One Thousand Years

15 4 0
                                    


"Gue. Gue yang akan ngantarin Aura pulang, dengan selamat dan tanpa luka sekalipun." ucapnya lantang tanpa keraguan.

Aura dan Aldo menengok secara bersamaan ke arah sumber suara. Farrel. Batin Aura. Dia datang ke pesta ini? Wah ini sungguh kejadian langka yang pernah dilihat Aura.

"Lu ga usah khawatir Do kalau lu ga ada, gue bersedia ngatar Aura pulang." Farrel berjalan mendekati Aura dan Aldo, menjadi penengah diantara mereka berdua. Farrel menatap Aura dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu tersenyum simpul sesaat. Selalu cantik. Batin Farrel mengagumi Aura yang dibalut Dress selutut berwarna hitam.

Seharusnya gue yang selalu ada disamping lu Ra. Batin Farrel kembali.

Farrel kini menatap Aldo yang sedari tadi menatap Farrel dengan menantang. Kayaknya ada yang cemburu. Sudut bibir Farrel tertarik. Tersenyum sinis. Meremehkan Aldo.

Aura tertegu dengan ucapan Farrel. Ia menatap Farrel yang memakai kaos oblong putih dipadukan dengan celana Joger hitam yang melekat pada dirinya, lalu melirik Aldo yang tengah menatap Farrel dengan intens. Menganggap bahwa Farrel adalah rivalnya.

"Eh. Ga usah Rel, gue sama Aldo kok pulangnya. Jadi, lu ga usah repot-repot antar gue pulang." jelas Aura mencair suasana yang menegangkan.

"Iya. Dia sama gue. Jadi lu ga usah antar Aura pulang." tutur Aldo yang langsung menarik tangan Aura secara tiba-tiba.

Aura terkejut dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu. Tidak biasanya dia melakukan hal yang seperti ini. Aura menarik tangannya yang dipegang Aldo, dia tidak terbiasa dengan perlakuan yang seperti itu.

Terpancar raut kecewa Aldo yang menerima penolakan dari Aura secara mentah-mentah.

"Hey guys! Gimana kita dansa dulu sejenak, kalian ga boring apa duduk-duduk cantik terus berdiri dipinggir balkon sambil bengong doang." Suara Lila terdengar dipenjuru atap, ia sedang berdiri di atas panggung mini yang terdapat pemusik dibelakangnya.

"Ayo guys! Dansa dulu," lanjutnya dengan berseru. "Cari pasangan kalian guys. SEKARANG!" serunya lebih bersemangat.

"Ayo Ra," Farrel langsung menggapai pergelangan lengan Aura lalu menuntunnya menuju lantai dansa.

"Lu bisa dansa Ra?" tanya Farrel setelah sampai di lantai dansa tanpa melepas Aura.

"Eh. Rel. It-itu" Aura salah tingkah menerima perlakuan Farrel. Mati dah gue ini bentar lagi. Batin Aura menjerit. "Gue ga bisa." tutur Aura pelan.

"Injak sepatu gue aja kalau gitu." Farrel berusaha membujuk Aura agar mau berdansa bersamanya malam ini.

"Sepatu lu-" jari telunjuk Farrel dengan cepat membukam bibir Aura.

"It's oke. Ga usah mikirin sepatu gue."

"Oke guys kalian udah berpasangan kan! Kita mulai dansanya. Oke!" seru Lila di panggung mininya.

"Oke!" seru anak kelas bersamaan.

"Tarik mang!"

"Ga usah ragu Ra." ucap Farrel kembali menyakinkan Aura.

Aura mengangguk pelan pertanda setuju dengan perintah Farrel. Semoga gue ga ngelakuin hal konyol di malam ini, please god! Aura menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Gue siap. Aura menaikkan kaki kanannya disepatu sneakers putih Farrel sebelah kiri lalu menaikkan kaki satunya disisi yang lain.

Farrel mulai memposisikan diri untuk mulai berdansa dengan Aura. Tangan kanannya memegang tangan kiri Aura. Sedangkan tangan kirinya memegang pinggul Aura yang elok. Sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Farrel melempar senyum pada Aura yang sibuk menyesuaikan irama musik dengan melodi yang mendayu-dayu.

Aura melihat sekilas Farrel yang sedang tersenyum kearahnya langsung memalingkan wajah kearah lain. Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Aura menyembunyikan rasa senangnya pada Farrel. Sesekali ia tersenyum menatap Farrel yang begitu dekat dengannya. Malam yang indah. Aura semakin memperkuat pegangannya dipundak Farrel. Ia takut terjungkal kebelakang jika sampai melepaskan pegangannya dipundak Farrel.

Lagu One Thousand Years telah melengkapi malam yang syadu saat ini. Menambahkan kesan romatis disetiap gerakan dansa yang berlangsung. Melangkah ke kanan lalu ke kiri, melakukannya dengan mengikuti melodi lagu yang lambat.

"Apa rencana lu di libur semester?" Farrel berbisik ditelinga Aura, memulai percakapannya sambil berdansa di tengah keramaian.

"Hmm.. Belum tau," jawab Aura sekenanya.

"Lu sendiri gimana?" tanya Aura membalikkan pertanyaan. Penasaran apa yang dilakukan seorang putra tunggul perusahaan besar yang ternama.

Farrel nampak berpikir untuk menjawab pertanyaan Aura yang sangat mudah tuk dijawab. "Me too." jawab Farrel diselingi cengengesan.

Aura semakin salah tingkah saat melihat tawa Farrel yang mengingatkannya akan masa lalu. Melihat masa dimana ia hanya memperhatikan Farrel di pinggir koridor sekolah menengah pertama. Kenapa jadi gini! Aaaa... Kapan ini berakhir. Aura celingak celinguk mencari keberadaan Aldo. Berharap ia segera mengakhiri drama yang tiba-tiba menghampirinya.

Farrel dibuat bingung oleh tingkah Aura yang tidak menikmati acara berdansa bersamanya. "Lu kenapa?" tanya Farrel yang masih tetap setia memegangi Aura.

Aura terkejut dengan Farrel yang tiba-tiba bersuara. "Heh. Engga papa kok," Aura masih melirik kesana kemari mencari keberadaan Aldo.

"Lu risih ya Ra dideket gue?" Aura yang mendengar pernyataan Farrel langsung menatap matanya yang kini sendu menatap lantai dansa.

Risih? Oh my god gue bukan risih asal lu tau Rel, didekat lu itu sebuah kebahagian yang selama ini gue nanti. "Engga kok. Tapi ini udah malam, gue harus balik sebelum bokap pulang." Aura mengakhiri berdansanya lalu meninggalkan Farrel begitu saja di tengah orang-orang yang sedang berdansa.

Farrel hanya menatap punggung Aura semakin menjauh lalu termenung disana. Maaf, seharus gue lebih berani daripada ego gue ini.

.
.
.
Hoho... Maapkun daku guys :v
Baru bisa lanjut si Serenus hehe
Next time dipercepat go publish nya :D
.
.
Thank you

Serenus | Hening |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang