Cadar Bukan Teroris

2K 87 4
                                    

'Bruuuukk'

Fiya terjatuh tersandung batu setelah berlari dikejar oleh warga dan polisi. Kakinya keseleo sehingga tak mampu berlari lagi.

"Jangan bergerak! Ayo ikut kami ke kantor polisi!" ujar Malik, petugas polisi yang masih muda, tampan dan gagah.

"Jangan sentuh saya! Itu bukan hakmu! Saya akan ikut ke kantor. " cetus Fiya, ukhti bercadar ini.

Malik hanya merasa aneh dengan wanita misterius berjubah serba hitam ini.

"Baiklah, seharusnya kamu tak perlu capek-capek berlari, saya jadi buang- buang tenaga!" curhat Malik.

"Apakah kamu pikir saya tidak takut dikejar laki-laki bukan mahrom, sedang saya hanya sendirian?" jawab Fiya.

"Dasar teroris! Ninja! Cewek aneh! Hantu! Justru kamu yang membuat kami takut!" timpal warga yang merasa terganggu dengan penampilan Fiya.

Fiya hanya diam dan menunduk. Dia berusaha untuk sabar dan senantiasa berhusnudzon.

Tibalah di kantor polisi. Fiya dimintai keterangan oleh polisi atas keresahan warga.

"Siapa namamu?" Pertanyaan pertama dari Malik, polisi yang bertugas.

"Alfiyah" jawab singkat, padat, dan jelas, dengan nada kesal dan cemberut, terlihat dari dua bola mata yang hanya terlihat dari tubuhnya.

"Amankan gadis ini, Pak! Dia sudah membuat kami khawatir atas kejadian bom Surabaya kemarin, anak saya sampai takut memandangnya." celoteh ibu dari salah satu warga.

"Astagfirullah, ternyata aku ditahan karena dituduh teroris. " batin Fiya dalam hati.

"Saudari Alfiyah, tolong perlihatkan pada kami apa isi tas misteriusmu itu, apakah ada bom di balik backpack kecil itu?! " ucap Malik, polisi tertampan itu.

Fiya membuka tasnya dan memperlihatkan segala isinya tanpa menjawab pertanyaan Malik.
Hanya satu buah ponsel, satu pack tisu kering, botol air minum, dompet, jurnal dan buku wirid harian yang ada di tas Fiya.

"Jadi, masih menuduh saya teroris?" cetus Fiya.

Warga sekitar masih ragu. Meskipun tas Fiya sudah jelas tidak ada bom yang meresahkan itu.

"Kami masih ragu dengan pakaianmu dan kain di wajahmu itu!" jawab ibu tadi.

"Apa maksud ibu?" tanya Fiya.

"Coba buka cadarmu itu jika memang benar kamu bukan teroris!" perintah Malik.

"Demi Allah! Saya tidak akan membuka cadar saya dihadapan banyak orang ini. Kalian tak berhak melihat wajah saya!" tegas Fiya.

Malik semakin penasaran dengan gadis misterius ini.

"Mengapa begitu? Mengapa kamu fanatik sekali dengan agama?" tanya Malik

"Saya bukan fanatik, saya hanya ingin meneladani Sayyidah Fathimah. Dan yang berhak melihat wajah saya hanya mahrom saya!" tukas Fiya.

Malik tertegun mendengar jawaban Fiya.

"Kalian harus tahu, pakaian dan cadar yang saya kenakan bukanlah simbol teroris! Demi Allah! Agama saya melarang teroris. Jika ada seorang bercadar istri teroris itu hanya oknum tertentu. Salahkan oknumnya yang telah menyalahgunakan cadar bukan kain kecil ini!" imbuh Fiya penuh ketegasan.

Semua warga tercengang mendengar ungkapan Fiya dan meninggalkan kantor polisi sambil menyeru "Huuuuu huuuuu"

"Ya Allah kuatkan hamba, " batin Fiya.

Malik menelan ludah selepas mendengar ungkapan masuk akal dari gadis itu. Dia berpikir bahwa Alfiyah memang gadis baik-baik.

"Maafkan saya yang telah menuduhmu teroris, ini atas keresahan warga. Sekali lagi,maafkan saya Alfiyah. Saya tau kamu gadis baik-baik." ucap Malik.

"Tidak apa, saya sudah biasa dituduh seperti itu, jadikan kesalahan menjadi sebuah pelajaran. Bukan, saya bukan wanita baik, saya hanya seorang pendosa dan wanita akhir zaman yang berusaha memperbaiki diri." jawab Fiya sambil merapikan isi tasnya yang ia keluarkan tadi.

"Saya pamit, Assalamualaikum! " pamit Fiya.

"Wa'alaikumussalam" jawab Malik masih tercengang dengan gadis itu. Matanya tak berkedip menatap kagum Alfiyah yang sama sekali tak menatapnya.

*********

Siapa sangka kejadian tadi siang membuat Malik terus kepikiran Alfiyah si gadis misterius.

"Mengapa tadi aku su'udzon kepadanya? Mengapa hatiku masih dipenuhi rasa bersalah? Dimana rumah gadis itu? Haruskah aku datang ke rumahnya untuk meminta maaf?" Malik bergumam.

"Aah, mengapa aku memikirkan Alfiyah gadis misterius itu? Tapi dia wanita baik, dia hanya taat pada Allah. Entah mengapa hatiku terasa berbeda ketika dia mengucapkan kata-kata." desir Malik, polisi gagah sambil memeluk guling di atas dipan mewah kamarnya.
Meskipun gagah , tampan dan seorang polisi. Malik adalah pria yang manja dan tidak menyukai pacaran. Pendiriannya kuat serta lemah lembut, meski sisi agamanya masih standar.
Malik tidak terlalu menggubris pikirannya yang terbayang-bayang kejadian tadi dengan Alfiyah. Namun dia masih merasa bersalah kepada Alfiyah.

*******

ALFIYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang