Planning

26 4 0
                                    

"Haiii... guys." Teriak Lila yang sudah betdiri di depan kelas.

"Woiii mohon perhatiannya kawan-kawan." Ucapnya karna seluruh siswa sedang fokus dengan soal yang di berikan guru karna tidak dapat hadir di kelas.

"Aduuu herman gue ama ni kelas," gerutunya sendiri.

"Oi oi oi para manusia jomblo." Panggil Lila lagi mencari perhatian seluruh murid.

"Eh Lila. Sadar diri. Lu juga jomblo. Malahan yang paling ngenes." Celetuk Roy. Seketika tawa seluruh siswa bergema.

"Eh buaya buntung, cap kuda nil. Diem lu." Hardik Lila.

Roy hanya bergumam tidak jelas tidak ingin adu mulut dengan Lila lebih dalam.

"Jadi gini ya guys, gue mau bikin rencana. Gimana kalau kita liburan tahun baru sekelas pergi ke pulau?" Jelas Lila setelah seluruh siswa memperhatikannya.

"Pulau mana?" Tanya Grey mengangkat tangan.

"Gimana kalau kita ambil suara terbanyak aja? Yang paling banyak suaranya kita ke pulau itu." Tanya Lila pada seluruh siswa.

Aura masih fokus dengan soal yang ada di depannya, walaupun ia juga mendengarkan pengumuman dari Lila. Aura setuju saja pergi bersama dengan teman sekelasnya toh ini akan menjadi kenangan terakhir di masa SMA.

"Ra lu ikut?" Tanya Aldo yang kini telah memutar badan dan tepat di hadapan Aura.

"Heh kenapa Do? Ke pulau?" Tanya balik Aura yang kurang jelas mendengar pertanyaan Aldo.

"Iyalah masa ke goa."

"Ikut gue, kenapa emang?"

"Wow tumben lu mau. Biasanya ogah ogah an lu Ra."

"Hm... gimana ya Do, gue ngerasa pengen nyoba hal baru aja di masa terakhir SMA gue ini." Jelas Aura. Aldo hanya mengangguk-angguk.

Terukir senyum di bibir Farrel, senang dengan keputusan Aura yang akan ikut liburan tahun baru. Gue bakalan jagain lu, walaupun hanya dari kejauhan. Tanpa lu ketahui.

Lila telah menulis di papan tulus beberapa pulau yang sudah di diskusikan bersama dan telah mengambil suara daru seluruh siswa. Pulau yang akan mereka kunjungi adalah kepulauan Raja Ampat yang menyajikan lautan yang belum terkontaminasi oleh ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

"Oke guys jadi destinasi tujuan kita nanti Papua ya, minta izin sama ortu jangan bohong okay." Jelas Lila dan kembali pada kursinya.

"Aldo." Panggil Aura.

"Why?" Jawab Aldo tanpa memutar badan.

"Liat kek kebelakang." Pinta Aura.

Aldo memutar badannya dan mengangkat dagu mengisyaratkat bertanya kenapa? Setelah bertatapan dengan Aura.

"Soal yang ini gimana? Gue ga ngerti. Lu ngerti kan."

"Oh... gitu doang."

"Iya. Jadi gimana yang ini?" Sambil menunjuk soal yang rumit dipecahkan.

Aldo menggelengkan kepala menandakan bahwa ia juga tidak mengerti. Aura memukul kepala Aldo dengan pensil yang ada di tangannya.

"Aduh! Sakit. Dasar ibu tiri." Aldo mengusap kepala bagian yang di pukul dengan pensil.

"Rasain. Lagian sapa suruh php in gue." Bela Aura.

"Terus gimana ni? Lu ga ngerti, gue juga ga ngerti, terus siapa yang mudeng." Ucap Aura frustasi.

Aldo memantau penghuni kelas berharap ada siswa yang telah selesai dengan melihat ia telah bersantai menandakan bahwa ia telah selesai.

Namun tidak ada satu pun murid yang tengah bersantai kecuali Roy yang sedang bermain game di ponselnya. Roy? Tidak mungkin pasti ia sedang menunggu jawaban dari temannya maka dari itu ia menunggu dengan bermain game.

Aldo kembali menperhatikan kali saja ia melewatkan salah satu siswa dari pandangannya.

Farrel telah selesai mengerjakan soal, ia mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan mulai membuka sosial medianya.

"Farrel." Panggil Aldo dari bangku di sebrang.

Aura melotot ke arah Aldo yang sedang memanggil Farrel, tidak percaya dengan apa yang dilakukan Aldo. Eh kok. Do kok lu manggil Farrel?  Please jangan nengok dong please. Jerit Aura dalam hati.

Farrel mendengar ada seseorang yang memanggil dia menoleh kesumber suara, ia adalah Aldo sahabat Aura yang memanggilnya.

"Apa?" Tanya Farrel tanpa pikir panjang ia menghampiri meja Aura dan berdiri disebelah.

"Farrel tolong ajarin kita ya." Pinta Aldo.

"Yaudah, yang mana?" Tanya Farrel yang sedari tadi hanya menatap Aldo, tanpa melirik sedikit pun ke arah Aura.

Aura sedari tadi mengatur degub jantungnya yang terlalu cepat,
temponya tidak dalam keadaan normal.

Farrel menarik kursinya dan meletakkannya di samping Aura.

"Yang ini," tunjuk Aldo pada soal yang sudah ada di tangan Farrel. "Kita kurang ngerti." Lanjutnya.

"Oke gue jelasin ya, jadi gini..." jelas Farrel, tapi tak terdengar oleh Aura hanya gerakan mulut yang ia perhatikan, mencoba fokus dengan apa yang yang Farrel jelaskan.

Aura gelisah sendiri saat bersebelahan dengan Farrel terlalu gugup berada di dekatnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain mencoba bersikap biasa.

Mencoba fokus dengan penjelasan Farrel, mengatur perasaan yang meletup letup didekat seorang Farrel Mark. Seseorang yang telah membuat Aura jatuh kedalam cinta yang tidak bisa diungkapkan.
.
.
.
.
Thaky you for attention guys 😊

Next chapter diusahakan minggu depan.

Jangan lupa vote and comment ^^ thanks
~Hikari

Serenus | Hening |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang