4 - Air Hujan

12 2 0
                                    

Pagi hari siswa-siswi kelas 8I sudah dilanda kegalauan karena pagi hari itu awan sudah memperlihatkan sisi murungnya. Mendung.

"Gue pulang sama siapa ntar yak" gumam Hasna dengan tangan yang terlipat di atas meja dan pandangan fokus ke kaca jendela menatap awan.

"Lah sama Fie" Tiara yang ada disebelahnya menyahut sambil menulis.

"Ujan Markonah ntar gue gimana pulangnya hua kaga ada temen" Hasna menenggelamkan kepalanya diantara tangan yang terlipat di atas meja.

"Yeu si Maemunah. Sama Zali aja sono" Tiara menghentikan aktivitasnya dan sibuk memainkan handphone nya di bawah meja. Hasna yang mendengar hal itu langsung berdiri dan menggebrak meja.

"MASA SAMA DIA!" Tiara kaget karena tiba-tiba Hasna menggebrakkan meja dan membuat jantungnya hampir copot. Untung dia tidak punya riwayat penyakit jantung, bisa-bisa langsung masuk ICU. Atau malah langsung operasi jantung.

"YA ALLAHU AKBAR WALILLAHILHAM!!!" Tiara memukul Hasna membuat Hasna meringis kesakitan.

"Ih sakit. Bukan malam Idul Fitri tau. Kok takbiran" Hasna cemberut sambil mengelus lengannya yang sakit karena dipukul oleh Tiara.

"KAGET BAMBANG IH!" Tiara semakin keras memukul dan mencubit Hasna.

"Hua sakit. Iya iya maaf maaf" Hasna mengangkat kedua jarinya. Dan akhirnya dilepaskan Tiara.

"Searah sama Zali kan lu?" Tiara tetap fokus ke handphone nya.

"Iya. Dia duluan sih yang turun angkot" Hasna mengangkat kepalanya menatap Tiara. "Tapi..." lanjutnya sambil berpikir.

"Zali!" teriak Tiara hingga sang empu berbalik badan menatapnya sambil mengangkat alisnya.

"Sini!" Tiara melambaikan tangannya mengarahkan agar Zali mendekat. Zali menghampirinya dengan berjalan gontai.

"Leh kenapa lu?" tanya Tiara sedangkan Hasna masih sibuk memperhatikan Tiara dan Zali secara bergantian.

"Capek. Lu ga liat tadi gue kejar-kejaran?" Zali duduk di depan Hasna dan membiarkan keringatnya bercucuran.

"Kejar-kejaran sama siapa?" tanya Hasna.

"Anak kucing" jawab Zali ngasal berusaha mengambil minuman di meja Hasna.

"Ih punya gue itu" protes Hasna karena tiba-tiba minumannya di ambil Zali tanpa izin.

"Minta" Zali segera meneguk minum di genggamannya.

"Ngapain lu kejar-kejaran sama anak kucing?" Tiara acuh sibuk memainkan handphone nya dan kini Hasna yang bertanya.

"Bukan anak kucing. Si Farhan" ucap Zali sembari menutup botol milik Hasna yang tadi ia minta airnya.

"Jere anak kucing, terus ngomonge Farhan. Sing bener sapa sih, apa. Ora tau bener gole jawab" ucap Hasna dengan bahasa Jawanya dan akhirnya membuat Zali dan Tiara tidak mengerti apa yang dikeluarkan bibir mungilnya itu.

"Ngomong apaan sih" Zali mengangkat sebelah alisnya.

"Ga" Hasna hanya menjawab singkat. "Ra nih anak ngapain disuruh kesini" lanjutnya kepada Tiara yang malah jadi sibuk sendiri memainkan handphone nya.

"Ohiya. Zal. Ntar pulangnya bareng ama Hasna ya" ujarnya kemudian kembali memainkan handphone nya.

"Hah? Gue ga bisa. Nanti harus cepet-cepet pulang" jawab Zali membuat Hasna semakin cemberut. Saat itu pun bel sekolah berbunyi menandakan bel istirahat.

"Gue istirahat dulu ya" Zali pergi meninggalkan Tiara dan Hasna.

"Tuh kan. Gue pulang sendiri hua" Hasna kini merengek seperti anak kecil yang minta balon.

Seven Thousand Three Hundred EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang