"Adeknya cantik, Bu." ucap Alfiyah seraya mencium bayi Bu Dewi yang ada di dekapannya.
Bu Dewi merekahkan senyum. Malik ikut melebarkan senyum menatap Alfiyah, begitu besar rasa keibuan yang ada pada diri Alfiyah, gumamnya dalam hati.
"Pak Malik mau meng-adzani nya? " tanya Alfiyah.
"Adzan?" jawab Malik refleks.
"Iya, disunnahkan untuk mengadzankan bayi yang baru lahir, agar pertama kali yang di dengarnya adalah lafadz Allah," jelas Alfiyah.
"Boleh," jawab Malik sedikit gugup.
Alfiyah tersenyum seraya memberikan bayi mungil perempuan itu kepada Malik. Malik menerima bayi itu dengan sedikit gemetar, pertama kalinya ia menggendong bayi yang baru lahir."Allahu akbar, allahu akbar," Malik, mulai mengumandangkan adzan pada telinga sang bayi. Alfiyah dan Bu Dewi memandang penuh haru.
"Kamu mau menggendong lagi?" tanya Malik lembut kepada Alfiyah.
Alfiyah menganggukkan kepala. Malik memberikan tubuh bayi mungil itu ke gendongan Alfiyah kembali. Alfiyah mendekap bayi itu penuh kasih sayang.
"Nak, Nduk," ucap Bu Dewi pelan.
"Iya, Bu?" jawab mereka bersamaan.
"Bolehkah Ibu meminta tolong?"
"Minta tolong apa, Bu?" sahut Alfiyah halus.
"Tolong berikan nama untuk anak saya," pinta Bu Dewi. Alfiyah dan Malik saling menatap, bingung.
"Tolong beri nama untuk bayi saya ini, apapun namanya saya ridho, saya yakin kalian akan memberi nama yang terbaik untuk putri saya." imbuh Bu Dewi.
Alfiyah menarik senyum, memandang lekat wajah mungil yang ada di dekapannya. Lalu melihat ke arah jendela luar yang tampak bunga-bunga bermekaran dari taman puskesmas.
"Zahra," desir Alfiyah pelan.
"Bolehkah saya memberinya nama Zahra, Bu? " tanyanya."Nama yang bagus,Nduk" jawab Bu Dewi semringah.
"Tolong tambahkan, Nak Malik," pinta Bu Dewi kepada Malik.
Malik memperhatikan bayi perempuan yang ada di gendongan Alfiyah dengan lekat. "Dia bayi yang cantik, saya tambahkan Cantika pada namanya," ucap Malik. "Zahra Cantika" imbuhnya.
"Hai, Sayang, namu kamu sekarang Zahra Cantika," gemas Alfiyah kepada Zahra.
Malik mengelus pipi Zahra dengan lembut. Zahra tertidur pulas dalam gendongan Alfiyah. Alfiyah dan Malik seperti pasangan yang baru dikaruniai seorang anak.
"Alfiyah, Malik, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan kalian kepada saya, saya benar-benar sangat berterimakasih, saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada saya jika tidak ada kalian, semoga Allah selalu memberkahi dan melindungi kalian, Ibu tidak bisa membalas apa-apa, hanya doa yang bisa Ibu panjatkan," ucap Bu Dewi.
"Aamiin. Bu, Ibu tidak perlu berkali-kali mengucapkan terimakasih, semua adalah pertolongan Allah, kita hanya perantara, Allah akan selalu memudahkan urusan hamba-hambanya," jawab Malik.
"Iya, Bu, sudah menjadi kewajiban sesama muslim untuk saling tolong-menolong." sahut Alfiyah.
*****
"Ibu sudah mempunyai barang-barang kebutuhan Zahra?" tanya Fiya kepada Bu Dewi.
"Belum, Nduk. Hanya baju-baju kecil Ayla dulu masih Ibu simpan di lemari, masih bisa digunakan kembali untuk Zahra," jawab Bu Dewi.
"Kita beli barang-barangnya dulu ya, Bu," tawar Alfiyah.
"Nduk, tapi Ibu sudah banyak merepotkan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFIYAH
Художественная проза[Hijrah Cinta] "Ya Rabb, Engkaulah cinta sesungguhnya. Cinta-Mu kepada makhluk-Mu tiada batas, hinanya diri ini yang pernah mencintai ciptaan-Mu melebihi rasa cinta kepada Pemilik Cinta. Ya Rabb, genggamlah hatiku ini." Alfiyah, seorang wanita akhi...