2 - Gurau

7 3 0
                                    

"Kalian ngomongin gue?"

"Pede gile lu" protes Hasna.

"Gue denger elah" tutur Zali.

"Denger apaan lu?" tanya Hasna sembari memainkan handphone nya.

"Gue denger kalo kalian ngomongin gue, bahwa gue itu ganteng..." celetuk Zali percaya diri dan membuat Hasna membelalakkan matanya.

"Imut..." tambahnya lagi.

"Lucu..."

"Shaleh..."

"Dan disukai sama banyak cewek" jawab Zali mantap.

"Hih. Sumpah ya ih pede banget lu jadi orang" ucap Hasna sembari bergidik.

"Kaga usah gitu juga kali" ujar Zali tak suka.

"Lu ngapain disini?" tanya Hasna membuat Zali bingung.

"Hah?"

"E-lu nga-pa-in di-si-ni?" tanya Hasna menekankan kata.

"Ya pulang lah. Yakali nyari cengek" ucap Zali sembari berniat jahil kepada Fieryal.

"Oh! Disini banyak cengek berarti ya?" tanya Hasna mencoba menggagalkan kejahilan Zali dengan berusaha menarik perhatian Fieryal.

"Iya lu cengeknya" ucap Zali.

"What The!?" ucapan Zali berhasil membuat Hasna melotot padanya dan menarik Fieryal agar tak dijahili Zali.

"Lah" protes Zali karena target jahilannya diambil alih oleh musuhnya.

"Ga ada angkot Na. Pulang jalan aja yuk" ujar Fieryal sembari melihat kehadiran angkot ke arah sebrang.

"Lah. Yakin?" tanya Hasna.

"Iya. Udah mendung juga takut hujan ntar" terlihat tetesan sedikit air dari awan yang entah sejak kapan sudah berubah menjadi mendung.

"Yaudah ayo" ajak Hasna kepada Fieryal.

"Ayo" jawab Zali dengan cepat.

"Gue ke Fie bukan ke lu" Hasna berusaha menarik tangan Fieryal.

"Gelut mulu. Udah kek kucing garong sama pemilik ikan asin" Fieryal berusaha memasukan handphone ke tas nya tetapi tidak bisa masuk.

"Weh napa harus ikan asin coba" rebut Zali mengambil handphone Fie.

"KARENA LU ASIN!" Hasna berusaha merebut handphone dari Zali dan berhasil kemudian memasukannya ke tas Fieryal.

Fieryal tertawa karena ulah kedua temannya itu.
Mereka berjalan menusuri jalanan pulang.

"Weh tuh anak masih bareng kita?" tanya Hasna pada Fieryal melihat Zali yang jalan di belakang mereka sembari menundukkan kepala.

"Kan babu gue tuh" jelas Fieryal. "Nih" Fieryal memberikan tas kecil bawaannya kepada Zali.

"Hah?" tanya Zali heran yang tiba-tiba diberikan oleh Fieryal.

"Bawain daripada lu bengong aja. Ntar takut kesambet" ucap Fieryal.

"Leuh? Yaudin lah" ujar Zali.

Mereka melanjutkan perjalanan pulang sampai ketika mereka merasakan rintik hujan yang dirasa semakin membesar.

"LAH HUJANNYA GEDEAN!?" heran Hasna.

"Lari weh. Ntar di depan sono nyegat angkot" ujar Zali yang sudah berada didepan Hasna dan Fieryal.

Mereka lari sampai ke depan gang yang berada tak jauh dari tempat mereka tadi. Kemudian mereka mencegat angkot dan menaikinya.

Tak ada obrolan di dalam angkot. Hanya tatap menatap dari mereka bertiga dan saling berusaha mengeringkan pakaian seragam mereka yang sedikit basah karena air hujan yang mendadak turun dengan derasnya.

Seven Thousand Three Hundred EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang