Gudang Sekolah

51 6 0
                                    

Kesunyian,,,
Suatu kesenangan bagi Arvi untuk dirinya bersembunyi. Menangis terisak menumpahkan segalanya sendiri. Ditempat yang sepi ini, tepatnya disebuah gudang sekolah.

Ya, kini Arvi menikmati jam istirahatnya ditempat ini, meluangkan waktunya untuk melakukan tindakan bodoh itu.
Merupakan kesenangan tersendiri bagi Arvi, saat dirinya benar-benar frustasi atas semua masalahnya jika menyangkut dengan keluarga. Dengan terus mengingatnya pun Arvi marah dan menangis. Arvi benci dirinya, mengapa ia harus hidup seperti ini.

Arvi terduduk dilantai, ia mulai menangisi segala yang tengah ada dipikiranya saat ini. Entah masalah serupa, atau mengenai masalalunya yang tak dapat ia pungkiri.

Arvi mulai mengambil benda kecil berharganya, yang ia taruh disaku bajunya. Dengan sangat berhati-hati, Arvi mulai membuka bungkusan benda itu dan menatapnya lekat.

Benda kecil itu adalah sebuah pisau kecil yang sangat berarti bagi Arvi, karena Arvi selalu membawanya setiap saat. Pisau kecil itu sudah menjadi candu bagi Arvi, ia kerap menggunakanya untuk menyayat bagian-bagian ditubuhnya. Entah itu ditangan, kaki, leher dan sebagainya.

Arvi tersenyum miris saat dirinya mulai menggoreskan pisau itu dipergelangan tanganya. Perlahan-lahan dengan membentuk garis absurd mengitari pergelangan tanganya yang terlihat banyak dan tak terhitung jumlah garisnya.
Darah itu mengalir, membanjiri tanganya yang saat ini ia hias menggunakan pisau kecil itu.

Arvi menyayatnya dengan perlahan, diikuti isak tangisnya. Namun dengan fikiranya yang terus menekan hidupnya, Arvi mulai menyayatnya dengan kasar dan dalam menembus kulit putih halusnya.
Tak peduli dengan rasa sakit yang kian menjalar ditubuhnya. Bagi Arvi, semua rasa sakit dan beban hidup yang ia rasakan sekarang tak sebanding dengan rasa sakit atas masalalu yang menghantui hidupnya.

Arvi yang mulai kalut pun memberhentikan aksinya itu. Kini ia mulai merangkak dan membenturkan kepalanya diatas meja. Arvi terus membenturkan kepalanya, hingga sesaat Arvi merasa pening yang sangat hebat dikepalanya sehingga membuat pandanganya buram dan tubuhnya lemas seketika.
Seperkian detik darah itu mulai mengalir dari pelipis Arvi.
Arvi yang menyadari itu, ia pun tersenyum puas. Karena Arvi merasa kini dirinya sudah tenang, setelah melakukan aksi gilanya tadi.

Krrriiiiiingggg... krriiinggg.....

Suara pantulan bel itu terdengar hingga gudang sekolah tempat dimana Arvi bersembunyi, yang berarti menandakan jam istirahat telah selesai.....

Arvi yang mendengarpun langsung membersihkan lukanya dengan tisue guna mengelap darah yang hampir kering yang terletak ditangan dan pelipisnya.

"Awwshh...". Arvi meringis pelan, ketika mengelapkan tisue itu dipelipisnya.

Setelah selesai membersihkan lukanya. Arvi pun bergegas untuk menuju kelasnya. Perlahan langkahnya meninggalkan gudang tua itu dan menguncinya seperti sedia kala.

🎗🎗🎗


Didalam kelas. Dengan suasana yang masih ricuh akan obrolan maupun teriakan teman-teman sekelasnya, Arvi merasa lega karena pada saat ia memasuki kelas belum ada guru yang mengajar didalamnya. Kali ini ia bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermutu itu dari gurunya. Karena pada saat sebelumnya Arvi kian di introgasi oleh gurunya karena telat masuk kelas. Dan sekarang Arvi beruntung, meskipun ia telat sedikit untuk memasuki kelas tapi ia sedikit lega karena guru jam pelarajan sekarang belum masuk dan mulai mengajar, entah itu berhalangan atau memang free class. Jika pun free class semua murid dengan senang hati menduduki kelasnya. Karena mata pelajaran saat ini adalah pelajaran yang paling membosankan bagi murid kelas XII IPS 1. Yahh apalagi jika bukan pelajaran Sejarah? Bagi teman sekelasnya mungkin itu adalah pelajaran yang membosankan. Tapi menurut Arvi, apapun pelajaranya ia harus tetap giat untuk memahami materi yang diberikan sang guru.

Arvi tergolong murid yang cerdas. Ia disenangi banyak guru karena kepintaranya dalam hal-hal akademik. Arvi sendiri seringkali mendapat juara kelas karena ia tak luput untuk mendalami dan memahami setiap mata pelajaran yang diberikan guru kepada muridnya. Arvi juga dijuluki sebagai putri pintar dikelasnya, yahh jelas karena kecerdasan yang dimilikinya itu.

Namun semua itu tidak menutupi segala kekuranganya. Meski Arvi pintar, tidak banyak teman yang Arvi punya. Hanya satu teman yang ia miliki, yaitu Riris. Cukup baik untuk dijadikan teman oleh Arvi. Karena Arvi tau Riris tidak suka mencampuri urusan orang lain, meskipun itu temanya sendiri. Dan Riris sedikit pendiam, sama seperti Arvi. Riris cukup ia jadikan teman untuk sekedar menemaninya ke kantin atau belajar bersama. Arvi tau meski itu terdengar jahat tapi Arvi mempunyai alasan tersendiri mengapa ia tidak ingin terlalu dekat dengan temanya. Karena Arvi tidak ingin Riris tau tentang Arvi, entah itu masalah Arvi atau Kepribadian Arvi yang suka menyakiti diri sendiri.

Arvi mendekat kearah tempat singgahnya. Yaitu bangku kesayanganya. Meski Arvi berteman dengan Riris, tapi Arvi lebih memilih untuk duduk sendiri dibangkunya. Arvi lebih suka duduk sendiri, karena itu memberikan kebebasan tersendiri bagi Arvi.

"Vi..? Lo dari mana?." Riris yang menyadari Arvi datang pun bertanya.

"Ohh biasa, gue abis ke perpus baca novel terbaru..". Arvi bohong. Ya Arvi tau, namun tidak ada jawaban lain untuk menutupi apa yang Arvi lakukan digudang sekolah.

"Tapi kok itu tangan lo kenapa? Sama pelipis lo? Kaya berdarah gitu." Sahut Riris.

Riris merasa sedikit aneh pada sikap Arvi barusan. Arvi terkesan sedang berbohong untuk menutupi sesuatu. Tapi Riris tidak ingin terlalu mencampuri urusan orang lain. Yahh meskipun Riris terlihat seperti sedikit khawatir dengan Arvi.

"Emm itu Ris tadi pelipis gue kejatuhan buku di perpus pas gue coba ambil, soalnya itu buku diatas banget. Lo tau sendiri kan kalo gue agak pendek. Dan soal tangan gue itu emang tadi gue ceroboh jatuh di toilet Ris..". Balas Arvi sedikit gugup.

Arvi tau Riris memang curiga. Tapi Arvi yakin Riris tidak akan mengistrogasinya lebih lanjut. Karena Riris tidak suka mencampuri urusan orang lain.

"Oh jadi lo kejatuhan sama kepleset. Yaudah makanya lain kali lo hati-hati Vi...". Balas Riris dengan nasehatnya.

"Iya pasti gue akan lebih hati-hati kok Ris..". Arvi membalas dengan sedikit senyum gugupnya.

Disaat yang bersamaan. Terlihat beberapa murid yang semula sedang berbincang kini tiba-tiba seisi kelas redup dan tidak ada suara sedikit pun.
Ternyata bukan tanpa alasan, melainkan guru jam pelajaran sekarang telah memasuki kelas. Terbukti para murid seakan kecewa karena kedatangan gurunya dan itu jelas tidak lain membuat impian free class mereka pun tidak terlaksanakan.

"Okeh Anak-anak, bapak minta maaf karena masuk sedikit telat hari ini. Dikarenakan ada suatu kendala yaitu sekolah kita kedatangan murid baru pindahan dari Internasional hight school Cirebon. Maka dari itu bapak minta waktunya sebentar untuk memperkenalkan dia disini. Dan kebetulan bapak masukan dia dikelas XII Ips 1 ini, dikarenakan kelas Ips lain tidak mencukupi tempat duduknya." Jelas pak Bonang. Guru Sejarah di SMA 1 Negri Bhakti Mulya ini.

💤💤💤

Jangann lupa yaa vote dan komenya..

Maafkan bila ceritanya banyak typo atau apa..

Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa tunggu part berikutnya yaaa...

Semoga kalian sukak😚😚
Maaf kalo agak pendek part pertamanya.

Selamat membaca part selanjutnya kawann qu...

😍😍😍😍

Injuries Or Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang