30. Hilang?!!.

21.3K 977 13
                                    


Jalanan kota sudah sangat sepi, jam sudah menunjukan pukul 12 yang artinya saat ini sudah tengah malam.

Revani memeluk dirinya dalam kesunyian jalan, hanya suara deru motor milik Farel yang membuatnya tetap tersadar dalam keadaan mengantuk berat.

Wanita itu memutuskan untuk pulang dari pesta yang di adakan di rumah Kanara, banyak hal janggal terjadi, mulai dari Nelly yang tiba tiba hilang sampai panggilan Jeno yang mengatakan bahwa Arkan datang ke rumah mereka padahal setau Revani, Arkan sedang berada bersama kedua orang tuanya di rumah milik ibu Jeno.

"Lo sehat kan, Mor. Muka lo pucet tau ngak!!?." Farel menepuk pipi Mora yang bersandar di bahu nya, jujur saat ini Refa sangat sangat mengantuk.

"Gue ngantuk sotong, udah lo nyetir yang bener biar gue merem bentar!!!." Refa berbicara dengan Farel dengan sedikit berteriak, gadis itu tau jika dia tidak melakukan hal tersebut maka Farel tidak akan mendengar ucapan nya.

"Elo mah enak tinggal merem, lah gua kalau merem ya kita wasalam." mata Revani terbuka lebar, dengan wajah dongkol gadis itu menempeleng kepala Farel kasar.

"Lo kalau ngomong ngak bisa baikan dikit napa, kalau beneran bisa di bikin sop lo sama pak Jeno, Mau??!!!." Farel mengangkat bahunya acuh, tepat di depan nya sebuah mobil sedan berada di depan nya dengan posisi melintang di tengah jalan raya yang sudah sepi.

Ciiitttt.....

"Kampret lo yah, beneran mau bikin gue koit apa, gue belum bunting sotong!!!!, ngelakuin nya aja baru beberapa kali, masa udah mati duluan!!!!." Refa berteriak tak terima, sementara itu Farel hanya diam dan menatap ke arah depan.

"Diem dulu napa sih, gue gini juga demi keselamatan lo." Farel turun dari motornya, Refa yang awalnya tak mengerti pun ikut turun dengan perasaan penuh tanya.

"Kenapa sih, Rel??." Refa maju, disana berdiri dua orang yang cukup Revani kenal.

"Hai, Amora." Refa terdiam cukup lama, untuk apa Andre berada disini malam malam begini, lalu kenapa orang yang di temuinya di kantor Jeno itu ada disana.

"Ngapain lo disini, gue mau pulang, minggir!!!!." Refa berkata dengan keras, alis andre terangkat dengan senyum devil nya.

"Justru itu, aku akan bawa kamu pulang sekarang." Andre maju, Farel manarik tangan wanita itu untuk berada di belakang nya, urusan nya akan runyam jika Refa berhasil di bawa lari oleh Andre dan rekan kerja Jeno yang berkhianat ini.

"MUNDUR!!!!, jangan bikin gue marah!!!." Farel membentak, untuk sesaat Andre merasa gentar namun Jhovan maju dan menatap Farel dengan tatapan tajam nya.

"Ini urusan orang dewasa, anak kecil dilarang itu campur." Jhovan memukul pipi Farel hingga cowo tersebut terjatuh, Andre langsung menarik pergelangan tangan Refa dan mengajak nya menjauh dari tempat itu.

"Lepasin!!!, Lepasin gue!!!!."

"Jangan melawan!!!." Andre menarik paksa Revani untuk masuk kedalam mobil nya tersebut, gadis dengan tampilan casual itu berubah menjadi tak beraturan.

Bajunya sudah tak lagi berbentuk, rambut dan make up nya pun berantakan hingga alas kaki yang tertinggal di dekat Farel yang sedang di pukuli oleh Jhovan itu.

"Lepasin gue Andre, gue ngak mau ikut sama lo!!!!!." Revani terus berteriak membuat Andre kesal sendiri.

"Kamu yang buat aku ngelakuin ini, Mor." Andre mendekatkan saputangan itu ke hidung Refa, gadis itu berusaha menghindar namun tenaganya tak sekuat Andre Hingga membuat nya menghirup udara dari pori pori saputangan berwarna putih tersebut.

Pandangan Refa mulai kabur, perlahan penglihatan nya memburam lalu gelap, hal yang dia lihat untuk terakhir kali nya adalah senyuman jahat milik Andre yang menatap dirinya seolah dia adalah mangsa.

*******

"Farel!!!!."

Revani membuka matanya, suasana mencekam menyambut kesadaran wanita tersebut, tangan dan kakinya di ikat, menyatu dengan kursi yang saat ini sedang ia duduki.

Revani gelisah, tubuhnya bergerak tak aturan karna takut, dimana Farel??, dimana dia sekarang?, bagaimana keadaan Farel yang tadi di pukuli Jhovan sang pengkhianat itu.

"Farel!!!."

"Ngak perlu teriak." Revani menoleh, ternyata sedari tadi Andre berada di belakang nya dan diam memperhatikan.

"Bajingan!!!, lepasin gue!!!." Revani makin berteriak tak tentu arah, dia kenal betul siapa Andre dan bagaimana sifatnya, bukan tidak mungkin dia akan mati disini saat ini atau beberapa hari kedepan.

"Hhaha, udalah mor. Terima aku dan aku akan melepaskan mu, see ini hal simpel sebenarnya." Andre berdiri dan menghampiri Revani yang terduduk di kursi yang di ikat.

"Gue sama lo?!!, dalam mimpi pun gue ngak mau!!." Revani mendelik marah.

Andre tersenyum sinis sebelum akhirnya berjongkok di depan Revani yang meronta minta di lepaskan tersebut.

"Brengsek, buruan lepasin gue!!!."

"Gue kasi tau ke elo, suami gue bakal nyeletin gue dan bawa gue pergi dari tempat ini, lo ngakan pernah bisa nahan gue terlalu lama, ngerti!!!."

Andre tertawa sumbang, pria itu berdiri sambil menatap Revani aneh, perlahan Andre mulai membuka jas berwarna biru tua yang ia pakai.

"Aku rasa cukup untuk basa basi nya, sekarang akan aku tunjukan, apa yang namanya menahan yang sesungguhnya." Andre bergerak maju.

Jas nya telah terlepas, kemeja yang ia gunakan di gulung hingga siku dan dua kancing teratas nya di buka dengan gaya yang menurut Revani menakutkan.

"Lo mau ngapain!!!."

"Jangan macem macem!!!." Reva mendorong tubuh Andre yang duduk di pangkuan nya, gadis itu hanya bisa pasrah kala Andre memeluknya erat dengan posisi yang sama.

"4 tahun kita pisah, harusnya kamu senang bisa bertemu dengan ku lagi, bukan." Andre berbisik, hati Revani menghangat.

Itu adalah suara yang ia rindukan, suara yang membuatnya tak bisa tidur setiap malam dulu, tapi saat ini suara itu berubah, suara itu tak lagi di rindukan, bahkan saat ini Revani sangat membenci suara tersebut, sangat sangat membencinya.

"Gue ngak pernah ada niatan sedikitpun bakalan ketemu lo, gue benci sama lo!!!, gue muak liat muka lo!!!, lo adalah definisi hal yang ngak gue suka." Andre tertawa.

Pria itu tersenyum lalu berdiri, 4 tahun berjalan namun nyatanya luka yang dia berikan dulu belum juga sembuh di benak gadis nya ini.

"Satu yang harus kamu tau, Mor." Revani mendongak kan wajahnya, menatap wajah Andre yang berubah serius namun santai tersebut dalam dalam.

"Aku ngak akan pernah lepasin kamu, karna sejak kematian Adel, kamu adalah satu satunya orang yang buat aku sadar bahwa menjadi seorang psychopath adalah sesuatu yang jahat dan kejam." Andre tersenyum samar sebelum akhirnya pergi dari ruangan tersebut.

Mata Revani membulat, Andre seorang psikopat??, bagaimana mungkin??!.

Gadis itu menundukan kepalanya dalam dalam, jika Andre yang dulu adalah psikopat maka harusnya sejak dulu dia mati di bunuh oleh pria aneh itu, tapi sampai saat ini nyatanya dia masih hidup dan sehat sehat saja.

Itu arti nya selama Andre mengalami gangguan kejiwaan yang cukup menyeramkan itu dia menahan diri agar tak melukai Revani.

Ya benar, itu pasti yang Andre lakukan mengingat banyak sekali hal aneh yang Revani alami bersama Andre dulu.

"Akhirnya gue tau penyebab kematian kak Adel." gadis itu tersenyum samar sebelum akhirnya matanya semakin berat dan kemudian tertutup.









__________________________________

Gila, ini chapter ngabisin waktu berapa minggu yah, sumpah bikin lagi banyak pikiran banget sampe sampe otak ngak jalan buat bikin alur yang bagus.

So, maaf kalau mengecewakan.

Anisfitria❤

Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang