Hampa

43 6 0
                                    

Aura berdiri dihalte SMA Kage setelah melakukan rutinitasnya yang melelahkan. Menyelesaikan pekerjaan organisasi yang membuatnya pulang lebih terlambat.

"Aura." Teriak Aldo dari kejauhan sambil melambaikan tangan pada Aura.

Aura hanya tersenyum dan membalas lambaian tangan Aldo dari tempatnya berdiri. Aldo pun pergi dengan motor sportnya.

Aura menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Lu tau," seseorang tiba-tiba berada disamping Aura.

Aura yang kaget secara refleks menjauh dari yang empunya suara. "Lu tau, kenapa tadi gua cuekin lu." Farrel kini telah tepat berdiri disamping Aura dengan kedua tangan dimasukan kesaku celana yang berada di masing sisinya dengan tatapan yang mengarah kedepan.

"Heh engga."

"Gua engga mau, ada yang tau kalo gua pernah satu sekolahan sama lu."

Entah kenapa terbelesit rasa kecewa yang Aura rasakan terasa sesak yang tak bisa diartikan. "Iya, gapapa." Aura memberanikan diri untuk besar hati menerima dan tersenyum tipis disudut bibirnya.

Bus yang ditunggu kini datang dan tanpa aba-aba Aura mendahului Farrel dengan posisi yang sama. Aura memilih kursi paling belakang dekat dengan jendela ia duduk disana dan melihat Farrel yang tak kunjung naik ke dalam bus.

Aura terus menatap Farrel. Farrel yang merasa diawasi mendongakkan wajahnya pada jendela bus yang kini Aura berada, masih dalam posisi yang sama. Dan kini mata mereka bertemu hanya memandang tanpa ada yang perlu dikatakan.

Bus pun berjalan meninggalkan halte SMA Kage dan juga Farrel yang tak tahu sedang menunggu apa selain bus yang akan mengatarnya pulang.

Aura pun acuh saat bus berjalan meninggal Farrel yang masih berdiri di halte.

Farrel kini sedang menunggu jemputan yang diperintahkan ayahnya, Farrel sengaja meminta jemput saat keadaan sekolah sudah sunyi, ia tak ingin siswa lain memandang Farrel karna ia anak orang yang berada. Tak ingin mencari teman karna ia melihat dari materi yang ia punya.

Kini sebuah mobil BMW berwarna putih telah berhenti tepat dihadapan Farrel. Seseorang dengan stelan jas keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Farrel.

Farrel melangkah maju dan duduk dikursi belakang. Pintu pun kembali ditutup, mobil yang ditumpangi Farrel pun melaju di jalan raya yang kini padat dilalui banyak kendaraan umum maupun pribadi.

"Pak, ayah ada dirumah?" Tanya Farrel dengan pandangan menatap keluar jendela.

"Tidak tuan muda, tuan Surya sedang berada di Perancis." Jelasnya.

Farrel mendengus pelan, ia merasa sepi jika kala kembali kerumah yang nan megah tanpa penghuni. Tak ada yang bisa diajak bercengkrama dengannya.

***

Kini Farrel duduk dikursinya dengan menggunakan headphone berwarna putih mendengarkan lagu kesukaannya, sambil membaca novel yang ia beli kemarin.

"Hai Farrel." Sapa Lila yang baru masuk kelas dengan tas yang masih tersampir dipundaknya.

Farrel hanya melirik dan melanjutkan aktivitasnya kembali.

"Ih cuek banget si, tapi gapapa gue tetap sayang kok sama lu." Cengirnya. Farrel tak menanggapi apa yang diucapkan Lila karna ia tak bisa mendengar perkataannya terlalu fokus dengan musik yang ia dengarkan dan novel yang ia baca.

Lila pun bercerita tentang dirinya yang sangat terkenal seantero sekolah Kage, betapa cantiknya dia, betapa banyaknya pria yang mengejarnya, dan masih banyak lagi.

Kini Farrel berdiri dari kursinya dan meletakkan novel dan headsheat diatas meja.

"Lu mau kemana?" Tanya Lila yang sedang asik bercerita tapi kini berhenti karna Farrel tiba-tiba betdiri.

"Toilet." Jawabnya singkat. Lila yang mendengar jawaban Farrel hanya mengangguk-angguk mengerti.

Farrel pun keluar dari kelas berjalan menyusuri koridor yang berada dilantai tiga, tanpa disengaja ia melihat Aura yang berjalan menuju kelas.

Aura menunduk saat berjalan tak memperhatikan apa yang akan terjadi jika ia tak melihat kedepan. Farrel menghentikan langkahnya berdiri dihadapan Aura yang menunduk.

"Aduh." Aura mengeluh karna ia menabrak sesuatu dihadapannya, seingatnya tidak ada tembok yang dibangun ditengah koridor. Tapi jika tembok kenapa menggunakan kain? Dan tak sekeras tembok pada umumnya? Heh sepatu? Memang tembok punya kaki ya? Sampai menggunakan sepatu.

Aura mendongakkan kepalanya ingin melihat apa yang ada dihadapannya. Aura mundur beberapa langkah setelah melihat Farrel dihadapannya.

"Maaf." Aura mengangguk dan kemudian berjalan melewati Farrel, tapi Farrel menggapai tangan Aura. Aura terkejut karna ada tangan yang memegang pergelangan tangannya.

Farrel melangkah mundur. "Liat itu kedepan bukannya nunduk kek narapida yang masuk bui." Farrel melepaskan pegangan tangannya setelah berucap. Melangkah kembali menuju toilet.

Aura kini mematung. Tidak bisa melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Pagi Aura." Aldo menepuk pundak Aura.

"Pa-pagi." Aura kembali sadar setelah mendapatkan tepukan dari Aldo.

"Kenapa lu? Jangan bengong nanti kesambet." Ucap Aldo sambil menyengir.

"Gak, bengong? Pea lu Do. Bukannya elu yang suka bengong ya." Balas Aura tak terima sambil memperlihatkan ekspresi jika Aldo sedang bengong.

Aldo tertawa karna melihat ekspresi Aura yang konyol. Aura pun ikut tertawa dengan sikapnya sendiri.

"Udah ayo masuk." Ajak Aldo yang masih tertawa, mereka pun berjalan beriringan sambil tertawa ria.

Serenus | Hening |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang