9 - Modus

1 0 0
                                    

"Ra" panggil Hasna dengan langkah gontainya karena baru saja mengejar Parhan, kucing Tiara yang berwarna hitam dengan warna putih dikakinya. Zali lah yang memberi nama kucing Tiara. Dia bilang kucingnya hitam, seperti Farhan dikelasnya yang berkulit dark.

"Apose. Ngapain lu ngejar-ngejar Parhan? Parhannya aja kaga suka lu" Tiara berdiri mengambil beberapa gelas untuk teman-temannya yang pada hari itu. Mereka kembali latihan untuk drama pelajaran Bahasa Indonesia. Masih ada waktu kurang lebih 1 bulan setengah, tapi mereka sudah memulai latihan hari demi hari.

"Ngejleb banget yak" Hasna mengusap dadanya perlahan. Tiara hanya cengengesan sambil berjalan membawa nampan berisi gelas-gelas untuk yang lainnya minum.

"Nih minum" ucap Tiara meletakkan nampan di atas meja tamu.

"Mana air nya?" tanya Friana.

"Itu... EH IYA KETINGGALAN WOY SUBHANALLAH" Tiara lari ke dapur dengan kaki yang hampir terpeleset. Teman-temannya hanya melongo sambil memperhatikan.

"Napa dah tu anak" Sipta beralih merogoh Handphonenya yang tergeletak di atas meja.

"Gue mau ngetik ah" Zali berjalan mendekati komputer yang tertata rapi di meja.

Disaat Zali sibuk mengetikkan dan membolak-balikkan kertas yang berisi naskah drama, yang lain malah sibuk mengobrol dan meminum minuman yang dibelinya ketika pergi ke rumah Tiara.

Hasna yang merasa gabut menyeret kursi dan duduk di sebelah Zali.

"Gue diktein lah, gabut" ucapnya seraya mencoba mengambil buku berisikan naskah drama.

Zali tersontak kaget saat tangan mungil Hasna melintas didepannya.

"Ngapain lu? Modus ya?" tanya Tiara spontan ketika dia kembali setelah mengambil air. Kemudian menyatukan tangan di depan dada karena mendapat pelototan dari Hasna.

"Gabut apa gabut?" goda Zali.

"Gabut" Hasna menjawab sambil membolak-balikan halaman per halaman kertas di hadapannya.

"Hem?" Zali menaikkan sebelah alisnya.

"Hm" Hasna memutar bola matanya. "Kenapa sih ga percaya?" lanjutnya.

"Ya kali aja lu mau modus ama gue" ucap Zali dengan pedenya.

"Yey pede gitoh si aa"

"Pede boleh, kepedean jangan"

"Apasih gaje"

"Iya gue gaje. Karena omongan gue sepenuhnya cuma ngucap nama lo doang"

Blushhh

"Gausah baper. Gue bercanda" Zali nyengir kemudian beralih memandang keyboard di depannya lalu mengetik.

'Yaelah gue kira beneran'

"Woy! Katanya mau diktein" Hasna terlonjak kaget saat Zali menyenggol sikunya dan membuyarkan lamunannya.

"Iyaiya" Hasna mendiktekan kata demi kata hingga tak terasa sudah ada dua lembar full hasil diktenya.

"Has! Hp lu bunyi nih, mamah lu nelepon" teriak Tiara dari balik pintu kamarnya sambil melihat Handphone Hasna yang terus mengalunkan nada dering disana.

"Iya bentar" sahut Hasna. "Bentar ya" ucap Hasna kepada Zali yang hanya dibalas anggukan kepala saja. Kemudian Zali mengambil kertas yang Hasna taruh di atas meja didekatnya.

🍃🍃🍃

"Duh... Gimana..." Zali mondar mandir dengan tangan yang tidak pernah mau absen dari kepalanya. Selalu saja jari-jemarinya digigit olehnya, atau tangan yang diletakkan di bagian dagu, bahkan tangannya yang selalu memijat keningnya, dan sampai kakinya yang gemar loncat-loncat.

Seven Thousand Three Hundred EighteenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang