Hidden Story

9.3K 328 30
                                    

Farel & Rae.

_____________________________________

Farel Radika Pratama.

Setiap kali gue mengatakan ke semua orang kalau gue anak tunggal, respon yang mereka berikan macam macam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali gue mengatakan ke semua orang kalau gue anak tunggal, respon yang mereka berikan macam macam.

Ada yang bilang "Beruntung yah lo, jadi anak kesayangan."

Ada juga yang bilang "Enak banget, pasti keinginan lo selalu di turuti."

Dan respon Nelly waktu gue bilang ke dia saat kami baru aja kenal di universitas "Gila, enak dong. Lo gak pernah ngerasain berantem sama Dajjal."

Ya, Dajjal yang di maksud Nelly saat itu adalah Kakak nya, entah kenapa setiap kali bahas masalah Kakak, Nelly sedikit sensitif, dan bahkan sampe kita lulus bareng bareng pun, gue masih belom tau apa alasan sikap nya itu-- oke kembali ke gue.

Intinya dari banyak kalimat yang mereka katakan, yang gue tangkep ada dua, "enak" dan "beruntung"

Gue akui, sedari gue kecil keinginan gue selalu di turuti , dan gue juga jadi kesayangan-nya mereka.

Saat gue minta di beliin mobil Tamiya, hari minggu nya gue pergi bareng Ayah ke toko untuk beli mainan itu, saat gue mau makan es krim di perempatan jalanan SD gue, mereka juga mengabulkan nya.

Setiap kali gue meminta apapun mereka selalu ngasih.

Dan gue pikir apa yang di omongin orang orang itu bener, hidup gue enak dan beruntung.

Bahkan ketika gue memutuskan untuk kuliah di jakarta, kerja disini dan hanya pulang setahun beberapa kali disaat jarak Jakarta Bandung gak terlalu jauh.

Mereka masih ngebolehin dan gak larang gue.

Tapi, saat gue mulai kerja dan ketemu orang orang baru yang ngerubah cara pandang gue, gue sadar.

Apa yang di omongin orang orang itu salah.

Apa yang mereka katakan ke gue itu Bullshit semata.




"Kakak gak pulang?"

Gue bekerja di perusahaan pak Jeno, ya.. suaminya Reva sekaligus sohib gue sekarang.

"Eh, gak dulu deh. Nangung." gue menjawab nya sambil senyum cengengesan seperti biasa.

"Oh.." dia berguman lalu duduk di meja yang ada di pojok ruangan ini.

"Lo sendiri gak pulang??" Namanya Raenanta, adek tingakatan gue sih sebenernya, cuman karna orang nya pinter nya kebangetan dan keliatan nya juga agak pendiem, gue jadi rada mikir mikir mau deket sama dia.

"Sama kayak kakak, nanggung. Lagian aku udah bilang sama bapak ibu di rumah kalau bakalan lembur."

Di kalimat akhir dari ucapan nya gue terdiam.

Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang