5 - Ikutan

5 0 0
                                    

"Has" Hasna yang sedang menatap ke arah luar dari kaca menoleh karena namanya dipanggil.

"Hem?"

"Gue mau nanya sesuatu" Zali kini ikut memandang keluar dari kaca yang sama.

"Apaan" Hasna mengalihkan pandangannya ke arah Zali, apa yang akan ditanyakannya. "Jangan tanya tentang Ricki lagi Zal" lanjut Hasna karena dia sudah tidak mau membahas perihal Ricki lagi.

"Bukan" Hasna diam menunggu Zali bersuara.

"Atau lu lagi pacaran sama Rizal?" Zali memandang Hasna sambil bersandar pada kaca.

"Lah. Lu dong?" Hasna tertawa karena Zali menyebut nama 'Rizal' sedangkan nama asli Zali adalah Rizal. "Kan lu juga Rizal" lanjutnya masih tertawa.

"Ih bukan. Iya gue juga Rizal yang ganteng, yang imut, yang lucu, yang suka menabung, yang suka berbagi, yang suka sama..." Zali menghentikan ucapannya, takut keceplosan. Tapi malah menjadi bumbu penasaran untuk Hasna.

"Apaan tuh. Suka sama siapa lu. Hayo ngaku" Hasna mencubit lengan Zali agar dia mau memberitahu siapa yang Zali sukai saat ini.

"Ga. Gue suka sama Bu Yuli. Cantik. Lemah lembut. Ga kayak lu. Garang" Zali mengeluarkan lidahnya mengejek Hasna. Bu Yuli adalah guru Bahasa Indonesia di kelas mereka. Seperti yang Zali katakan Bu Yuli memang sangat baik dan lembut jika mengajar. Selain itu beliau juga cantik. Tak jarang yang mengatakan Bu Yuli guru tercantik di 25. Bisa diberi predikat guru terlembut dan tercantik se-25.

"Yeu. Kirain" Hasna mendengus mendengar jawaban Zali yang hanya bercanda, tapi Hasna masih belum percaya, pasti Zali sedang menyukai seseorang.

"Lu pacaran sama Rizal? 8H" Zali kembali menanyakan perihal Rizal yang saat ini terlihat dekat dengan Hasna.

"Ga. Gue sama dia cuma kakak-adekan doang. Ga ada yang istimewa. Dia juga cuman temen curhat gue doang" Hasna berusaha mengambil uang di tasnya. Tapi tiba-tiba Zali memberikan uang padanya. Dua lembar uang 4000.

"Pake ini aja" Zali membenarkan dasinya. "Jadi, lu cuman kakak-adekan doang ama tuh anak? Syukur deh"

"Lah. Emangnya kenapa? Lu cemburu?" Hasna tersenyum jahil menatap Zali sambil memainkan dua lembar uang yang tadi Zali berikan.

"Kaga lah. Ngapain juga. Ga ada kerjaan cemburuin lu wle. Berarti ada celah buat Ricki deketin lu kalo lu ga jadian sama siapa-siapa"

Senyuman Hasna luntur begitu mendengar nama 'Ricki'. Moodnya seketika turun karena hal itu. "Kenapa harus dia lagi dia lagi"

"Lu benci apa gimana sama dia?"

"Kaga gue ga bencian ama orang tanpa sebab dengan gampang"

"Terus?"

"Kenapa harus dia terus yang jadi topik antara lu sama gue coba Zal. Males. Dia lagi dia lagi. Gue ga suka sama dia. Gue ga suka. Gue ga bisa pacaran sama dia. Gue ga sayang sama dia dan sampe kapan pun juga ga akan bisa. Paham ga sih?" Hasna menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang ditopang lututnya.

"Apa yang bikin lu ga suka sama dia?" Zali memajukan tubuhnya dengan sikut yang berada di lutut.

"Perasaan gue" jawab Hasna singkat.

"Hah?" Zali tak mengerti. "Gue udah suka sama seseorang. Dan perasaan gue ga bisa dipaksa buat suka sama Ricki" Hasna menatap Zali.

Degh.

'Suka sama seseorang?' Gumam Zali dalam hatinya. Pandangannya masih menatap Hasna.

Cukup lama keduanya tenggelam dalam tatapan, sampai akhirnya Hasna melanjutkan pembicaraan.

Seven Thousand Three Hundred EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang