Holiday

14 4 0
                                    

"Semua udah siap!" teriak Lila di dermaga.

"Siap!" teriak seluruhnya.

"Yang gue panggil namannya menghadap, setelah itu naik ke kapal." Lila mulai memanggil satu persatu teman sekelasnya yang datang untuk berlibur bersama di Papua.

Dengan tertib seluruh siswa bergantian menaiki kapal sesuai abjad yang terpanggil. Satu demi satu hingga diakhir abjad seluruh siswa telah masuk.

"Gimana Lil, semuanya datang?" tanya Gery menghampiri Lila yang belum kunjung masuk ke kapal.

"Farrel." tutur Lila yang masih memandang dermaga kayu yang panjang.

"Ada kabar ga dari dia?"

"Ga ada Ger, gimana ni. Apa kita tinggalin dia aja?" Lila mulai bingung. Apa dia harus meninggalkan Farrel atau menunggu beberapa menit lagi.

"Kita tinggal aja, kasian anak-anak. Udah pada ga sabar sampai disana." daripada mengorbankan waktu untuk satu orang yang tak kunjung datang lebih baik meninggalkannya. Siapa suruh dia datang terlambat tanpa memberi kabar lagi.

Ini keputusan yang berat bagi Lila. Karna dia sangat ingin berlibur bersama Farrel disana. Itu adalah mimpi terindah yang telah dia bayangkan selama ujian sekolah kemarin. "Oke, kita tinggalin dia." dengan pasrah Lila mengorbakan keegoisannya. Teman-temannya lebih penting daripada keinginannya yang akan menjadi angan-angan saja.

"Ayo Ger," ajak Lila lesuh berjalan memasuki kapal yang diikuti Gery dari belakang.

***

Sial. Farrel mengumpat disaat melihat jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul 07:30 di kamarnya. Dia langsung melompat dari tempat tidurnya lalu melesat ke kamar mandi.

Setelah siap Farrel mengambil barangnya. Untungnya dia telah mempersiapkan barang pribadinya semalam. Mobilnya telah menyatu dengan jalan raya yang padat dilalui kendaraan lain. "Pak ngebut." perintah Farrel dari kursi belakang.

Farrel beberapa kali menelepon Gery yang notaben ketua kelasnya. Tidak ada jawaban darinya. Hanya ada suara operator yang meminta meninggalkan pesan. Payah. Farrel menatap jalan raya dengan frustasi. Apa sekarang Aura lagi berduan dengan Aldo. Farrel mengacak-acak rambutnya. Gue harus sampai disana. Apapun resikonya.

"Loh? Kapalnya kemana?" Aura baru saja mendapatkan kenyataan yang pahit. Dia telah ditinggalkan oleh teman-temannya. Padahal dia hanya izin sebentar ke toilet. Damn. Aura menatap dermaga yang kosong tanpa kapal yang menepi disana. Duduk seorang diri. "Apa gue balik aja?" Aura melirik arlojinya dipergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 08:05.

"Gue lupa. Barang-barang gue di kapal!" Aura menepuk kelapanya sendiri. Penderitaan yang sempurna. Aura mencoba mencari ponselnya disaku celana lalu beralih pada jaket Levi's nya. "Ga ada?" Aura mencoba kembali mencarinya. "Oiya!" dia ingat. Sebelum pergi ke toilet ponselnya dia titipkan pada Aldo tadi. "Perfect." Aura menatap nanar lautan yang membentang.

Dengan sedikit berlari di sepanjang dermaga Farrek mencari keberadaan teman-temannya. Tapi dia tidak menemukan apapun. Teman ataupun kapal yang menepi tidak ada disana. Dia hanya melihat sesosok gadis yang tengah duduk di ujung dermaga dengan rambut hitam pekatnya yang terurai melambai tertepa angin laut disana. "Bagus. Gue ditinggal. Dan sekarang gue harus apa." Farrel bertolak pinggang melihat kopernya lalu beralih melihat asisten pribadinya yang masih menunggu setia disamping mobil sebelum tuannya beranjak darisana.

Serenus | Hening |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang