Sabtu Malam Minggu

180 10 6
                                    

Drrreet...drrreet....drrreet...

Ponselku bergetar, saat hendak mengangkatnya ternyata panggilan masuk dari Vano, ahh..kurasa tidak ada yang penting.

Drrreet...drrreet....drrreet...

Ponselku kembali bergetar berulang kali, seumpama rengekan bayi yang minta ditimang, namun kenyataannya si ibu malah sibuk menimang bapaknya, tetap kuacuhkan panggilan itu.

Hingga sang surya kembali menampakkan sinarnya melalui jendela kamarku, aku mencoba bangkit dan membereskan tempat tidurku yang berantakan bak kapal pecah.

Lantas terkejutnya aku melihat 28 panggilan tak terjawab dari Vano."Astaga Vano,"gumamku

"Sorry no, telfon loe semalem nggak gue angkat, gue ngantuk berat,"

Vano hanya membacanya tanpa membalas pesanku.

Dan tiba-tiba, saat aku sedang asyik me-time,
"Deeja...ada nak Vano datang nih,"teriakan Ibu itu sontak membuatku terkejut sebab siang-siang bolong seperti ini Vano datang kerumah.

"Iya Ibu, sebentar,"jawabku.

"Hey Vano,"sapaku pada Vano.

"Hey,"ucap Vano.

"Sorry semalem telfon loe nggak gue angkat, lagian ada apa sih malem-malem nelfon gitu, nggak tau waktu loe ya,"ucapku pada Vano.

"Hehe iya sorry, tiba-tiba gue kangen loe semalem,"ucapnya sambil menjawil tanganku.

"Yeee, bambang sae loe, kangen apa sange loe?"ucapku meledeknya.

Semenjak pergaulanku dengan anak-anak kota, bahasa dan gaya bercandaku mulai berubah total.

"Sialan loe je, haha,"ucap Vano.

"Oh iya, jadi gue sama Indi mau ngajak loe main nanti malem, mau ya..yaa?"sambung Vano.

"Hmm..Oke,"jawabku tanpa fikir panjang.

===============================================

Dan betapa terkejutnya aku setelah mengetahui bahwa Vano mengajakku ke tempat yang sama sekali belum pernah tersentuh olehku. Dari depan pintu masuk aku melihat banyak pria dan wanita yang saling berpasangan bahkan yang mengagetkan adalah mereka saling peluk, rangkul dan cium, aku geli menyaksikan hal seperti itu tepat di depan mata.

"Loe gila ya no, ngapain loe ngajak gue ke tempat ini?gue takut, gue mau pulang aja,"ucapku pada vano ketakutan.

"Tenang aja Dije, di dalem ada Indi, kita ngajak loe kesini biar loe tuh tau keseruan dunia malam di Jakarta, yang penting kita nggak macam-macam kan?"ucap Vano dengan santainya.

"Tetep aja Vano, gue takut kalo terjadi apa-apa,"jawabku sambil menahan langkah kaki untuk masuk ke dalam tempat itu, tapi tetap kalah juga aku dengan Vano sebab tenaganya lebih kuat jika hanya untuk menarik-narik tanganku.

Akhirnya kami memasuki tempat itu, tempat ini dipenuhi oleh wanita-wanita sexy yang dengan santainya mengumbar belahan dada juga selangkanganya yang begitu terlihat jelas. Banyak minuman keras yang berjejer di setiap meja,
ditambah lagi lampu warna-warni juga musik yang terdengar sangat aneh di telingaku.

Sedangkan aku yang memakai dress panjang dengan kepala yang berbalut kerudung ini merasa sangat tidak nyaman berada di tempat ini. Sungguh hanya aku satu-satunya wanita berkerudung yang yang berada di tempat aneh ini, yang lebih mengerikan adalah setiap mata memandangku dengan tatapan yang aneh.

"Udah cuek aja, mereka iri ama loe karena kalah cantik,"celetuk Vano.

"Sialan loe no,"jawabku.

"Woy Dije, Vano, gue disini,"teriak Indi gembira.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm DeejaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang