Gue emang cinta sama lo dan gue akan nembak lo ketika gue udah ngerasa pantas bersanding disisi lo" lanjutnya dengan seriangan kecil. Bukan seringaian menyeramkan tapi seringaian yang terlihat begitu menenangkan.

"Pantas?" Tanyaku bingung. Kak angkasa menghela nafasnya pelan, ia meraih tanganku membuatku sedikit grogi dibuatnya.

"Ya, gue akan nembak lo ketika gue ngerasa pantas. Gue akan berusaha meningkatkan rangking gue. Gue yakin gue bisa. Lo maukan nunggu gue?" Ucapnya begitu meyakinkan. Aku menatap kedua bola matanya yang begitu teduh dan tak menyiratkan sedikitpun kebohongan disana.

"Aku gak tau dengan perasaaanku sendiri kak" kataku ragu sambil melepas cekalan tangan kak angkasa.

"Oh gitu, jadi misi gue bertambah. Satu, gue akan meningkatkan rangking. Kedua, gue akan buat lo jatuh cinta dengan seorang Angkasa" ucap kak angkasa mantap sambil menangkupkan kedua tangannya di pipiku.

"Di mata kakak, apa sih kelebihan seorang Jingga?" Tanyaku heran.

"Gak ada, tidak ada kelebihan yang menonjol. Hanya saja, gue terlalu salut dengan perjuangan hidupnya." Ungkapnya terdengar begitu jujur.

Aku menghempaskan kedua telapak tangannya dari pipiku. Aku menunduk sedih mendengar pengakuannya. Mendengar jawabannya itu, aku sedikit meragukan cinta seorang Angkasa.

"Apa itu cukup untuk disebut cinta? Menurutku itu hanya rasa kagum semata" kataku masih dengan kepala yang tertunduk.

"Tentu saja bukan itu alasannya. Jingga, asal lo tau.."

"Gue cinta sama lo itu tanpa alasan. Jadi jangan suruh gue untuk beri suatu alasan untuk itu" ungkapnya membuatku mendongak. Aku tidak percaya ini. Ternyata selain humoris, kak Angkasa juga romantis.

Aku dibuat terbang seketika.

****
Setelah dari taman tadi, kak Angķasa langsung mengantarku pulang.

Demi apapun, aku masih sangat bahagia. Bahkan, aku tidak sadar jika sudah ada kak Senja yang berdiri tepat didepanku.

"Eeehh.. ada apa nih? Senyum-senyum sendiri?" Tanya kak senja penasaran. Ia mengernyitkan alis dan mulai menempelkan tangannya di dahiku.

"Kakak tau gak?" Tanyaku sambil menyondong tubuhku kearahnya.

"Tau apa?" Tanyanya.

"Tadi kak Angkasa nyatain perasaannya sama aku. Dia bilang, dia cinta sama aku." Ungkapku jujur sambil menggigit bibir bawahku sangking senangnya.

"Wah.. terus kamu terima?" Tanya kak senja penasaran.

"Kak Angkasa gak mau nembak aku. Dia janji bakal nembak aku kalau dia udah berhasil naikin rangking kelasnya dan udah bikin aku jatuh cinta." Ceritaku.

"Bagus dong. Tapi kamu harus tetep hati-hati ya, dek. Sebaik apapun angkasa, kita gak pernah tau bagaimana sikap aslinya." Ucap kak senja membuatku mengangguk.

"Kak Angkasa kalau di kelas gimana sih, kak?" Tanyaku yang entah kenapa mulai kepo tentang kak angkasa.

"Kakak gak tau. Kita kan beda jurusan. Angkasa jurusan IPS sedangkan kakak IPA. Kita cuma jadi satu kalau ada olahraga aja." Jelas kak Senja membuatku mengangguk mengerti.

"Eh kak, menurut kakak nih ya.. jangan pikir macem-macem. Kalau aku jadian sama kak angkasa gimana?" Tanya yang sudah menahan malu.

"Ya gapapa sih. Asal kamu harus bisa jaga diri aja dan tau batasan." Balas kak Senja sambil mengelus rambutku lembut.

"Beneran kak? Emang aku boleh pacaran?" Tanyaku masih tak yakin.

"Bolehlah. Itu hak kamu jingga. Tapi.." kak Senja menggantungkan kalimatnya membuatku penasaran.

"Tapi apa?" Tanyaku.

"Kakak takut kalau orang tua Angkasa ngelarang hubungan kalian. Kamu tahulah, angkasa orang terpandang sedangkan kita? Cuma orang berekonomian rendah yang kebetulan bisa sekolah modal beasiswa." Ucap kak Senja. Aku mengangguk paham. Pikiranku tak sampai kesana tadi. Dasar ya, kalau udah jatuh cinta kita susah berpikir pakai logika.

****

JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang