[41] Please

2.6K 342 431
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lagi baca yu 😘😙😗 maap klo ada Typo ya :")

Pamela's POV

Aku menatapnya nanar bercampur marah, "Jika kau kesini hanya untuk membentak ku, lebih baik kau pergi!" sentakku padanya.

Harry menatapku terkejut setelah Aku berbicara seperti itu, lalu ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha meraih tanganku, "Lepaskan! Untuk apa lagi kau kesini!" pekikku.

"Pamela, tenanglah," ujarnya dengan lembut dan Aku menggeleng, Aku mendorongnya untuk menjauh, sedangkan sedari tadi Trixie menggonggong menonton kami. Paperbag yang berisi makananku pun entah sudah dimana, Aku lupa meletakkannya. "Ada apa denganmu, hm? Kenapa kau seperti ini?" tanyanya.

Aku menggeleng, "Kau pergilah!" Aku terus memberontak, mendorong tubuhnya saat ia ingin mendekat, menyentak tangannya saat ia ingin meraih tubuhku dan menatapnya marah, air mataku sudah kembali turun dan rasa sakit kepalaku bertambah parah.

"Aku perlu tau apa yang terjadi padamu!" sentaknya membuatku terdiam, Aku terkekeh sarkas padanya. Apakah dengan Maddie hamil tidak membuatnya sibuk? Kenapa dia masih sempat-sempatnya mengunjungi ku kesini.

"Aku tak apa, keluarlah," ujarku dengan tenang, berharap dia tidak semakin keras dan menurut padaku. "Aku harus istirahat," ujarku, Aku menatap wajahnya sebentar lalu mengalihkan pandanganku pada pintu, menyuruhnya keluar.

Harry mendekat padaku, membuatku menggeleng kecil, "Kenapa Aku harus keluar?" tanyanya dengan lembut, perlahan tangannya merengkuh tubuhku.

Aku berusaha mendorong tubuhnya. Tidak, tidak bisa. Aku tidak boleh lemah seperti dulu, Aku harus berkata tidak dengan tegas. "Le-lepas," ujarku dan meletakkan tanganku didadanya guna mendorongnya.

Aku mengambil napas panjang, lelah sekali, sesak dan tukang - tulangku terasa lemas akibat kelelahan. Ini baru jam 11 siang dan Aku sudah mengantuk kembali. "Lepaskan, kumohon.." lirihku dan berusaha mendorong tubuh besarnya.

"Berikan alasan Aku harus melepaskan pelukan ini," ujarnya dengan tenang, dia tampak menikmati pelukan ini, dagunya ia letakkan diatas kepalaku.

Aku mengusap air mata yang mengalir dipipiku dengan punggung tanganku, terisak dan berusaha memberhentikan suara sialan itu. Aku mulai kehilangan tenagamu untuk melawan, lantas Aku diam, tidak membalas maupun memberontak. Aku hanya diam, namun bibirku masih bergetar terisak, sakit sekali rasanya saat Kau sedang dalam masa terburuk mu dan Orang yang membuatmu sedih datang tiba-tiba seolah tidak mengetahui apa kesalahannya.

Harry semakin mendekat, dan Aku diam akan apa yang ia lakukan, lalu Ia mengeratkan pelukannya pada tubuhku, menghangatkan tubuhku dan dia tampak tenang. Aku bisa merasakan hembusan napasnya dipuncak kepalaku, lalu detak jantungnya yang tenang memenuhi gendang telingaku.

Aku memejamkan mataku, isakkan ku mulai berhenti saat diriku mulai tenang. Sakit kepalaku sedikit reda, begitupun dengan keram perutku. Rasa lelahku hilang tiba-tiba, dan mataku kurasakan tidak lemas atau satu lagi, dan yang jelas Aku tidak mengantuk seperti tadi.

"Untuk apa Aku melepaskan pelukan ini jika semua rasa yang mengganggu itu hilang?" bisiknya kecil dan Aku mendongak, jantungku berdetak kencang tiba-tiba. Terkejut. Bagaimana dia tau?

Aku menyenderkan wajahku pada dadanya, "Ke-kenapa kau datang kesini?" tanyaku kecil, Aku menggigit bibir bawahku, membayangkan disana Maddie menunggu Harry di Rumahnya sedangkan Harry mengunjungi ku.

Jahat sekali Aku, Maddie sedang hamil anak Harry sedangkan Harry mengunjungi ku yang sama sekali tidak berhak atas Harry. Maddie lebih berhak atasnya. Artian kasarnya, Maddie lebih membutuhkan Harry ketimbang diriku. "Pu-pulang, Harry. Maddie menunggumu," lirihku dan meremas kaos dibagian dadanya. Merasa berdosa dan sangat murahan, Aku seperti perusak hubungan orang.

Cruel [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang