Chap 24. Sidang.

25.1K 1.1K 8
                                    


Akhirnya setelah menempuh jalan yang bisa di bilang sulit, Revani bisa sampai di titik ini.

Titik di mana dia akan menunjukan hasil kerja kerasnya selama ini.

"Udah siap??." tanya Jeno dengan menatap wajah pucat istrinya.

"Pak, nanti gimana kalau saya nggak lulus ujian nya, ntar kalau saya jawabnya salah gimana, mana pengujinya killer killer semua lagi, saya takut." balas gadis itu dengan mondar mandir tak jelas di depan sofa.

"Anggap saja mereka semua itu saya."

Revani berhenti berjalan dan memperhatikan wajah polos Jeno. "Maksud bapak??."

"Maksud saya itu, kamu anggap saja semua orang yang ada di ruangan itu adalah saya." katanya datar sambil bersedekap dada.

"Saya nggak ngerti maksud bapak itu apa sebenarnya."

Jeno berdiri dari sofa dan menatap Revani yang pucat pasi karna grogi.

"Kan kamu kalau sama saya nggak pernah grogi apalagi sampe demam panggung kayak gini, kamu anggap saja semua dosen penguji itu adalah saya."

Revani diam, mencerna kembali kata kata Jeno kepada dirinya tadi dengan wajah yang bisa di bilang tidak santai sama sekali.

"Bapak itu lebih nyeremin dari pada dosen yang lain buat saya, kalau saya bayangin semua orang yang ada disana adalah bapak, saya bisa mati mendadak." Jeno mendengus kesal.

Istrinya ini sangat menyebalkan, dan Jeno membenci orang yang seperti itu.

"Terserah kamu, berangkat sekarang saja, takutnya macet di tengah jalan." tanpa banyak bicara Jeno keluar dari rumah dengan kunci mobilnya.

"Punya suami gini amat yak, istrinya lagi kayak gini harusnya di tenangin, peluk kek, kasih motifasi kek, cium kek, ini nggak. malah di cuekin." gerutu Revani sambil mengekor di belakang Jeno.

Jeno yang sudah berada di dalam mobilnya hanya diam menatap istri kecilnya yang baru saja masuk kedalam mobilnya.

Tak lama setelah itu mobil Jeno mulai melaju menuju kampus dimana Revani akan melakukan ujian terbesar dalam hidupnya.

Penentuan hidup dan mati di mulai.

Selama perjalanan berlangsung mereka hanya diam tanpa ada satu kata pun yang terlontar dari mulut keduanya.

"Di gedung apa??." tanya Jeno saat mobilnya sudah berada di area parkir kampus.

"Gedung F pak."

Tanpa banyak bicara, Jeno melangkah meninggalkan Revani yang membawa tas besar berisi segala tetek-bengek yang di butuhkan untuk nanti.

"Saya tunggu di ruangan saya, setelah itu saya antar kamu pulang."

Jeno mengambil ponselnya dan menelfon seseorang sambil berjalan menjauh dari Revani.

Gadis itu memaki dalam hati kecilnya, mengapa ia punya suami seperti itu.

Harusnya dia sudah sejak lama membunuh Jeno agar pria itu tak lagi bisa memperlakukan dia semena-mena lagi.

"Untung ganteng, kalau ngak udah lama gue ceraiin lo." ucap gadis itu menahan marah dengan kedua tangan di posisikan seperti sedang mencekik yang tergantung di udara.

"Sabar Revani sabar, abis ini lo balas dendam tapi yang paling penting itu lo harus lulus sidang dulu."

Revani membawa tas besar nya menuju ruang penentuan dimana dia akan di uji habis-habisan nanti.

Rasa nya gadis itu ingin tengelam di lautan yang biru hanya karna perasaan nya yang tiba tiba jadi penakut seperti ini.

.....

Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang