"Pak!." pintu itu kembali di ketuk, oleh orang yang sama, Jeno mengatur nafasnya dan mencoba menampilkan wajah dingin, perlahan ruangan itu terbuka.
"Kalau saya marah sama bapak, gimana??." Revani menatap Jeno dengan ekspresi serius, berbeda dengan Jeno yang masih setia dengan wajah dingin nya.
"Marah kalau tanpa asalan yang jelas itu namanya sakit jiwa." Revani mendengus menyaksikan Jeno yang tanpa tau mau malu nya duduk di sofa ruangan tersebut sambil mencoba mengalihkan pandangan dari Reva.
"Saya punya alasan kuat untuk marah, kali ini bapak yang salah dan saya yang benar sekaligus jadi korban disini, harusnya bapak minta maaf dan memohon agar saya tidak membenci bapak sekarang." Revani berbicara dengan nada lantang, menantang Jeno untuk membalas ucapan nya dengan emosi.
"Apa yang menyebabkan kamu marah??."
Reva mengutuk Jeno dalam hatinya, suami nya ini sangat sangat dan sangat menyebalkan menurut Reva, dia bahkan tak tau letak kesalahan nya.
"Bapak tidak merasa??!!!." Jeno menggeleng polos.
Revani kehabisan kesabaran nya, dia berjalan mendekat ke arah Jeno dan duduk di pangkuan pria itu, tangan gadis tersebut menggalung indah di leher milik Jeno dan membuat pria itu melotot kaget.
"Apa yang kamu lakukan??." Jeno mengalihkan padangan nya ketika melihat mata Reva yang terus mengarah pada bibirnya, jantung pria itu berdetak tak karuan, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.
"Saya hanya sedang melakukan kewajiban saya, agar bapak tidak pergi dengan yang lain dan berselingkuh di belakang saya nantinya."
Jeno terdiam, jujur dia tak tau apa yang sedang gadis ini bicarakan, kewajiban??, selingkuh di belakang??, sebenarnya apa yang terjadi dengan Reva, batin Jeno.
"Kamu gila atau apa, sana kembali ke kamar." Jeno hendak pergi namun Reva tak kehabisan akal.
Gadis itu membuka kakinya, membuat muka nya dan Jeno berhadapan dengan posisi kaki Reva yang mengapit pinggang Jeno.
"Kamu in.."
Reva membungkam Jeno dengan pelukan hangat nya, pria itu terdiam bagai di hipnotis di tengah jalanab, Kini tangan Reva mengelus punggung Jeno dan memutar mutar jarinya membentuk pola abstrak disana.
"Apakah saya masih kalah dengan bu Lidya, dalam hal pelukan jelas saya jauh lebih baik dari dia bukan??." Jeno kini mulai paham kenapa gadis ini bertingkah aneh sejak tadi sore, pasti Revani memergokinya sedang berpelukan dengan Lidya, salah satu dosen di tempat nya mengajar.
"Kamu cemburu?." Jeno menyeringai, kini Reva lah yang merasa terintimidasi dengan pertanyaan itu.
"Kalau cemburu dengan suami sendiri adalah hal yang wajar. Maka, yah saya cemburu melihat itu tadi." Revani menatap Jeno menantang, Jeno tak tau sejak kapan Reva belajar metode ini apalagi Revani yang ia kenal dulu sangat sangat terkesan barbar dan humoris, bukan agresif seperti ini.
"Tidak, itu mungkin hal wajar untuk pasangan suami istri pada umumnya, tapi kita berbeda." Jeno memeluk pinggang Revani membuat gadis itu semakin mendekat ke arah nya.
"Eh, ap--apanya yang beda." tanya Revani tergagap.
"Kita pasangan istimewa, kamu bahkan mau menolak pernikahan kita saat pertama kali keluarga saya neminang kamu, apa itu adalah pernikahan normal??."
Reva memutar kembali ingatan nya, kini ia sadar akan kesalahan yang telah ia lakukan sekarang.
"Saya hanya ingin membuat orang tua saya tidak sedih karna undangan pengadilan agama yang akan datang kepada mereka jika saya membiarkan bapak terjebak dengan wanita lain di luaran sana." Revani hendak berdiri namun pinggang nya di peluk terlalu kuat oleh Jeno, membuat dirinya sedikit sesak apalagi posisinya sudah sangat dekat sekarang, tubuh mereka sudah saling menempel dan Revani harus mendorong dada Jeno jika ingin berbicara agar tak terjadi sesuatu nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap Revisi
Fiksi RemajaRevani Amora. Gue ngga suka banget sama dia, sikapnya dingin sedingin kutub, mulut nya pedes sepedes samyang dan tatapan nya tajam setajam silet. Tapi gue ngga tau, kenapa perasaan ini muncul dengan tiba tiba, hingga gue merasa jatuh kedalam tatapan...