Author POV
Dengan kaku Revani berjalan dengan mengandeng tangan papanya menuju ke arah dimana di sana sudah berdiri sesosok pria muda dengan pakaian sewarna dengan dirinya dan menatap gadis itu lembut.
Perlahan namun pasti Jeno mengambil alih tangan Revani dan menuntun nya untuk naik keatas pelaminan dan duduk disana.
"Titip anak saya yah, tolong jaga dan rawat dia seperti yang kami keluarganya lakukan." ujar Bram sambil menyeka air matanya yang hampir turun.
"Tentu papa mertua, saya akan menjaga Reva dengan baik."
Revani menatap bram dengan mata berkaca kaca, jadi ini rasanya di pasrahkan oleh papanya kepada orang lain, pastas melly menangis saat ini terjadi dulu pada dirinya.
"Saya pegang kata kata bapak." bisiknya pelan.
Jeno hanya tersenyum tipis, gadis ini sulit di tebak dan sulit di atur, dia harus bekerja ekstra untuk mengurusnya nanti.
"Berapa lama lagi ini." sewot Revani dengan wajah yang hampir merah karna terlalu lama berdiri dan tersenyum kepada semua tamu yang hadir.
"Perasaan dari tadi salaman mulu deh, kapan selesainya." kali ini Jeno pun setuju dengan perkataan Revani barusan, hanya saja dia di tuntut untuk tetap berada disini demi kelancaran acara.
"Tahan, tinggal sebentar kok." Revani melihat Jeno dengan nyalang, dia pun ingin seperti itu tapi kakinya tidak.
Dia benar benar lelah.
"Astaga udah gede lo yah, udah jadi bini orang, jangan nakal yah sama suami, yang nurut." dengan seketika wajah murung Revani berubah menjadi ceria.
Ia langsung memeluk pria itu dengan sedikit bergelayut karna tidak memiliki tenaga lagi.
Sementara itu Jeno melihatnya dengan mata tajam sambil tetap berusaha bersikap tenang.
"Om dateng, Mora pikir om ngga perduli sama mora." rengeknya sambil tetap bergelayut di lengan pria itu.
"Apa lo bilang barusan, mangil gue apaan lo???." Revani meringis, lalu dengan cepat ia menepuk jidatnya sendiri.
"Maksud gue kak, kakak kapan dateng."
Fiy, pria ini adalah om dari Revani, tapi entah apa alasanya dia tak mau di panggil om, apalagi paman, dia selalu menyuruh Revani untuk memangilnya kakak, dan itu perintah wajib jika tidak mau kena amuk oleh nya.
"Udah kemaren gue dateng kesini, cuman nginep di hotel sama sely, nikmatin masa muda gapapa lah." Mora memjitak kepala pria di depan nya dengan keras.
Masa muda apaan, udah tua juga masih aja berasa muda.
"Cih, bilang aja mau lepas tanggung jawab sama Dita dan Dito."
"Lagian kak Angga ngapain sih pake acara punya anak kembar segala, rasain sekarang repot kan." kali ini Angga lah yang menjitak kepala Revani gemas.
"Lo pikir gue bisa milih apa, gue tantang lo buat bikin yang kembar kalau bisa tiga langsung." Angga tertawa sambil mengelus puncak kepala Revani sayang.
"Kak Angga apaan dah, gaje."
"Udah jangan blushing kayak anak perawan aja." ledek Angga, Revani memukul lengan nya pelan.
"Emang gue perawan."
"Ngga lama lagi."
Setelah mengatakan itu Angga lari dari sana, menghindari amukan dari macan putih yang sedang marah.
"Buset kenalan lo ganteng juga." ucap Nelly sambil menyenggol tangan Revani.
"Kenalin gue napa sih, Mor." Revani melirik malas kearah Nelly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap Revisi
Teen FictionRevani Amora. Gue ngga suka banget sama dia, sikapnya dingin sedingin kutub, mulut nya pedes sepedes samyang dan tatapan nya tajam setajam silet. Tapi gue ngga tau, kenapa perasaan ini muncul dengan tiba tiba, hingga gue merasa jatuh kedalam tatapan...