9.Theo

611 73 3
                                    

Sandra berjalan melewati lapangan parkir sebelum sebuah cengkraman membuat Sandra memekik kaget.

"Gue kasih Lo waktu buat berpikir bukan buat mengkhianati hubungan kita" ucap Theo menghembuskan asap rokoknya menjauh dari wajah Sandra.

Ia tahu Sandra tak tahan dengan asap rokok.

Sandra akan langsung sesak nafas jika wanita itu berada pada suhu dingin atau terkena asap.

"Hubungan yang mana? Siapa yang berkhianat? Bukannya situ?"

Tanya Sandra menatap mantan pacarnya dengan geram.

"Dasar lonte"

Plak

Sebuah tamparan tepat sasaran mendarat di pipi Theo.

"Gue salah pernah cinta mati sama Lo! Dan gue beruntung udah nikah sama pria yang tepat!"

Sandra berbalik badan namun cengkraman Theo membuat Sandra kesakitan.

Pria itu mencoba membawa Sandra masuk ke dalam mobilnya.

"Kalau gue nggak bisa miliki Lo maka yang lain juga gak akan pernah bisa"

"Lepasin gue Theo brengsek lo!"

Sandra menjerit dalam hati.

Ia tak tahu harus meneriakkan nama siapa.

Nama langit yang pikirannya pada orang mati.

Atau pada Goklas yang bukan siapa2 ya.

Dan sebuah hanyalah menjatuhkan tubuh Theo. Tangannya melepaskan lengan Sandra.

"Kamu nggak apa2 kan?" Goklas menatap Sandra penuh rasa khawatir.

"Enggak"

Goklas menatap ke arah Theo dengan pandangan penuh jijik.

"Sekali lagi gue liat Lo berkeliaran disekitar Sandra gue gak segan2 buat Lo membusuk dipenjara"

"Cih, Lo kira Lo hebat udah pakai seragam?"

"Theo-Theo Lo kira gue nggak tau Lo siapa? Lo pengedar Theo, gue tinggal nyari bukti buat habisin Lo"

Dan seketika itu Theo berlari cepat dari hadapan Sandra.

"Ngapain kesini?" Tanya Sandra melihat Goklas yang memakai celana jeans ponggol dan kaos oblong hitam.

"Mau jemput obat . Kamu ngapain kesini? Sakit?"

"Suamiku kerja disini" jawab Sandra tersenyum.

"Aku anter sampai ke dalam ya"ucap Goklas yang disambut dengan anggukan Sandra.

Gadis itu menarik nafas lega.

"Makasih ya Gok"

"Iya, sama-sama"

###

Langit melirik Sandra beberapa kali yang duduk di sampingnya.

Biasanya gadis itu begitu ekspresif.

Namun kini ia tampak begitu pucat dan lemas.

"Kamu sehat kan Sand?"

"Sehat" jawab Sandra sambil memaksakan senyumannya.

"Tumben diam tenang"

"Emang biasanya aku berisik ya?"

"Bukan gitu"

"Ini dompet kamu bang"

Langit menerimanya kemudian langsung memasukkan dompet tersebut ke dalam saku celananya.

Lamtiur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang