Tak Berharap

89 7 10
                                    

Semua kesempatan hilang begitu saja, tanpa ada usaha sama sekali. Aura menyesal akan perbuatan yang ia sia siakan.

"Hai." seorang pria memberi sapa pada Aura yang sedang duduk ditepi koridor kelas.

"Ha-hai." Aura gugup karna pria tersebut adalah orang yang ia suka sejak masuk sekolah menengah pertama.

"Ehm lagi apa?" Farrel bertanya pada Aura dalam posisi Farrel berdiri sambil mendribel bola basketnya.

Aura merasa terjebak dengan situasi ini, ia berpura-pura sibuk mengotak atik ponselnya yang sebenarnya tidak ada pesan sama sekali.

"Lagi nunggu ekskul," Aura mencoba bersikap biasa saja.

"Oiya, lu bareng Fani baliknya?" Farrel berbicara untuk yang kedua kalinya, dan dalam posisi yang sama.

"Heh Iya," Aura bingung harus berkata apa, ia sudah terlalu gugup menghadapi orang yang ia suka yang sedang melakukan interaksi dengannya.

"Oh... Lu-"

"Heh iya," Entah Aura terlalu gugup atau memang Farrel berbicara tidak jelas ditambah dengan suara dentuman pantulan bola basket yang menambah suara-suara yang tak jelas.

"Farrel!" Aura dan Farrel menengok ke sumber suara Dito sahabat Farrel memanggil.

"Udah dulu ya," Aura hanya menanggapi dengan mengangguk. Farrel pun berlalu meninggalkan Aura yang masih duduk ditepi koridor kelas dengan perasaan yang campur aduk.

Tak ada yang tau takdir itu seperti apa? Tapi yang pasti perbuatan mu yang sekarang akan berpengaruh pada masa depan mu.

***

Aura sedang duduk di kursi penumpang pada bus yang akan mengantarnya ke sekolah. Ia duduk di kursi belakang dekat dengan jendela yang terbuka, membiarkan angin pagi masuk dan menerpa wajahnya.

"Hm... sejuk..." Aura menyenderkan kepalanya pada jendela bus dan memperhatikan lalu lalang lalu lintas.

"Pemberhentian selanjutnya halte setia dua, dimohon tertib saat akan keluar. Perhatikan langkah anda. Terimakasih"  Petugas bus memberikan pemberitahuan pemberhentian bus.

Pintu bus terbuka, berhenti di halte yang dikatakan. Para penumpang dengan tertib keluar dan bergantian masuk. Aura masih tetap fokus memperhatikan lalu lalang di luar jendela tak memperdulikan orang yang ada di dalam bus.

"Pemberhentian selanjunya halte SMA Kage." bus pun berjalan menuju halte yang dituju Aura.

Aura berdiri dari kursinya, karna tinggal hitungan menit lagi ia akan turun dari bus. Keadaan bus yang padat membuatnya susah untuk berjalan kedekat pintu. "Permisi," Aura terus menyalip pada kerumunan orang.

Buk!

"Aduh maaf," Aura tersandung dan menabrak seorang siswa dari belakang. Membuat Aura dan ia tersungkur dibawah kaki penumpang.

"Ah maaf, maaf." Aura berdiri, lalu menawarkan bantuan padanya. Tapi ia tak mengubris ucapan dan uluran tangan Aura.

Ia berdiri tetap dalam memunggungi Aura. "Iya gapapa kok, bukan salah lu." ia berbalik badan dan menatap Aura. "Hah." Aura berpekik tanpa suara.

"Lu gapapa? Ada yang sakit?" Farrel bertanya pada Aura yang mematung.

"Eng-" ucapannya terpotong, karna bus secara tiba-tiba mengerem. Aura yang tidak bisa mengimbangin badannya jatuh kedepan dan langsung mendapatkan dekapan dari Farrel.

Jatung Aura berdegup dengan cepet, seperti orang yang sehabis melihat jurik. "Ih gimana si, ngerem kok mendadak. Gak pentingin kesalamatan penumpang apa?!" Farrel geram dengan kelakuan supir bus yang mengerem mendadak.

"Lu gapapa?" Farrel kembali bertanya pada Aura yang sudah terlepas dari dekapannya.

"Engga engga, aku gapapa." Aura menjawabnya dengan cepat. Farrel membalas dengan senyuman dan Aura hanya tersipu malu melihat Farrel yang tersenyum padanya.

Keduanya diam, tak ada hal yang bisa di bicarakan. Aura dan Farrel diam dalam pemikiranya masing-masing.

"Perhentian selanjutnya halte SMA Kage, mohon tertib saat akan keluar. Perhatikan langkah anda. Terimakasih."

Aura dan Farrel yang mendengar pengumuman itu saling beradu pandang. "Lu turun disana?" Farrel bertanya pada Aura, itu hanyalah ucapan basa-basi Farrel. Karna ia tau kalau ia dan Aura akan belajar di sekolah yang sama.

"I-iya." Aura menjawabnya dengan pelan karna ia masih memiliki perasaan pada Farrel.

"Wah berarti kita satu sekolahan dong!" Farrel berseru dan mendapatkan tatapan kaget oleh Aura.

Bus berhenti, Aura yang masih kaget mendengar ucapan Farrel berjalan mendahului Farrel yang tertinggal di belakang. "Eh tunggu Aura." Farrel meneriaki Aura yang berjalan terlebih dahulu.
.
.
.
.
.
Hm... Gimana? Nyambung gak menurut kalian? Klo Hikari si nyambung 😅. Yaiyalah ini kan pemikiran Hikari heheh...
.
.
.
Jangan lupa comment and vote ya :) Thank you all ^^
•Love Hikari
~Hikari

Serenus | Hening |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang