Jangan lupa vote!!
🙏🙏🙏[ HAPPY READING ]
~*~
Di rumah sakit, Jungkook menggenggam kuat poselnya, ia harap keputusannya adalah yang terbaik. Jungkook menyalakan benda pipih itu dan mencari nomer orang yang dari tadi ingin ia hubungi. Setelah di temukan, Jungkook mengetik pesan singkat dengan cepat dan lansung mengirimnya.Setelah itu Jungkook kembali mematikan ponselnya, meletakkan nya di atas meja di sampingnya. Jungkook kembali menatap wajah pucat ibu yang sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
Semakin hari wajah ibu nya semakin pucat saja. Dan hal itu membuat Jungkook semakin sedih. Apakah ibunya benar-benar sudah tak memiliki harapan untuk hidup lagi. Jungkook menatap wajah ibunya sendu, ia tak tahu apa kah keputusan yang ia ambil ini sudah tepat atau tidak.
Ia hanya ingin bahagia tapi kenapa tuhan tak memberikan hal itu padanya. Kenapa susah sekali untuk bahagia. Padahal ia baru saja menikah dan ibunya sudah akan meninggalkan nya.
"Ibu Maafkan kookie, maafkan kookie ibu.." air mata Jungkook kembali mengalir membasahi pipinya, sejak semalam kerjaan Jungkook hanya menangis, ia tak tahu harus mengekspresikan wajah nya seperti apa lagi.
Ia benar-benar sedang terpuruk saat ini, dan tak ada tempat untuk ia bersandar. Ia butuh sandaran, ia butuh seseorang untuk menyemangatinya, ia butuh seseorang untuk menanyakan apakah keputusannya yang ia ambil ini sudah tepat atau tidak.
Tapi Jungkook tak punya, ia tak memilikinya, ia tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, hidupnya sudah hancur, orang tua satu-satunya yang ia perjuangkan untuk hidup selama ini sudah tak mau memperjuangkan hidup nya lagi, jika ibu nya pergi Jungkook benar-benar akan sendiri di dunia yang kejam ini "Ibu hiks.."
Isakan Jungkook semakin terdengar memilukan, sejak semalam kerjaannya hanya menangis, menangis dan menangis, bahkan namja manis itu tak tidur semalaman hingga siang ini, matanya sudah bengkak karena menangis, dan lingkaran hitam di sekitar matanya semakin terlihat jelas karena tak pernah mengistirahat kan matanya barang sejenak.
Jungkook terlalu larut dalam kesedihannya sampai-sampai tak punya waktu untuk istirahat. Bahkan Jungkook tak sadar dari tadi Bambam adik iparnya melihatnya dari balik kaca ruang rawat ibunya.
Ini lah yang di lakukan Bambam setiap hari, mengikuti hyung iparnya kemana saja, mengabadikan setiap titik air mata hyung nya yang jatuh, berapa kali hyung nya itu tersenyum, Bambam selalu mengabadikannya, lansung Bambam cetak dan menulis kejadian, waktu, tempat, tanggal, bulan, dan hari di balik foto hasil cetakannya.
Entah apa yang Bambam lakukan, tapi ia hanya senang saja melakukannya, menurut nya, kisah hidup kedua hyung nya itu sangat cocok jika di jadikan sebuah Novel.
Jungkook masih terisak pelan, hingga suara ponsel berbunyi menyadarkan namja manis itu dari dunianya. Jungkook berhenti dari acara menangis nya dan mengambil benda pipih itu. Jungkook membuka pesan yang masuk, dan ternyata itu adalah balasan pesan dari nomer yang ia kirimkan pesan beberapa waktu lalu.
Setelah memeriksa pesan yang masuk di ponselnya, Jungkook yang tadinya berhenti menangis malah menangis kembali, bahkan sekarang tangisan Jungkook semakin keras.
Tangisan Jungkook semakin terdengar pilu, namja manis itu meranung sendirian di kamarnya, entah ia harus senang atau sedih melihat isi pesan yang baru saja ia baca di ponselnya. Dan yang bisa Jungkook lakukan sekarang hanya lah menangis sambil memeluk tubuh ibunya yang hanya tinggal tulang.
Sedangkan di kediaman kim, Taehyung benar-benar gelisah dan kesal karena istrinya belum pulang juga dari tadi pagi. Jungkook janji akan pulang saat siang, tapi namja manis itu tak kunjung pulang, dan sekarang sudah sore, hampir malam malah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Contract With KTH [kth-jjk] √
FanfictionJeon Jungkook namja manis manis pekerja keras yang sayang di usianya yang masih sangat remaja harus memikul beban yang begitu berat. Bekerja puruh waktu setiap hari tanpa henti, itu semua ia lakukan demi kelansungan hidupnya sendiri dan membiayai to...