7 - Kelompok

5 0 0
                                    

"Pagi sayangku~" Tiara merentangkan tangannya dan menarik nafas panjang menghirup udara di pagi hari yang masih dingin.

"Hem" Hasna hanya membalas Tiara dengan gumaman kecilnya.

"Luh. Kenapa lu. Muka ditekuk tangan ditekuk nanti hati lu ditekuk juga elah" Tiara mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Dia sontak kaget melihat pemandangan apa yang dia lihat. "WHAT!? LU SAMA ZALI BEDUAAN DIKELAS BRO? LU GA LAKUIN APA-APA KAN BRO? LU SELAMET AJA KAN BRO? GAPAPA KAN BRO?" Tiara mengguncangkan bahu sahabatnya membuat sang empu menghembuskan nafas kesal.

"IYE IYE. GAPAPA. GUE SAMA DIA CUMA DATENG KEPAGIAN!" Hasna mencengkram lengan sahabatnya agar mau menghentikan aksinya yang membuat tubuh Hasna merasa nyeri.

"Fyuh. Syukurlah. Lagian. Dateng pagi banget. Lu mau jadi penjaga kelas apa" Tiara menaruh tas nya yang lumayan berat. Hasna hanya menatap Zali sinis. Masih ada perasaan aneh soal kemarin di hatinya.

Zali melihat ekspresi Hasna yang seolah-olah akan membunuhnya. Matanya tajam dengan tatapan yang sinis. Menusuk hingga di ujung tulang ekor.

Dia mengangkat alisnya berusaha bertanya ada apa dengan Hasna. Tetapi Hasna hanya menatapnya dengan sorot mata tajam dan memalingkan wajahnya.

Tak ada yang berbicara sampai siswa-siswi 8I berdatangan. Bel masuk pun berbunyi menandakan pelajaran harus segera dimulai.

"Pelajaran apaan gais sekarang?" Munawar duduk ke atas meja sambil berteriak-teriak.

"Bu Yuli" sahut seseorang.

"Haduh. Ibu cantikkuh. Jodohku. Cocok ama gue. Gue kan ganteng yega sih. Kalo gue sama Bu Yuli tuh ya udah berasa romesul dan juleha" hayalan indah Munawar di paginya malah mendapat tampolan manja dari Farhan teman sebangkunya.

"Bacot lu Bambang. Diem. Ibu dateng bentar lagi. Lu malu-malu in gue" Farhan mengangkat Munawar dan menurunkannya dari atas meja ke kursi Munawar.

"Kuat juga ya lu ternyata bang. Bangga gue sama lu" ujar Munawar.

"Assalamu'alaikum. Pagi anak-anak" Bu Yuli yang sedari tadi ada di hayalan Munawar, kini sudah berjalan anggun di depan kelas.

"Wa'alaikumussalam. Pagi Bu" ucap siswa-siswi 8I serentak.

"Pagi Bu. Ibu cantik banget sih" goda Munawar yang diberi tampolan oleh Farhan.

"Iya Bu. Cantik banget" celetuk Naufal yang berada di barisan tempat duduk di depan.

"Ih lu ya ga boleh ngambil Ibu dari gue. Ibu punya gue. Lu pelakor dasar ya" Munawar protes kepada Naufal. Tangannya menunjuk nunjuk Naufal.

"Apaan sih. Ya bebas dong. Suka-suka" ucap Naufal acuh.

"Sudah sudah. Hari ini Ibu akan memberikan materi yang baru. Karena materi yang lalu sudah berakhir. Ibu akan memberikan tugas yang baru. Tugas pada materi bab kali ini mengenai drama. Kalian buat kelompok. Buat drama. Bebas drama nya mau apa. Nanti, drama itu akan di tampilkan di akhir bulan Maret. Masih ada waktu dua bulan lagi untuk membuat dan mempersiapkan semuanya. Ibu harap kalian bisa mempersiapkan properti dan kostum dengan baik ya. Anggap kalian memang akan mempersembahkan sebuah drama indah. Bebas tema nya mau apa. Paham semuanya?"

"Paham Bu" jawab siswa-siswi 8I.

"Kalian buat dulu anggota kelompoknya. Cewek semua boleh. Mau campur boleh. Silahkan. Nanti kumpulkan ke Ibu" Bu Yuli pun duduk di kursinya dan memasukan nilai-nilai murid ke bukunya.

"Mau siapa aja Ra?" Sipta membalikkan badannya menanyakan anggota yang akan ditulisnya di kertas.

"Bebas. Tulis dulu aja berempat" Tiara mengedarkan pandangan ke sekitar melihat siapa yang diam dan santai.

Seven Thousand Three Hundred EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang