Ketegaran Hidup

459 33 0
                                    

Kehilangan seseorang yang dicintai adalah hal yang sangat menyakitkan.
Tidak mudah untuk mengikhlaskannya. Butuh waktu.

Bayangan Alfiyah akan kebahagiaannya dengan Utsman kini semu belaka. Candaan putra-putri mereka yang meramaikan rumah, harus hangus di kenyataan.

Alfiyah lemas tak berdaya.
Calon pendamping hidupnya sudah tiada.
Hatinya rapuh, hancur berkeping-keping, tersayat sembilu, lidahnya kelu. Tak mampu lagi ia membendung tangisnya.

**************

Sudah tiga bulan kepergian Ustadz Utsman. Alfiyah masih saja teringat akan sosoknya. Ia sangat mengagumi Utsman. Harapannya yang ingin mengikat ikatan tali suci dengan Utsman, hampir saja menjadi kenyataan. Namun, takdir menyudahi mereka begitu saja.

Setiap kali Fiya memandang kursi makan yang pernah disinggahi Utsman. Hatinya rindu, ingin berkeluh, menjerit memanggil namanya. Berharap Utsman akan hidup bersamanya lagi. Namun, itu tidak mungkin.

******************

"Mbak Fiya, Ummik kambuh, Mbak dimana? Cepet pulang ya! Aisyah lagi sendirian di rumah."

Alfiyah menyalakan hape, mendapati pesan WA dari adiknya bahwa umminya sedang kambuh.

Kecemasan tampak di raut muka Fiya dibalik niqabnya.

"Astaghfirullahaladzim, Ummik kenapa Dek? Iya Mbak akan pulang segera," balasnya.

Ia bergegas pulang. Meminta izin kepada Pimpinan Rapat Ma'had Al- Fatah, Bu Nyai Hafsah.

"Umma saya pamit dulu, mau pulang, Ummik saya kambuh. Adik saya sendirian di rumah. Berkas-berkasnya
s

udah saya bawa, insyaallah akan saya selesaikan di rumah" pamit Fiya pada Umma Hafsah.

"Astaghfirullah, Nduk, Ummik kamu kenapa? Iya pulango. Hati-hati di jalan, semoga ummikmu lekas sehat. Salam buat Mbak Khadijah ya, Nduk. Kalau Umma sudah tidak sibuk, insyaallah Umma main kesana." jawab Bu Nyai Hafsah.

"Iya Umma, aamiin. Assalamualaikum "
Fiya mengecup punggung tangan Umma Hafsah.

Umma Hafsah dan Ummik Khadijah adalah teman akrab. Mereka bersahabat sejak menimba ilmu di sekolah dan pesantren yang sama. Dulu, Ummik juga mengajar di Ma'had Al Fatah. Namun, kondisinya yang kurang sehat mengharuskan Ummik untuk banyak istirahat, Alfiyahlah yang menggantikan umminya.

Bu Nyai Hafsah juga sangat dekat pada Alfiyah. Fiya menganggap Umma sapaannya kepada Bu Nyai Hafsah sebagai ibunya sendiri. Pun sebaliknya, Umma sangat menyayangi Alfiyah. Fiya juga sering meminta pendapat dan nasihat kepada Umma. 

Umma Hafsah adalah adik dari pemilik Yayasan Al-Fatah. Umma juga ikut andil dalam mendidik santriwati Al-Fatah. Beliau juga memiliki pondok pesantren takhasus tahfidzul Qur'an yang diasuh suaminya dan dirinya.

****************

"Ckriiik," bunyi pintu rumah terbuka.

"Assalamualaikum," salam Fiya.
Ia bergegas menuju kamar Ummik. Namun ia mendapati kamar Ummik kosong, tak berpenghuni.

"Ummik, Ummiik.. Aisyaah.. Syaah...  Aisyah!"
Fiya mencari Ummik dan Aisyah, menyusuri ruang-ruang rumahnya. Namun, nihil. Ummik dan Aisyah tidak ada di rumah.

Ia meraih hape di tasnya.
Mencoba menghubungi Aisyah, teleponnya juga tidak aktif.
Ia mencoba berkali-kali meneleponnya, tetap tidak aktif.

ALFIYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang