Tentang Kesuksesan

12 1 0
                                    

Aku ingin bertanya kepada kalian bagaimana orang yang dianggap sudah sukses menurut pandangan kalian?

Sudah?
Apakah mereka yang memiliki pekerjaan yang bergaji tinggi?
Apakah mereka yang sudah mendapatkan gelar cum load dari universitas ternama dan akreditasi jurusan terbaik?
Apakah mereka yang memiliki banyak harta dengan mobil mewah dan rumah yang menjulang tinggi?
Apakah mereka yang hidup santai dengan gedget ditangan memainkan instagramnya membagikan foto hasil dari jalan jalannya keliling indonesia bahkan dunia saat liburan lalu?

Aku sebenarnya sudah jenuh dengan segala stereotype yang dibuat-buat oleh manusia untuk mencirikan orang yang sukses. Sukses harus kaya, sukses harus memiliki jabatan tinggi, sukses harus berada pada posisi tertinggi di status sosial masyarakat. Dan semua orang dipaksa untuk mendapatkannya secara berebutan oleh masyarakat.

Apakah itu yang disebut dengan kesuksesan?
Mereka yang mendapatkan popularitas, harta, tahta dan segala yang dianggap penglihatan lebih dari cukup?

Jika iya lalu bagaimana dengan deretan artis yang mengakhiri dirinya dengan tali yang bergantung di tiang atas atau menghabiskan sebotol minuman beracun atau bahkan mengkonsumsi barang haram?

Mereka mendapat status sosial tinggi dimasyarakat. Mereka mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat. Mereka mendapatkan ketenaran yang tak dimiliki semua orang.

Namun memutuskan untuk mengakhirinya. Mengapa? Apa yang mereka cari? Apakah harta tahta dan segalanya belumlah cukup?

Dari sini kita tau bahwa harta berlimpah, jabatan tinggi, status sosial yang didewakan banyak orang bukanlah kunci kesuksesan yang akan mengantarkan kita pada titik yang disebut bahagia.

Lalu kesuksesan yang bagaimana yang akan menuntun kita pada kebahagiaan hakiki?

Jiwa
Jawabannya ada pada jiwa kita masing-masing.
Setiap jiwa membutuhkan perhatian terlebih dari apapun yang ditampilkan di fisik, tertuliskan dalam lembaran ijazah dengan sejumlah angka tinggi dengan gelar luar biasa.

Jiwa
Jiwa yang haus akan ketenangan, jiwa yang lapar meminta kita untuk lebih memperhatikannya.

Seringkali kita membiarkan jiwa kita kosong tidak dipenuhi dengan hal-hal yang diinginkan oleh jiwa kita.

Lalu apa yang diinginkan jiwa kita?
Ketenangan? Dari mana kita akan mendapatkannya?

Agama
Bukan ingin dianggap religius. Aku juga sebenarnya belum pada titik yang disebut religius.

Namun aku yakin ketika kita mampu
Menjadikan Tuhan tempat mengadu dan memohon pertolongan
Menjadikan Tuhan tempat berkeluh kesah dan berbagi kebahagiaan
Mempercayai Tuhan sebagai pemegang takdir yang akan menentukan kemana arah kita setelah kita berusaha. Maka bahagia akan mendekat. Sukses itu menurut pandangan kita sendiri itu adalah cukup.

Tidak ada yang perlu di takutkan untuk hari esok. Allah sudah menjaga kita setiap detiknya lalu apa yang ditakutkan?

Kita terlalu mudah terpengaruh dengan segala opini masyarakat tentang kesuksesan tentang kebahagiaan. Padahal setiap kepala memilih kamusnya sendiri untuk menjelaskan serta menentukan kesuksesan dan kebahgiaan itu seperti apa, bagaimana rasanya, dan bagaimana cara memperolehnya.

Tidak perlu merasa terkucilkan ketika orang lain menganggapmu tidak bahagia dan tidak sukses. Tidak perlu menunjukkan bahwa kau benar bahagia. Karena mereka akan terus mencari kurangmu bagaimanapun caranya.

Tidak perlu merasa bersalah apabila tidak mampu memenuhi segala aspek kesuksesan yang dibuat sebagian mereka. Karena sekali lagi sukses adalah pilihanmu, pun dengan cara memeroleh yang kau gunakan dan apapun yang telah diperolehkan oleh dirimu.

Kau punya kendali atas tindakanmu. Meskipun eksternal terus mengekang dan berusaha mengatur tapi ingatlah bahwa pengatur yang semestinya adalah Allah swt.

"Bayangkan jika kamu mengenal satu orang yang menguasai suatu kota, seperti bupati, gubernur bahkan presiden. Kemudian mereka berkata 'jika kamu memerlukan atau membutuhkan sesuatu panggil saja aku, aku akan melakukan apapun yang kau minta'. Lalu bagaimana jika kita mengenal Tuhan pemilik alam semesta, langit dan bumi adalah milik Nya lalu apa yang kita takutkan?"

Hirup HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang