Jujur, aku ingin sekali menjauhi kakak tapi hati ini selalu menolak seolah berkata "aku tidak bisa"
_____
Aku duduk sendirian di halte bus dekat Sekolah. Sudah satu setengah jam lamanya aku menunggu kak Angkasa disini tapi dia tak kunjung datang.
Sungguh, menunggu tanpa kepastian itu sangat melelahkan.
Awas saja kalau sampai pukul 16.00 dia tidak jadi datang, aku akan memberinya tugas 100 soal matematika.
"Hosh!! Hosh!! Jingga" teriak suara bariton diseberang jalan.
Aku mengangkat wajahku dan memang benar yang ditunggu sedari tadi baru saja datang.
"Gue minta maaf, gue telat" kata kak angkasa sambil mengatur nafasnya.
"Satu setengah jam waktuku terbuang hanya untuk menunggu kakak." Tuturku dingin. Aku sangat benci dengan orang yang tidak menghargai waktu.
"Maka dari itu, gue minta maaf." Ucap kak angkasa sambil mengusap wajahnya gusar.
"Waktu itu sangat berharga, kak. Dalam setiap detik banyak hal yang dapat terjadi dalam kehidupan. Dalam satu detik ada 4 bayi yang lahir, 2 orang meninggal dunia, 4000 bintang tercipta,dan pecahnya 30 buah supernova di jagad raya. Mendengar semua itu, apa kakak masih tidak bisa menghargai waktu?" Tanyaku sambil menatap kak angkasa serius.
"Tadi gue diajak main PS di Warung Belakang Sekolah dan gue juga lupa kalau ada janji sama lo. Sekali lagi gue minta maaf" kata kak angkasa yang sepertinya merasa tidak enak.
"Iya aku maafin. Sekarang kita mau belajar dimana?" Tanyaku tak ingin membuang waktu.
"Di Cafe mama--eh maksud gue di Cafe tempat lo kerja dulu gimana? Nanti disana kita bisa sekalian nunggu kakak lo" ucap kak angkasa mengeluarkan idenya.
"Yaudah ayo" kataku mengiyakan.
"Siplah.. tunggu disini, gue mau ambil motor dulu" kata kak angkasa sebelum ia berlari menuju parkiran sekolah.
🦋🦋🦋
Setelah 15 menit di perjalanan, aku dan kak Angkasa telah sampai di Cafe biasa aku kerja. 'RaSa Cafe' namanya.
"Kita di private room aja gimana?" Tanya kak angkasa meminta persetujuanku.
"Boleh kak" kataku menurut.
Kak Angkasa menarikku masuk ke dalam Private Room, ia menghempaskan tubuhnya ke Sofa merah yang tampak sangat empuk dan nyaman."Kak, kita belum pesen tempat ini loh." Peringatku padanya.
"Ini Cafe mama gue. Jadi terserah gue dong." Katanya santai dan terlihat begitu sombong.
Tanpa menjawab ucapannya aku memilih mengambil buku pelajaran Bahasa Inggris dari dalam tasku.
"Ini buku Bahasa Inggris kelas XI. Apa kakak udah menguasainya?" Tanyaku sebelum memulai pembelajaran.
"Belum, gue gak ngerti." Jawab kak angkasa sambil mengedikkan bahu.
"Kalau gitu kita mulai dari bahasa sehari-hari. Lewat percakapan sederhana aja ya? Kalau aku ngomong, kak Angsa harus jawab!" Perintahku sambil menaruh kembali buku yang sempat kupegang.
"Oke" katanya setuju.
"Hello Angkasa! Long time no see. How are you?" Tanyaku memulai percakapan. Aku ingin menguji kepintarannya dalam berbahasa asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Ficção AdolescenteJingga, Gadis polos yang harus menjalani hidup rumit di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Harus bekerja separuh waktu demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Ditinggalkan ayah dan bunda tercintanya sedari kecil adalah takdir buruk yang harus diterim...